Multipolar Technology Rekomendasikan Solusi Komprehensif untuk Menangkal Kejahatan Siber di Era Konvergensi Jaringan

Warta Ekonomi, Jakarta – Tak dimungkiri bahwa tren bekerja dari mana saja (work from anywhere) sudah semakin luas diterapkan oleh perusahaan dari berbagai sektor industri. Bekerja dari mana saja ini memang dirasa lebih memudahkan dan fleksibel tanpa batasan jarak dan waktu.

Sayangnya, semakin banyak perangkat dan koneksi yang terhubung ke jaringan perusahaan, semakin besar pula peluang penjahat siber untuk menyusup dan melakukan pencurian data. Sebab, tidak semua koneksi internet di luar sana terproteksi platform keamanan siber.

Karena itu, dibutuhkan solusi keamanan siber yang mampu men-screening atau memfilter apakah koneksi yang terhubung terdapat malware seperti virus, Trojan, ransomware, Worm, Botnet, dan phishing atau tidak.

Mengingat data merupakan aset vital yang harus dijaga keamanannya, dalam seminar Fortify Your Network Through the Convergence of Networking and Security yang diselenggarakan oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Alila SCBD, Jakarta, pada Rabu pekan lalu, Director Hybrid Infastructure Services Business Multipolar Technology Yohan Gunawan mengatakan sebaiknya perusahaan menggunakan solusi keamanan jaringan (network security) yang mumpuni.

“Solusi yang mumpuni itu artinya solusi yang dapat menjamin keamanan jaringan secara menyeluruh dan kontinu,” ungkapnya. Sebagai perusahaan yang banyak membantu automasi bisnis di beragam sektor industri, Multipolar Technology merekomendasikan tiga solusi dari Fortinet yang andal dalam melakukan pengamanan jaringan. Dengan portofolio solusi lengkap, antara lain FortiGate Next-Generation Firewall, Fortinet SASE, dan Fortinet Cloud Security, Fortinet memberikan perlindungan yang komprehensif untuk infrastruktur TI modern.

FortiGate Next-Generation Firewall merupakan benteng pertahanan jaringan yang mengombinasikan fungsi firewall dengan fungsi network device filtering seperti Deep Packet Inspection (DPI) dan Intrusion Prevention System (IPS). FortiGate memberikan perlindungan proaktif terhadap berbagai ancaman, termasuk malware, ransomware, dan serangan zero-day. Selain itu, FortiGate juga mampu menyederhanakan manajemen jaringan dengan antarmuka yang intuitif dan kemampuan otomatisasi.

Menurut Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology, FortiGate Next-Generation Firewall cocok untuk perusahaan yang memiliki karyawan, pelanggan, dan kantor cabang banyak, karena juga berfungsi sebagai application controller, Virtual Private Network (VPN), web filter, anti-malware, dan data loss prevention. Apalagi, solusi ini dibekali layanan Unified Threat Management (UTM) yang bisa menangani keamanan jaringan secara terpadu dengan fitur yang cukup kuat.

“FortiGate Next-Generation Firewall termasuk dalam rangkaian Fortinet Security Fabric, framework keamanan yang menggabungkan seluruh perangkat keamanan sehingga efektif, efisien, dan memberikan perlindungan yang komprehensif,” tambahnya. “Yang membuat semakin menarik, dengan harga yang setara kompetitor, perusahaan pengguna sudah bisa mendapatkan semua fitur solusi ini sehingga tak perlu menambah fitur lain secara terpisah.”

Lalu, Fortinet SASE, dengan menggabungkan SD-WAN dan SSE yang dilengkapi dengan fitur kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Fortinet SASE memberikan akses yang aman dan cepat ke aplikasi cloud bagi karyawan yang bekerja dari mana saja. FortiSASE juga mampu menyederhanakan manajemen jaringan dan meningkatkan visibilitas terhadap lalu lintas jaringan. “Fortinet SASE berperan menyediakan akses internet, akses perusahaan, dan akses Software-as-a-Services (SaaS) yang aman dengan prinsip Zero Trust Network Access (ZTNA),” ungkap Ade.

Seperti diketahui, prinsip ZTNA berarti semua trafik dianggap tidak bisa dipercaya sehingga harus diperiksa keamanannya terlebih dulu. Merujuk pada laporan terbaru Fortinet, Fortinet SASE ialah solusi yang tepat untuk menjawab fakta bahwa 48% perusahaan memiliki 100 atau lebih aplikasi unik, satu perusahaan menerbitkan 25 pembaruan perangkat lunak setiap bulannya, lebih dari 85% trafik web adalah trafik Application Programming Interface (API), dan hampir 50% trafik internet adalah bot.

Kemudian, Fortinet Cloud Security. Menurut Ade, Fortinet Cloud Security adalah solusi yang penting dalam mengamankan perjalanan digital ke cloud, mengingat saat ini banyak sekali perusahaan yang lebih senang memanfaatkan penyimpanan datanya di infrastruktur on-cloud atau hybrid cloud. Solusi ini menyediakan manajemen, visibilitas, dan kebijakan terpusat sehingga serangan yang datang ke jaringan perusahaan berbasis cloud dapat dicegah secara otomatis. Dengan begitu, akselerasi digital perusahaan akan lebih maksimal.

“Yang pasti, sekarang ini jaringan perusahaan terhubung dengan berbagai macam perangkat, dikoneksikan menggunakan berbagai jaringan internet, diakses oleh siapa pun dan dari mana pun. Maka, pengamanannya menjadi sebuah kewajiban. Memanfaatkan solusi FortiGate Next-Generation Firewall, Fortinet SASE, dan Fortinet Cloud Security merupakan salah satu pilihan terbaik,” ujar Ade. “Jika kesulitan dalam mengimplementasikannya, tim ahli dari Multipolar Technology siap membantu.”

Multipolar Technology Menyodorkan Solusi Digital Menangkal Kejahatan Siber

Tren bekerja dari mana saja (work from anywhere) sudah semakin luas diterapkan oleh perusahaan dari berbagai sektor industri. Bekerja dari mana saja ini memang dirasa lebih memudahkan dan fleksibel tanpa batasan jarak dan waktu. Namun, makin banyak perangkat dan koneksi yang terhubung ke jaringan perusahaan, makin besar pula peluang penjahat siber untuk menyusup dan melakukan pencurian data. Sebab, tidak semua koneksi Internet di luar sana terproteksi platform keamanan siber. Karena itu, dibutuhkan solusi keamanan siber yang mampu men-screening atau memfilter apakah koneksi yang terhubung terdapat malware seperti virus, Trojan, Ransomware, Worm, Botnet, dan phishing atau tidak.

