INDUSTRY.co.id, Jakarta – Sebagai manajer teknologi informasi, apa yang Anda pikirkan jika ternyata server-server perusahaan Anda sudah memasuki masa end-of-support? Tentu saja menggantinya dengan yang baru, sebuah pekerjaan yang sekilas tampak mudah tetapi sebetulnya tak semudah membalikkan telapak tangan.
Sebab, di dalam server terdapat data perusahaan yang jumlahnya amat banyak dan kompleks. Itu belum termasuk apakah perusahaan Anda menggunakan infrastruktur on-premise, on-cloud, atau perpaduan antara keduanya. Apa pun itu, yang jelas server yang digunakan harus proven dan sesuai kebutuhan.
Foto kiri ke kanan: Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business Multipolar Technology, bersama Lindra Heryadi, Department Head Presales IBM Hardware Multipolar Technology, saat menjelaskan tentang keunggulan lini server IBM Power10 yang baru dalam seminar “Gaining Business Agility in Uncertain Times” di Fairmont Hotel, Jakarta, Kamis (25/8).
Nah, baru-baru ini perusahaan teknologi multinasional IBM (NYSE: IBM) yang berbasis di New York, Amerika Serikat, mengakomodasi kebutuhan itu dengan memperluas lini server IBM Power10-nya dari yang tahun lalu fokus untuk skala enterprise ke model mid-range dan scale-out yang lebih fleksibel dan aman.
Dengan lini server IBM Power10 yang baru ini, perusahaan-perusahaan pengguna dimungkinkan untuk memodernisasi, melindungi, dan mengautomasi aplikasi bisnis dan operasi teknologi informasi (TI) mereka secara mudah, serta cocok untuk lingkungan hybrid cloud dan ekosistem cloud native.
Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang berperan sebagai mitra dalam mendukung pengembangan teknologi digital di berbagai sektor, menyambut baik lini server IBM Power10 terbaru yang menggabungkan kinerja, skalabilitas, dan tingkat keamanan tinggi tersebut.
“IBM Power10 dengan server mid-range dan scale-out menghadirkan kemampuan server kelas atas yang dapat diterapkan di lingkungan multi-cloud, baik cloud native maupun hybrid cloud,” ungkapnya dalam seminar “Gaining Business Agility in Uncertain Times” di Fairmont Hotel, Jakarta, Kamis (25/8).
Ia menambahkan, perusahaan yang tengah melakukan akselerasi digital tentunya butuh dukungan platform infrastruktur seperti IBM Power10 yang tangguh untuk mission critical environment mereka, sehingga bisa meluncurkan aplikasi dengan cepat dan terjamin keamanannya.
Prosesor IBM Power10 memiliki waktu respons lebih cepat, dilengkapi PowerPrivate Cloud dengan kapasitas resource yang sangat dinamis dari platform seperti Red Hat OpenShift, Linux, AIX, dan IBM i (AS/400) untuk area public cloud, private cloud, dan hybrid cloud. Prosesor tersebut juga memiliki perlindungan data menyeluruh dengan enkripsi end-to-end, serta fitur Artificial Intelligence (AI) untuk otomatisasi pada server dan menampilkan wawasan secara lebih cepat.
Server mid-range dan scale-out seperti yang ditawarkan IBM Power10, lanjut Yohan, amat diperlukan karena perusahaan saat ini harus sanggup mengikuti tuntutan konsumen yang kian cepat serta beradaptasi terhadap perubahan yang tak terduga, dengan biaya operasional yang lebih ekonomis.
Harus disadari bahwa kinerja perusahaan akan terganggu jika aplikasi yang digunakan sering mengalami downtime. Berdasarkan penelitian firma riset IDC*, ada tiga penyebab utama aplikasi mengalami downtime: pertama, karena kegagalan jaringan (16,2%); kedua, kegagalan server (15,5%), ketiga, serangan malware (10,3%).
Padahal, biaya downtime amat mahal. Masih menurut IDC*, biaya downtime bagi 20,7% perusahaan di dunia berkisar US$5.000-10.000 per jam; bagi 18,4% perusahaan bernilai US$10.000-25.000 per jam; bagi 17% perusahaan sekitar US$25.000-100.000 per jam; bahkan bagi 1,4% perusahaan bisa mencapai US$500.000 per jam.
“Sebagai IBM Platinum Business Partner tentu Multipolar Technology berharap pelanggan bisa menikmati kinerja server yang lebih cepat, dengan konsumsi energi lebih rendah, juga lebih ekonomis dari sisi biaya, tanpa mengurangi ketangguhan dan perlindungan keamanannya,” tambah Lindra Heryadi, Department Head Presales IBM Hardware Multipolar Technology. *Sumber: IDC The Sweet Spot of Modern Enterprise Computing