Jakarta, Cyberthreat.id – Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia terus tumbuh seiring tingginya penggunaan transaksi perbankan daring. Tercatat, transaksi perbankan daring telah mencapai 93 persen ketimbang transaksi konvensional yang hanya tujuh persen.
Demikian disampaikan oleh Software Architechture IBM, Ari Pratiwi, dalam sambutannya di acara Fintech & FSI: Embracing The Era of Coopetition di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (25 Juni 2019).
Ari mengatakan, perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami transisi menuju arah ekonomi digital. Poin penting dalam industri digital adalah teknologi yang dipakai serta memperkuat sistem keamanan siber (cybersecurity). “Data dan informasi dari transaksi menjadi hal yang sangat penting dalam digital banking dan financial technology,” ujar Ari.
Menurut dia, transformasi menuju ekonomi digital memerlukan dukungan semua elemen agar tidak tertinggal dengan negara lain. Salah satu teknologi yang ditawarkan IBM untuk membantu percepatan tranformasi dari konvensional ke digital adalah menggunakan teknologi cloud commputing; sistem penyimpanan virtual di server yang bisa diakses melalui komputer, tablet, atau smartphone.
Terpisah, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Hari Santosa Sungkari, mengatakan, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia saat ini tertinggi di Asia Tenggara. “Pada 2015-2017 pertumbuhan dari ekonomi digital di Indonesia hampir 90 persen,” katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Minggu (23 Juni 2019) seperti dikutip dari Antaranews.com.
Ia mengatakan pelaku kreatif serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia paling banyak melakukan kegiatan melalui ekonomi digital.
Pada 2017, kata dia, transaksi e-commerce di Indonesia mencapai US$ 8 miliar; dari jumlah itu sekitar US$ 5 miliar transaksinya dilakukan melalui Bukalapak, Tokopedia, dan platform daring lainnya.
Ia mengaku saat pergi ke beberapa daerah seperti Magelang, Salatiga, Bengkulu, dan sebagainya, menjumpai banyak ibu-ibu rumah tangga yang membuat kerajinan tangan maupun makanan dan produknya dijual dengan transaksi ekonomi digital.
“Penting bagi kita adalah transaksi digital ini menguntungkan bangsa Indonesia. Jadi, kita nantinya seperti arahan Bapak Presiden, ekspor barang-barang Indonesia,” kata Hari.
Terkait dengan hal itu, kata dia, literasi digital penting dilakukan, salah satunya melalui kegiatan Bekraf Developer Day Purwokerto 2019 dengan mengundang semua pelaku ekonomi kreatif. Menurut dia, hal itu dilakukan karena saat sekarang banyak pelaku digital yang berada di daerah.
Hari mengatakan bangsa Indonesia mempunyai kearifan lokal yang memiliki banyak kelebihan. “Kita punya budaya, kita punya kearifan lokal, itu kita bungkus ulang dengan kekinian menjadi ekonomi kreatif,” ujarnya.
Ia mengatakan ada 16 subsektor ekonomi kreatif yakni aplikasi dan pengembangan permainan, arsitektur, desain produk, fesyen, desain interior, desain komunikasi visual, film/animasi/video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni rupa, serta televisi dan radio.