Mengingat data merupakan aset vital yang harus dijaga keamanannya, dalam seminar Fortify Your Network Through the Convergence of Networking and Security yang diselenggarakan oleh PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di Jakarta.

Director Hybrid Infastructure Services Business di Multipolar Technology, Yohan Gunawan, mengatakan perusahaan sebaiknya menggunakan solusi keamanan jaringan (network security) yang mumpuni. “Solusi yang mumpuni itu artinya solusi yang dapat menjamin keamanan jaringan secara menyeluruh dan kontinu,” ungkap Yohan dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (22/9/2024).

Sebagai perusahaan yang banyak membantu automasi bisnis di beragam sektor industri, Multipolar Technology merekomendasikan tiga solusi dari Fortinet yang andal dalam melakukan pengamanan jaringan. Dengan portofolio solusi lengkap, antara lain FortiGate Next-Generation Firewall, Fortinet SASE, dan Fortinet Cloud Security, Fortinet memberikan perlindungan yang komprehensif untuk infrastruktur TI modern.

FortiGate Next-Generation Firewall merupakan benteng pertahanan jaringan yang mengombinasikan fungsi firewall dengan fungsi network device filtering seperti Deep Packet Inspection (DPI) dan Intrusion Prevention System (IPS). FortiGate memberikan perlindungan proaktif terhadap berbagai ancaman, termasuk malware, ransomware, dan serangan zero-day.

Selain itu, FortiGate juga mampu menyederhanakan manajemen jaringan dengan antarmuka yang intuitif dan kemampuan otomatisasi. Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology, menjabarkan FortiGate Next-Generation Firewall cocok untuk perusahaan yang memiliki karyawan, pelanggan, dan kantor cabang banyak, karena juga berfungsi sebagai application controllervirtual private network, web filter, anti-malware, dan data loss prevention. Apalagi, solusi ini dibekali layanan Unified Threat Management yang bisa menangani keamanan jaringan secara terpadu dengan fitur yang cukup kuat.

“FortiGate Next-Generation Firewall termasuk dalam rangkaian Fortinet Security Fabric, framework keamanan yang menggabungkan seluruh perangkat keamanan sehingga efektif, efisien, dan memberikan perlindungan yang komprehensif. Yang membuat semakin menarik, dengan harga yang setara kompetitor, perusahaan pengguna sudah bisa mendapatkan semua fitur solusi ini sehingga tak perlu menambah fitur lain secara terpisah,” jelasnya.

Lalu, Fortinet SASE, dengan menggabungkan SD-WAN dan SSE yang dilengkapi dengan fitur kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), Fortinet SASE memberikan akses yang aman dan cepat ke aplikasi cloud bagi karyawan yang bekerja dari mana saja. FortiSASE juga mampu menyederhanakan manajemen jaringan dan meningkatkan visibilitas terhadap lalu lintas jaringan. “Fortinet SASE berperan menyediakan akses internet, akses perusahaan, dan akses software as a services (SaaS) yang aman dengan prinsip Zero Trust Network Access,” ungkap Ade.

Seperti diketahui, prinsip ZTNA berarti semua trafik dianggap tidak bisa dipercaya sehingga harus diperiksa keamanannya terlebih dulu. Merujuk pada laporan terbaru Fortinet, Fortinet SASE ialah solusi yang tepat untuk menjawab fakta bahwa 48% perusahaan memiliki 100 atau lebih aplikasi unik, satu perusahaan menerbitkan 25 pembaruan perangkat lunak setiap bulannya, lebih dari 85% trafik web adalah trafik Application Programming Interface dan hampir 50% trafik internet adalah bot.

Kemudian, Fortinet Cloud Security. Ade mengatakan Fortinet Cloud Security adalah solusi yang penting dalam mengamankan perjalanan digital ke cloud, mengingat saat ini banyak sekali perusahaan yang lebih senang memanfaatkan penyimpanan datanya di infrastruktur on-cloud atau hybrid cloud. Solusi ini menyediakan manajemen, visibilitas, dan kebijakan terpusat sehingga serangan yang datang ke jaringan perusahaan berbasis cloud dapat dicegah secara otomatis. Dengan begitu, akselerasi digital perusahaan akan lebih maksimal.

“Yang pasti, sekarang ini jaringan perusahaan terhubung dengan berbagai macam perangkat, dikoneksikan menggunakan berbagai jaringan internet, diakses oleh siapa pun dan dari mana pun. Maka, pengamanannya menjadi sebuah kewajiban. Memanfaatkan solusi FortiGate Next-Generation Firewall, Fortinet SASE, dan Fortinet Cloud Security merupakan salah satu pilihan terbaik,” ujar Ade. Harga saham MLPT sejak awal tahun ini hingga 20 September 2024 (year to date) meroket sebesar 179,35%, menjadi Rp4.330

Simak! Ini Tiga Solusi Tangkal Kejahatan Siber di Era Konvergensi Jaringan

Jakarta – Tren bekerja dari mana saja (work from anywhere) sudah semakin luas diterapkan oleh perusahaan dari berbagai sektor industri. Sayangnya, semakin banyak perangkat dan koneksi yang terhubung ke jaringan perusahaan, semakin besar pula peluang penjahat siber untuk menyusup dan melakukan pencurian data.

Pasalnya, tidak semua koneksi internet di luar sana terproteksi platform keamanan siber. Karena itu, dibutuhkan solusi keamanan siber yang mampu men-screening atau memfilter apakah koneksi yang terhubung terdapat malware seperti virus, Trojan, ransomware, Worm, Botnet, dan phishing atau tidak.

Director Hybrid Infastructure Services Business Multipolar Technology Yohan Gunawan mengatakan, data merupakan aset vital yang harus dijaga keamanannya, sebaiknya perusahaan menggunakan solusi keamanan jaringan (network security) yang mumpuni.

