Standar IT tradisional sudah tidak lagi tepat bagi BPD. Kolaborasi dan kompetisi menjadi kata kunci BPD untuk bisa bersaing pada era digital. Solusi apa saja yang dibutuhkan?
INDUSTRI keuangan dan perbankan tengah berada pada era Revolusi Industri 4.0. Transformasi digital terjadi di sektor keuangan—agar bisa mencapai skala produktivitas yang supertinggi dengan biaya yang lebih rendah—dan cyber security, di mana seluruh aktivitas kehidupan ada di dunia digital sehingga memerlukan proteksi yang baik. Teknologi, pasar, konsumen, dan ekosistem bisnis yang berubah pada era digital telah mengubah layanan perbankan. Bank tidak lagi bersaing dengan sesama bank, tapi juga dengan financial technology (fintech). Banking system yang officeless akan mengalami transformasi ke dalam bentuk digital.
Pada era 1980 sampai dengan 1990, yang masuk kategori tradisional bank, transformasi digital lebih banyak memberikan channel interaksi yang tepercaya pada pelanggan. Misalnya, dengan memperbanyak saluran electronic delivery channel seperti automatic teller machine (ATM). Kini, pada era Revolusi Industri 4.0, transformasi digital perbankan lebih bertujuan memberikan pengalaman yang mulus dan konsisten pada pelanggan, di samping tetap memprediksi apa yang diinginkan nasabah.
Hal tersebut hampir dialami seluruh bank, tak terkecuali bank pembangunan daerah (BPD) yang menjadi agent development bagi pemerintah daerah (pemda). Kondisi ini juga dirasakan BPD Bali, yang merespons kebutuhan akan pemanfaatan layanan teknologi informasi (TI) pada era perbankan digital dengan mulai melakukan inovasi, khususnya pengembangan platform layanan digital, seperti digitalisasi proses, data analytic, kolaborasi dengan fintech, dan digital marketing.
“Karyawan BPD Bali didorong menjadi brand ambassador melalui social media sehingga memungkinkan produk bank bisa diketahui nasabah secara cepat, masif, dan dengan daya jangkau yang lebih luas,” kata Ida Bagus G. Setiayasa, Direktur Operasional BPD Bali, dalam acara “BPD Forum 2019” yang diselenggarakan Multipolar Technology, medio Maret lalu.
Sementara, Wahyudi Chandra, Presiden Direktur Multipolar Technology, mengatakan, meski BPD berkompetisi denganfintech, terbuka peluang untuk berkolaborasi. Banyak kemudahan, kecepatan, dan kenyamanan dari fintech yang bisa diadopsi BPD sehingga layanannya bisa lebih kompetitif. “Namun, kompetitif saja belum cukup. BPD juga diharapkan bisa berkolaborasi denganfintech untuk memberikan kemudahan, kecepatan, dan kenyamanan layanan sesuai harapan pelanggan sehingga bisa meningkatkan loyalitas pelanggan dan dimanfaatkan untuk menciptakan sumber pendapatan baru. Kolaborasi dan kompetisi inilah yang dikenal dengan coopetition,” ujarnya.
Mengutip basil survei PricewaterhouseCoopers (PwC) 2018 di Indonesia, 66% dari strategi digital perbankan Indonesia sudah digabungkan dengan strategi korporat, dan strategi digital sudah menjadi bagian dari IT strategy mereka. Strategi digital termasuk mobile apps strategy (bukan mobile banking), yaitu bagaimana mendekatkan semua layanan perbankan melalui mobile. Kerja sama denganfintech termasuk salah satu strategi yang disurvei PwC, tapi yang penting adalah bagaimana eksekusinya agar bisa dilakukan lebih cepat.