Teknologi penyimpanan data atau server memiliki jangka waktu operasional. Apabila memasuki masa end-of-support harus diganti. Namun, mengganti server seolah terlihat mudah, padahal penuh kompleksitas. Sebab, di dalam server terdapat data perusahaan yang jumlahnya amat banyak. Itu belum termasuk apakah perusahaan Anda menggunakan infrastruktur on-premise, on-cloud, atau perpaduan antara keduanya
Mengantisipasi kondisi tersebut, IBM memperluas lini server IBM Power10-nya dari yang tahun lalu fokus untuk skala enterprise ke model mid-range dan scale-out yang lebih fleksibel dan aman. Dengan lini server IBM Power10 yang baru ini, perusahaan-perusahaan pengguna dimungkinkan untuk memodernisasi, melindungi, dan mengautomasi aplikasi bisnis dan operasi teknologi informasi (TI) mereka secara mudah. Selain itu, cocok untuk lingkungan hybrid cloud dan ekosistem cloud native.
“IBM Power10 dengan server mid-range dan scale-out menghadirkan kemampuan server kelas atas yang dapat diterapkan di lingkungan multi-cloud, baik cloud native maupun hybrid cloud,” kata Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (MLPLT), partner IBM, dalam siaran persnya.
Ia menambahkan, perusahaan yang tengah melakukan akselerasi digital tentunya butuh dukungan platform infrastruktur seperti IBM Power10 yang tangguh untuk mission critical environment mereka. Sehingga bisa meluncurkan aplikasi dengan cepat dan terjamin keamanannya.
Prosesor IBM Power10 memiliki waktu respons lebih cepat, dilengkapi PowerPrivate Cloud dengan kapasitas resource yang sangat dinamis dari platform seperti Red Hat OpenShift, Linux, AIX, dan IBM i (AS/400) untuk area public cloud, private cloud, dan hybrid cloud. Prosesor tersebut juga memiliki perlindungan data menyeluruh dengan enkripsi end-to-end, serta fitur artificial intelligence (AI) untuk otomatisasi pada server dan menampilkan wawasan secara lebih cepat.
“Server mid-range dan scale-out seperti yang ditawarkan IBM Power10 diperlukan karena perusahaan saat ini harus sanggup mengikuti tuntutan konsumen yang kian cepat. Sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan yang tak terduga dengan biaya operasional yang lebih ekonomis,” lanjut Yohan.