“Solusi yang mumpuni itu artinya solusi yang dapat menjamin keamanan jaringan secara menyeluruh dan kontinu,” ungkapnya dalam seminar Fortify Your Network Through the Convergence of Networking and Security yang diselenggarakan oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Alila SCBD, Jakarta, baru-baru ini.

Multipolar Technology merekomendasikan tiga solusi dari Fortinet dalam melakukan pengamanan jaringan. Dengan portofolio solusi lengkap, antara lain FortiGate Next-Generation Firewall, Fortinet SASE, dan Fortinet Cloud Security, Fortinet memberikan perlindungan yang komprehensif untuk infrastruktur TI modern.

FortiGate Next-Generation Firewall merupakan benteng pertahanan jaringan yang mengombinasikan fungsi firewall dengan fungsi network device filtering seperti Deep Packet Inspection (DPI) dan Intrusion Prevention System (IPS).

FortiGate memberikan perlindungan proaktif terhadap berbagai ancaman, termasuk malwareransomware, dan serangan zero-day.

Selain itu, FortiGate juga mampu menyederhanakan manajemen jaringan dengan antarmuka yang intuitif dan kemampuan otomatisasi.

Menurut Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology, FortiGate Next-Generation Firewall cocok untuk perusahaan yang memiliki karyawan, pelanggan, dan kantor cabang banyak, karena juga berfungsi sebagai application controller, Virtual Private Network (VPN), web filteranti-malware, dan data loss prevention.

“Apalagi, solusi ini dibekali layanan Unified Threat Management (UTM) yang bisa menangani keamanan jaringan secara terpadu dengan fitur yang cukup kuat,” jelasnya.

FortiGate Next-Generation Firewall termasuk dalam rangkaian Fortinet Security Fabric, framework keamanan yang menggabungkan seluruh perangkat keamanan sehingga efektif, efisien, dan memberikan perlindungan yang komprehensif.

“Yang membuat semakin menarik, dengan harga yang setara kompetitor, perusahaan pengguna sudah bisa mendapatkan semua fitur solusi ini sehingga tak perlu menambah fitur lain secara terpisah.”

Lalu, Fortinet SASE, dengan menggabungkan SD-WAN dan SSE yang dilengkapi dengan fitur kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Fortinet SASE memberikan akses yang aman dan cepat ke aplikasi cloud bagi karyawan yang bekerja dari mana saja.

FortiSASE juga mampu menyederhanakan manajemen jaringan dan meningkatkan visibilitas terhadap lalu lintas jaringan. “Fortinet SASE berperan menyediakan akses internet, akses perusahaan, dan akses Software-as-a-Services (SaaS) yang aman dengan prinsip Zero Trust Network Access (ZTNA).

Seperti diketahui, prinsip ZTNA berarti semua trafik dianggap tidak bisa dipercaya sehingga harus diperiksa keamanannya terlebih dulu.

Merujuk pada laporan terbaru Fortinet, Fortinet SASE ialah solusi yang tepat untuk menjawab fakta bahwa 48 persen perusahaan memiliki 100 atau lebih aplikasi unik, satu perusahaan menerbitkan 25 pembaruan perangkat lunak setiap bulannya, lebih dari 85 persen trafik web adalah trafik Application Programming Interface (API), dan hampir 50 persen trafik internet adalah bot.

Kemudian, Fortinet Cloud Security. Menurut Ade, Fortinet Cloud Security adalah solusi yang penting dalam mengamankan perjalanan digital ke cloud, mengingat saat ini banyak sekali perusahaan yang lebih senang memanfaatkan penyimpanan datanya di infrastruktur on-cloud atau hybrid cloud.

Solusi ini menyediakan manajemen, visibilitas, dan kebijakan terpusat sehingga serangan yang datang ke jaringan perusahaan berbasis cloud dapat dicegah secara otomatis. Dengan begitu, akselerasi digital perusahaan akan lebih maksimal.

UU PDP Berlaku, Perusahaan Optimalkan Solusi Manajemen Data yang Tepat

Indonesia termasuk negara yang rawan terhadap pencurian data. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat trafik anomali serangan siber hingga lebih dari 403 juta kali dan 103 insiden kebocoran data pribadi di sepanjang tahun 2023. Serangan siber itu terbanyak menyasar institusi pemerintah, diikuti sektor teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, transportasi, energi, dan kesehatan. Jumlah serangan itu diyakini bakal terus meningkat setiap tahunnya.

Guna melindungi data publik, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP). Pelaku industri yang melibatkan data pribadi pengguna dalam usahanya, seperti perusahaan keuangan dan perbankan, asuransi, telekomunikasi, kesehatan, ritel, transportasi e-commerce, media dan hiburan, dan pendidikan, wajib memberikan perlindungan data pengguna sesuai peraturan di dalam undang-undang tersebut.

Setelah masa transisi dari penerbitannya di Oktober 2022, undang-undang itu akan berlaku efektif pada Oktober 2024. Jika data yang dikelola bocor, perusahaan sebagai Pemroses Data Pribadi siap-siap menerima sanksi, mulai dari peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan pemrosesan data pribadi, penghapusan atau pemusnahan data pribadi, hingga denda administrasi. Masalahnya, tidak semua perusahaan siap dengan pemberlakuan undang-undang tersebut lantaran pengelolaan datanya belum terstruktur alias masih amburadul.

Senior Vice President PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), Achmad Fakhrudin, mengatakan data pelanggan amat berguna untuk kelangsungan usaha sehingga wajib dikelola secara benar dan dijaga kerahasiaannya. Hal ini disampaikannya pada seminar Data Privacy in the Digital Era: Safeguarding Your Data and Ensuring Compliance with Indonesia’s PDP Law yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology di Bali, pada pekan ini.

Dalam upaya memenuhi tuntutan UU PDP, ada baiknya perusahaan memanfaatkan solusi kepatuhan privasi data (data privacy compliance), salah satunya solusi Securiti. Securiti adalah solusi perlindungan data pribadi secara komprehensif berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) yang fokus pada otomatisasi dan verifikasi kepatuhan terhadap UU PDP. Solusi ini membantu perusahaan mengelola dan melindungi data sensitif, memitigasi risiko, dan mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan yang terus berkembang melalui inovasi yang didukung oleh teknologi AI.

“Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh solusi Securiti, diantaranya mampu mengidentifikasi data sensitif, baik yang terstruktur maupun tak terstruktur; menyederhanakan permintaan subjek data (seperti koreksi atau penghapusan); meminimalisasi risiko atas pengelolaan data privasi; mendeteksi potensi pelanggaran data pihak ketiga; hingga memastikan pengolahan data pribadi berdasarkan persetujuan yang valid,” jelas Achmad.

Achmad mengatakantingkat keamanan data perusahaan saat ini mesti lebih tangguh dari sebelumnya mengingat sistem aplikasi antar-institusi saling terkoneksi berkat teknologi Application Programming Interface (API). Bayangkan, sekitar 80% trafik internet kini diramaikan oleh aktivitas API, baik pembayaran seperti internet banking, mobile banking, termasuk Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, maupun non-pembayaran.

Semakin luas koneksi aplikasi perusahaan ke ekosistem API, semakin besar pula pintu ancaman keamanan siber yang kemungkinan diterima. Agar koneksi API perusahaan terhindar dari bahaya serangan siber, Herryyanto, Director Account Management FSI & Commercial Multipolar Technology, menyarankan perusahaan untuk memanfaatkan solusi Noname Security. Noname Security adalah solusi keamanan API yang komprehensif dengan fitur pemantauan lalu lintas, analisis anomali, dan deteksi kerentanan secara real-time.

Noname Security yang dibangun dengan fondasi Artificial Intelligence mampu menekan risiko serangan siber seperti pencurian data, manipulasi, dan sejenisnya tanpa perlu memodifikasi apa pun pada infrastruktur operasional bisnis. Jika terjadi insiden, solusi ini sanggup memperbaikinya 100 kali lebih cepat. Artinya, solusi ini bisa meningkatkan keamanan siber tanpa harus mengorbankan kecepatan. Juga, yang tak kalah penting, dapat membantu perusahaan terhindar dari sanksi regulator akibat kebocoran data.

Selain trafik ekosistem API, tren bekerja secara hybrid (hybrid working) yang melibatkan multi-perangkat seperti laptop dan smartphone dengan koneksi internet berbeda-beda juga menjadi pemicu banyaknya celah kebocoran data perusahaan. Tak sedikit insiden serangan ransomware yang berujung pada permintaan uang tebusan oleh penjahat siber berasal dari celah endpoint semacam itu.

Untuk mengatasinya, manajemen MLPT mengimbau para perusahaanmelengkapi sistem proteksi datanya dengan solusi IBM Guardium. Pada kesempatan ini, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, Jip Ivan Sutanto, menyampaikan IBM Guardium merupakan solusi yang aktif dalam memantau, menganalisis, dan memproteksi data perusahaan secara real-time dan terus-menerus. Solusi ini akan memberikan peringatan sedini mungkin jika terjadi serangan siber. “Teknologi IBM Guardium dapat melacak secara mudah di mana data pribadi pelanggan disimpan sehingga mempersingkat waktu pencarian dan penyediaan data jika suatu saat diperlukan,” ujar Ivan.

Solusi ini cocok untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak karyawan dan banyak cabang seperti perbankan, asuransi, telekomunikasi, dan lain sebagainya karena ancaman keamanan siber yang datang dapat dicegah semaksimal mungkin.

Yang pasti, sebentar lagi UU PDP akan diberlakukan selayaknya General Data Protection Regulation (Uni Eropa), Personal Data Protection Commission (Singapura), Personal Data Protection Act 2019 (Thailand), dan Personal Data Protection Act 2010 (Malaysia). Manajemen Multipolar Technology berharap tidak ada perusahaan yang terkena sanksi akibat insiden kebocoran data setelah itu.

UU PDP Berlaku, Sanksi Berat Mengancam Perusahaan Jika Terjadi Kebocoran Data

INDONESIA termasuk negara yang rawan terhadap pencurian data. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahkan menyebut selama 2023 terjadi trafik anomali serangan siber hingga lebih dari 403 juta kali dan 103 insiden kebocoran data pribadi. Serangan siber itu terbanyak menyasar institusi pemerintah, diikuti sektor teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, transportasi, energi, dan kesehatan. Jumlah serangan itu diyakini bakal terus meningkat setiap tahunnya.

Karena itu, demi melindungi data pribadi masyarakat, pemerintah akhirnya menerbitkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP).

Pelaku industri yang melibatkan data pribadi pengguna dalam usahanya, seperti perusahaan keuangan dan perbankan, asuransi, telekomunikasi, kesehatan, ritel, transportasi e-commerce, media dan hiburan, dan pendidikan, wajib memberikan perlindungan data pengguna sesuai peraturan di dalam undang-undang tersebut.

Setelah masa transisi dari penerbitannya di Oktober 2022, undang-undang itu akan segera berlaku efektif mulai Oktober 2024 nanti. Jika data yang dikelola bocor, perusahaan sebagai Pemroses Data Pribadi siap-siap menerima sanksi, mulai dari peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan pemrosesan data pribadi, penghapusan atau pemusnahan data pribadi, hingga denda administrasi. Masalahnya, tidak semua perusahaan siap dengan pemberlakuan undang-undang tersebut lantaran pengelolaan datanya belum terstruktur alias masih amburadul.

Dalam seminar “Data Privacy in the Digital Era: Safeguarding Your Data and Ensuring Compliance with Indonesia’s PDP Law” yang diselenggarakan oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali, pada 14-16 Agustus lalu, Senior Vice President Multipolar Technology Achmad Fakhrudin mengungkapkan bahwa data pelanggan amat berguna bagi kelangsungan usaha sehingga wajib dikelola secara benar dan dijaga kerahasiaannya.

Dalam upaya memenuhi tuntutan UU PDP, ada baiknya perusahaan memanfaatkan solusi kepatuhan privasi data (data privacy compliance), salah satunya solusi Securiti. Securiti adalah solusi perlindungan data pribadi secara komprehensif berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) yang fokus pada otomatisasi dan verifikasi kepatuhan terhadap UU PDP.

Solusi ini membantu perusahaan mengelola dan melindungi data sensitif, memitigasi risiko, dan mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan yang terus berkembang melalui inovasi yang didukung oleh teknologi AI.

“Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh solusi Securiti, di antaranya mampu mengidentifikasi data sensitif, baik yang terstruktur maupun tak terstruktur; menyederhanakan permintaan subjek data (seperti koreksi atau penghapusan); meminimalisasi risiko atas pengelolaan data privasi; mendeteksi potensi pelanggaran data pihak ketiga; hingga memastikan pengolahan data pribadi berdasarkan persetujuan yang valid,” jelas Achmad.

Harus dipahami juga bahwa tingkat keamanan data perusahaan saat ini mesti lebih tangguh dari sebelumnya mengingat sistem aplikasi antar-institusi saling terkoneksi berkat teknologi Application Programming Interface (API).

Sekitar 80% trafik internet kini diramaikan oleh aktivitas API, baik pembayaran seperti internet banking, mobile banking, termasuk Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, maupun non-pembayaran.

Semakin luas koneksi aplikasi perusahaan ke ekosistem API, semakin besar pula pintu ancaman keamanan siber yang kemungkinan diterima. Agar koneksi API perusahaan terhindar dari bahaya serangan siber, Herryyanto, Director Account Management FSI & Commercial Multipolar Technology menyarankan perusahaan untuk memanfaatkan solusi Noname Security. Noname Security adalah solusi keamanan API yang komprehensif dengan fitur pemantauan lalu lintas, analisis anomali, dan deteksi kerentanan secara real-time.

Noname Security yang dibangun dengan fondasi Artificial Intelligence mampu menekan risiko serangan siber seperti pencurian data, manipulasi, dan sejenisnya tanpa perlu memodifikasi apa pun pada infrastruktur operasional bisnis. Jika terjadi insiden, solusi ini sanggup memperbaikinya 100 kali lebih cepat. Artinya, solusi ini bisa meningkatkan keamanan siber tanpa harus mengorbankan kecepatan. Juga, yang tak kalah penting, dapat membantu perusahaan terhindar dari sanksi regulator akibat kebocoran data.

Selain trafik ekosistem API, tren bekerja secara hybrid (hybrid working) yang melibatkan multi-perangkat seperti laptop dan smartphone dengan koneksi internet berbeda-beda juga menjadi pemicu banyaknya celah kebocoran data perusahaan. Tak sedikit insiden serangan ransomware yang berujung pada permintaan uang tebusan oleh penjahat siber berasal dari celah endpoint semacam itu.

Untuk mengatasinya, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology Jip Ivan Sutanto yang turut hadir dalam seminar tersebut menghimbau agar perusahaan-perusahaan melengkapi sistem proteksi datanya dengan solusi IBM Guardium. IBM Guardium merupakan solusi yang aktif dalam memantau, menganalisis, dan memproteksi data perusahaan secara real-time dan terus-menerus. Solusi ini akan memberikan peringatan sedini mungkin jika terjadi serangan siber.

“Bukan hanya itu, teknologi IBM Guardium dapat melacak secara mudah di mana data pribadi pelanggan disimpan sehingga mempersingkat waktu pencarian dan penyediaan data jika suatu saat diperlukan,” ujar Jip Ivan. “Solusi ini cocok untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak karyawan dan banyak cabang seperti perbankan, asuransi, telekomunikasi, dan lain sebagainya karena ancaman keamanan siber yang datang dapat dicegah semaksimal mungkin.”

UU PDP akan diberlakukan selayaknya negara lain seperti General Data Protection Regulation (Uni Eropa), Personal Data Protection Commission (Singapura), Personal Data Protection Act 2019 (Thailand), dan Personal Data Protection Act 2010 (Malaysia). Manajemen Multipolar Technology berharap tidak ada perusahaan yang terkena sanksi akibat insiden kebocoran data setelah itu. “Maka, segera manfaatkan solusi manajemen data yang tepat. Sebagai perusahaan system integrator, Multipolar Technology siap membantu pengimplementasiannya,” kata Herryanto. (H-2)

 

Tak Mau Kena Sanksi Kebocoran Data, Perusahaan Sebaiknya Pertimbangkan Solusi-Solusi Ini

INDOPOS.CO.ID – Indonesia termasuk negara yang rawan terhadap pencurian data. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahkan menyebut selama 2023 terjadi trafik anomali serangan siber hingga lebih dari 403 juta kali dan 103 insiden kebocoran data pribadi. Serangan siber itu terbanyak menyasar institusi pemerintah, diikuti sektor teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, transportasi, energi, dan kesehatan. Jumlah serangan itu diyakini bakal terus meningkat setiap tahunnya.

Karena itu, demi melindungi data pribadi masyarakat, pemerintah akhirnya menerbitkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP). Pelaku industri yang melibatkan data pribadi pengguna dalam usahanya, seperti perusahaan keuangan dan perbankan, asuransi, telekomunikasi, kesehatan, ritel, transportasi e-commerce, media dan hiburan, dan pendidikan, wajib memberikan perlindungan data pengguna sesuai peraturan di dalam undang-undang tersebut.

Setelah masa transisi dari penerbitannya di Oktober 2022, undang-undang itu akan segera berlaku efektif mulai Oktober 2024 nanti. Jika data yang dikelola bocor, perusahaan sebagai Pemroses Data Pribadi siap-siap menerima sanksi, mulai dari peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan pemrosesan data pribadi, penghapusan atau pemusnahan data pribadi, hingga denda administrasi. Masalahnya, tidak semua perusahaan siap dengan pemberlakuan undang-undang tersebut lantaran pengelolaan datanya belum terstruktur alias masih amburadul.

Dalam seminar “Data Privacy in the Digital Era: Safeguarding Your Data and Ensuring Compliance with Indonesia’s PDP Law” yang diselenggarakan oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali, pada 14-16 Agustus lalu, Senior Vice President Multipolar Technology Achmad Fakhrudin mengungkapkan bahwa data pelanggan amat berguna bagi kelangsungan usaha sehingga wajib dikelola secara benar dan dijaga kerahasiaannya.

Dalam upaya memenuhi tuntutan UU PDP, ada baiknya perusahaan memanfaatkan solusi kepatuhan privasi data (data privacy compliance), salah satunya solusi Securiti. Securiti adalah solusi perlindungan data pribadi secara komprehensif berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) yang fokus pada otomatisasi dan verifikasi kepatuhan terhadap UU PDP. Solusi ini membantu perusahaan mengelola dan melindungi data sensitif, memitigasi risiko, dan mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan yang terus berkembang melalui inovasi yang didukung oleh teknologi AI.

“Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh solusi Securiti, di antaranya mampu mengidentifikasi data sensitif, baik yang terstruktur maupun tak terstruktur; menyederhanakan permintaan subjek data (seperti koreksi atau penghapusan); meminimalisasi risiko atas pengelolaan data privasi; mendeteksi potensi pelanggaran data pihak ketiga; hingga memastikan pengolahan data pribadi berdasarkan persetujuan yang valid,” jelas Achmad.

Banyak Celah Kebocoran Data
Harus dipahami juga bahwa tingkat keamanan data perusahaan saat ini mesti lebih tangguh dari sebelumnya mengingat sistem aplikasi antar-institusi saling terkoneksi berkat teknologi Application Programming Interface (API). Bayangkan, sekitar 80% trafik internet kini diramaikan oleh aktivitas API, baik pembayaran seperti internet banking, mobile banking, termasuk Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, maupun non-pembayaran.

Semakin luas koneksi aplikasi perusahaan ke ekosistem API, semakin besar pula pintu ancaman keamanan siber yang kemungkinan diterima. Agar koneksi API perusahaan terhindar dari bahaya serangan siber, Herryyanto, Director Account Management FSI & Commercial Multipolar Technology menyarankan perusahaan untuk memanfaatkan solusi Noname Security. Noname Security adalah solusi keamanan API yang komprehensif dengan fitur pemantauan lalu lintas, analisis anomali, dan deteksi kerentanan secara real-time.

Noname Security yang dibangun dengan pondasi Artificial Intelligence mampu menekan risiko serangan siber seperti pencurian data, manipulasi, dan sejenisnya tanpa perlu memodifikasi apa pun pada infrastruktur operasional bisnis. Jika terjadi insiden, solusi ini sanggup memperbaikinya 100 kali lebih cepat. Artinya, solusi ini bisa meningkatkan keamanan siber tanpa harus mengorbankan kecepatan. Juga, yang tak kalah penting, dapat membantu perusahaan terhindar dari sanksi regulator akibat kebocoran data.

Selain trafik ekosistem API, tren bekerja secara hybrid (hybrid working) yang melibatkan multi-perangkat seperti laptop dan smartphone dengan koneksi internet berbeda-beda juga menjadi pemicu banyaknya celah kebocoran data perusahaan. Tak sedikit insiden serangan ransomware yang berujung pada permintaan uang tebusan oleh penjahat siber berasal dari celah endpoint semacam itu.

Untuk mengatasinya, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology Jip Ivan Sutanto yang turut hadir dalam seminar tersebut menghimbau agar perusahaan-perusahaan melengkapi sistem proteksi datanya dengan solusi IBM Guardium. IBM Guardium merupakan solusi yang aktif dalam memantau, menganalisis, dan memproteksi data perusahaan secara real-time dan terus-menerus. Solusi ini akan memberikan peringatan sedini mungkin jika terjadi serangan siber.

“Bukan hanya itu, teknologi IBM Guardium dapat melacak secara mudah di mana data pribadi pelanggan disimpan sehingga mempersingkat waktu pencarian dan penyediaan data jika suatu saat diperlukan,” ujar Jip Ivan. “Solusi ini cocok untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak karyawan dan banyak cabang seperti perbankan, asuransi, telekomunikasi, dan lain sebagainya karena ancaman keamanan siber yang datang dapat dicegah semaksimal mungkin.”

Yang pasti, sebentar lagi UU PDP akan diberlakukan selayaknya General Data Protection Regulation (Uni Eropa), Personal Data Protection Commission (Singapura), Personal Data Protection Act 2019 (Thailand), dan Personal Data Protection Act 2010 (Malaysia). Manajemen Multipolar Technology berharap tidak ada perusahaan yang terkena sanksi akibat insiden kebocoran data setelah itu. “Maka, segera manfaatkan solusi manajemen data yang tepat. Sebagai perusahaan system integrator, Multipolar Technology siap membantu pengimplementasiannya,” kata Herryyanto. (ibs)

 

Saat UU PDP Diberlakukan, Sanksi Berat Mengancam Perusahaan Jika Terjadi Kebocoran Data

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahkan menyebut selama 2023 terjadi trafik anomali serangan siber hingga lebih dari 403 juta kali dan 103 insiden kebocoran data pribadi.

Serangan siber itu terbanyak menyasar institusi pemerintah, diikuti sektor teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, transportasi, energi, dan kesehatan.

Jumlah serangan itu diyakini bakal terus meningkat setiap tahunnya sehingga mendorong pemerintah akhirnya menerbitkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP).

Pelaku industri yang melibatkan data pribadi pengguna dalam usahanya, seperti perusahaan keuangan dan perbankan, asuransi, telekomunikasi, kesehatan, ritel, transportasi e-commerce, media dan hiburan, dan pendidikan, wajib memberikan perlindungan data pengguna sesuai peraturan di dalam undang-undang tersebut.

Setelah masa transisi dari penerbitannya di Oktober 2022, undang-undang itu akan segera berlaku efektif mulai Oktober 2024 nanti.

Praktisi bidang Keamanan Data, Achmad Fakhrudin mengatakan, jika data yang dikelola bocor, perusahaan sebagai pemroses data pribadi siap-siap menerima sanksi, mulai dari peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan pemrosesan data pribadi, penghapusan atau pemusnahan data pribadi, hingga denda administrasi.

“Masalahnya, tidak semua perusahaan siap dengan pemberlakuan undang-undang tersebut lantaran pengelolaan datanya belum terstruktur alias masih amburadul,” katanya saat seminar Data Privacy in the Digital Era: Safeguarding Your Data and Ensuring Compliance with Indonesia’s PDP Law yang diadakan multipolar technology di Bali belum lama ini.

Dalam upaya memenuhi tuntutan UU PDP, ada baiknya perusahaan memanfaatkan solusi kepatuhan privasi data (data privacy compliance), salah satunya solusi security yang memberikan perlindungan data pribadi secara komprehensif berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) yang fokus pada otomatisasi dan verifikasi kepatuhan terhadap UU PDP.

