JAKARTA (IndoTelko) – Jika satu dekade lalu nasabah perbankan umumnya hanya melakukan transaksi 2-3 kali dalam sebulan, kini bisa jadi lebih dari 10 kali dalam sehari. Bagaimana tidak, saat ini semua proses pembayaran dan pemindahbukuan dapat dilakukan dengan mudah melalui satu tangan (via mobile banking dan online banking) tanpa harus pergi ke anjungan tunai mandiri (ATM) atau kantor kas.
Contoh yang paling gampang, saat memesan ojek online untuk menuju ke stasiun, kita membayarnya menggunakan e-wallet; untuk naik kereta kita membayarnya dengan kartu e-money; begitu makan siang kita memanfaatkan QRIS; untuk memesan barang dan membeli pulsa kita memakai mobile banking; dan seterusnya. Jadi, satu orang bisa bertransaksi perbankan berkali-kalii dalam sehari.
Aktifitas tersebut menjadi bukti bahwa digitalisasi telah mengubah perilaku konsumen (consumer behaviour) atau nasabah dalam industri perbankan secara total. Berkat digitalisasi, nilai transaksi digital banking di Tanah Air pun lantas melonjak drastis. Jika tahun ini diproyeksikan bakal mencapai Rp58.478 triliun, merujuk pada data Bank Indonesia, tahun depan diyakini naik menjadi Rp63.803 triliun.
Seiring dengan itu, jumlah data yang mesti diolah oleh perusahaan perbankan juga kian berlipat. Masalahnya, menurut Direktur Penelitian Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Mohamad Miftah, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perusahaan perbankan terkait hal itu. Misalnya, kemampuan mengelola data dan risiko ancaman kebocoran data nasabah.
“Belum lagi soal ketidaksesuaian investasi teknologi informasi dengan strategi bisnis perusahaan, risiko outsourcing dengan pihak ketiga, dan lain sebagainya,” kata Miftah dalam acara BPD Forum 2024 bertema “Becoming Data-Driven Organization: Analytics Strategy and Digital Landscape Acceleration” yang digelar Asbanda dan PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Bali belum lama ini.
Mengingat begitu kompleksnya masalah data yang harus dikelola, sebagai perusahaan yang fokus membantu automasi beragam sektor bisnis, Multipolar Technology menyarankan kepada perusahaan-perusahaan perbankan, baik bank nasional maupun bank pembangunan daerah, agar memanfaatkan platform big data yang canggih berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti VisionAnalytics.