“Solusi ini membantu perusahaan mengelola dan melindungi data sensitif, memitigasi risiko, dan mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan yang terus berkembang melalui inovasi yang didukung oleh teknologi AI,” katanya.

Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh solusi securiti yang mengidentifikasi data sensitif, baik yang terstruktur maupun tak terstruktur; menyederhanakan permintaan subjek data (seperti koreksi atau penghapusan); meminimalisasi risiko atas pengelolaan data privasi; mendeteksi potensi pelanggaran data pihak ketiga; hingga memastikan pengolahan data pribadi berdasarkan persetujuan yang valid.

Harus dipahami juga bahwa tingkat keamanan data perusahaan saat ini mesti lebih tangguh dari sebelumnya mengingat sistem aplikasi antar-institusi saling terkoneksi berkat teknologi Application Programming Interface (API).

Semakin luas koneksi aplikasi perusahaan ke ekosistem API, semakin besar pula pintu ancaman keamanan siber yang kemungkinan diterima.

Noname security yang dibangun dengan fondasi Artificial Intelligence mampu menekan risiko serangan siber seperti pencurian data, manipulasi, dan sejenisnya tanpa perlu memodifikasi apa pun pada infrastruktur operasional bisnis. Jika terjadi insiden, solusi ini sanggup memperbaikinya 100 kali lebih cepat.

Artinya, solusi ini bisa meningkatkan keamanan siber tanpa harus mengorbankan kecepatan. Juga, yang tak kalah penting, dapat membantu perusahaan terhindar dari sanksi regulator akibat kebocoran data.

Selain lalu lintas ekosistem API, tren bekerja secara hybrid (hybrid working) yang melibatkan multi-perangkat seperti laptop dan smartphone dengan koneksi internet berbeda-beda juga menjadi pemicu banyaknya celah kebocoran data perusahaan.

 

UU PDP Berlaku, Kepatuhan Terhadap Privasi Data Makin Penting

JAKARTA, investor.id – Indonesia termasuk negara yang rawan terhadap pencurian data. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahkan menyebut selama 2023 terjadi trafik anomali serangan siber hingga lebih dari 403 juta kali dan 103 insiden kebocoran data pribadi.

Serangan siber itu terbanyak menyasar institusi pemerintah, diikuti sektor teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, transportasi, energi, dan kesehatan. Jumlah serangan itu diyakini bakal terus meningkat setiap tahunnya.

Karena itu, demi melindungi data pribadi masyarakat, pemerintah akhirnya menerbitkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP).

Pelaku industri yang melibatkan data pribadi pengguna dalam usahanya, seperti perusahaan keuangan dan perbankan, asuransi, telekomunikasi, kesehatan, ritel, transportasi e-commerce, media dan hiburan, dan pendidikan, wajib memberikan perlindungan data pengguna sesuai peraturan di dalam undang-undang tersebut.

Setelah masa transisi dari penerbitannya di Oktober 2022, undang-undang itu akan segera berlaku efektif mulai Oktober 2024 nanti. Jika data yang dikelola bocor, perusahaan sebagai Pemroses Data Pribadi siap-siap menerima sanksi, mulai dari peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan pemrosesan data pribadi, penghapusan atau pemusnahan data pribadi, hingga denda administrasi.

Masalahnya, tidak semua perusahaan siap dengan pemberlakuan undang-undang tersebut lantaran pengelolaan datanya belum terstruktur alias masih amburadul.

Dalam seminar “Data Privacy in the Digital Era: Safeguarding Your Data and Ensuring Compliance with Indonesia’s PDP Law” yang diselenggarakan oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali, pada 14-16 Agustus lalu, Senior Vice President Multipolar Technology Achmad Fakhrudin mengungkapkan bahwa data pelanggan amat berguna bagi kelangsungan usaha sehingga wajib dikelola secara benar dan dijaga kerahasiaannya.

Dalam upaya memenuhi tuntutan UU PDP, ada baiknya perusahaan memanfaatkan solusi kepatuhan privasi data (data privacy compliance), salah satunya solusi Securiti. Securiti adalah solusi perlindungan data pribadi secara komprehensif berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) yang fokus pada otomatisasi dan verifikasi kepatuhan terhadap UU PDP.

Solusi ini membantu perusahaan mengelola dan melindungi data sensitif, memitigasi risiko, dan mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan yang terus berkembang melalui inovasi yang didukung oleh teknologi AI.

“Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh solusi Securiti, di antaranya mampu mengidentifikasi data sensitif, baik yang terstruktur maupun tak terstruktur; menyederhanakan permintaan subjek data (seperti koreksi atau penghapusan); meminimalisasi risiko atas pengelolaan data privasi; mendeteksi potensi pelanggaran data pihak ketiga; hingga memastikan pengolahan data pribadi berdasarkan persetujuan yang valid,” jelas Achmad dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (23/8/2024).

Banyak Celah Kebocoran Data

Harus dipahami juga bahwa tingkat keamanan data perusahaan saat ini mesti lebih tangguh dari sebelumnya mengingat sistem aplikasi antar-institusi saling terkoneksi berkat teknologi Application Programming Interface (API).

Bayangkan, sekitar 80% trafik internet kini diramaikan oleh aktivitas API, baik pembayaran seperti internet banking, mobile banking, termasuk Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, maupun non-pembayaran.

Semakin luas koneksi aplikasi perusahaan ke ekosistem API, semakin besar pula pintu ancaman keamanan siber yang kemungkinan diterima. Agar koneksi API perusahaan terhindar dari bahaya serangan siber, Herryyanto, Director Account Management FSI & Commercial Multipolar Technology menyarankan perusahaan untuk memanfaatkan solusi Noname Security. Noname Security adalah solusi keamanan API yang komprehensif dengan fitur pemantauan lalu lintas, analisis anomali, dan deteksi kerentanan secara real-time.

Noname Security yang dibangun dengan pondasi Artificial Intelligence mampu menekan risiko serangan siber seperti pencurian data, manipulasi, dan sejenisnya tanpa perlu memodifikasi apa pun pada infrastruktur operasional bisnis. Jika terjadi insiden, solusi ini sanggup memperbaikinya 100 kali lebih cepat.

Artinya, solusi ini bisa meningkatkan keamanan siber tanpa harus mengorbankan kecepatan. Juga, yang tak kalah penting, dapat membantu perusahaan terhindar dari sanksi regulator akibat kebocoran data.

Selain trafik ekosistem API, tren bekerja secara hybrid (hybrid working) yang melibatkan multi-perangkat seperti laptop dan smartphone dengan koneksi internet berbeda-beda juga menjadi pemicu banyaknya celah kebocoran data perusahaan.

Tak sedikit insiden serangan ransomware yang berujung pada permintaan uang tebusan oleh penjahat siber berasal dari celah endpoint semacam itu.

Untuk mengatasinya, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology Jip Ivan Sutanto yang turut hadir dalam seminar tersebut menghimbau agar perusahaan-perusahaan melengkapi sistem proteksi datanya dengan solusi IBM Guardium. IBM Guardium merupakan solusi yang aktif dalam memantau, menganalisis, dan memproteksi data perusahaan secara real-time dan terus-menerus. Solusi ini akan memberikan peringatan sedini mungkin jika terjadi serangan siber.

“Bukan hanya itu, teknologi IBM Guardium dapat melacak secara mudah di mana data pribadi pelanggan disimpan sehingga mempersingkat waktu pencarian dan penyediaan data jika suatu saat diperlukan,” ujar Jip Ivan.

“Solusi ini cocok untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak karyawan dan banyak cabang seperti perbankan, asuransi, telekomunikasi, dan lain sebagainya karena ancaman keamanan siber yang datang dapat dicegah semaksimal mungkin,” ujarnya.

Yang pasti, sebentar lagi UU PDP akan diberlakukan selayaknya General Data Protection Regulation (Uni Eropa), Personal Data Protection Commission (Singapura), Personal Data Protection Act 2019 (Thailand), dan Personal Data Protection Act 2010 (Malaysia). Manajemen Multipolar Technology berharap tidak ada perusahaan yang terkena sanksi akibat insiden kebocoran data setelah itu.

“Maka, segera manfaatkan solusi manajemen data yang tepat. Sebagai perusahaan system integrator, Multipolar Technology siap membantu pengimplementasiannya,” kata Herryyanto.

Overcoming the Complexity of Business Digitalization, Multipolar Technology Offers Hyperconverged Solutions

Menjawab tantangan kompleksitas proses di balik aneka layanan digital, PT Multipolar Technology Tbk. menawarkan Nutanix Cloud Platform.

Answering the challenges of process complexity behind various digital services, PT Multipolar Technology Tbk. offers Nutanix Cloud Platform.

Responding to the challenges of process complexity behind various digital services presented by today’s businesses, PT Multipolar Technology Tbk. offers Nutanix Cloud Platform hyperconverged infrastructure.

Digital transformation simplifies conventional systems to be more concise, fast, accurate, and automatic. However, the business digitalization process requires adequate network infrastructure, data management platforms, and cybersecurity solutions.

PT Multipolar Technology Tbk., a subsidiary of PT Multipolar Tbk., offers the Nutanix Cloud Platform to meet these needs.

“This One Platform can unite services that are on top of on-premise, on-cloud, or on-hybrid cloud infrastructure, aka hybrid multicloud, more simply,” explained Jeffry in a seminar organized by Multipolar Technology in collaboration with Nutanix and Helios Informatika Nusantara.

Adrian Kustiawan, Presales Server x86 Head Multipolar Technology, explained that Nutanix Cloud Platform offers several competitive advantages, such as high resilience, application-centric optimization, and consistent data reading performance.

He added that this platform also has seamless cluster management with flexible business performance scaling, so it can reduce data storage costs.

“More efficient data storage costs are clearly very tempting because companies must reduce expenses as cheaply as possible and increase revenue as much as possible,” he said.

Adrian also explained the advantages in terms of cyber resilience so that this platform is able to secure and recover data quickly in the event of a disruption.

Nutanix Cloud Platform has a military-grade cyber resilience data security baseline from the National Institute of Standards and Technology (NIST) recognized by the US Department of Defense Information Network (DODIN).

Following the current development of artificial intelligence (AI) technology, Nutanix Cloud Platform also supports generative AI technology, which can be used for business agility, digital twin, data-driven organization, cyber security, and customer experience.

Liana ThreestayantiKamis, 18 Juli 2024 | 17:28 WIB di infokomputer.grid.id

MLPT Says Nutanix Cloud Platform Advantages Are Beneficial for Business

Jakarta, FORTUNE – Lippo Group issuer, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) revealed the advantages of Nutanix Cloud Platform as an integrated data storage solution (hyperconverged infrastructure). This platform is claimed to be able to support the performance of applications or company business operations to run optimally, safely, intelligently, and automatically.

Division Head Server and Storage Multipolar Technology, Jeffry Tjiung Sendjaja, said that the company is indeed focused on business process automation that helps companies in various industrial sectors. “This One Platform can unite services that are on top of on-premise, on-cloud, and on-hybrid cloud infrastructure more simply,” he said in a statement received by Fortune Indonesia, Thursday (18/7).

According to him, Nutanix Cloud Platform is not only designed to make user companies more agile and innovative, but also has a number of competitive advantages, such as higher resilience, application-centric optimization, and more consistent data reading performance than competitors.

Efficiency

Presales Server x86 Head Multipolar Technology, Adrian Kustiawan, added, Nutanix Cloud Platform has the advantage of smooth cluster management and makes business performance scaling linear with flexible capacity growth.

Thus, the data storage process is dynamically distributed, which leads to lower cost requirements. “If Nutanix Cloud Platform can provide simpler services at lower costs, why choose more expensive services?” he said.

More efficient data storage costs will help companies maximize revenue.

Security and AI technology

Adrian revealed that the Nutanix Cloud Platform has a cyber resilience data security base from the National Institute of Standards and Technology (NIST) with military standards that have been recognized, one of which is by the United States Department of Defense Information Network (DODIN).

In addition, Nutanix Cloud Platform is able to simplify the adoption of GenAI (Generative Artificial Intelligence) by integrating existing databases according to company needs. Like GenAI, this feature is also equipped with Large Language Models, so that the conversation can be adjusted to the desired language.

“As a data storage solution, Nutanix Cloud Platform is suitable for use by companies to accommodate business agility, digital twin, data driven organization, cyber security, and customer experience,” said Adrian.

BY BAYU in fortuneidn.com