BCA Beberkan Keuntungan Adopsi Teknologi AI, dari Operasional hingga Layanan Nasabah

Jakarta – Penggunaan  artificial intelligence (AI) membuat pekerjaan menjadi lebih mudah. Proses yang sebelumnya harus dilakukan secara manual, kini bisa dilakukan secara otomatis melalui AI.

EVP of Enterprise IT Architecture, Data Management and Service Quality Group Bank BCA, Lily Wongso membeberkan sejumlah keuntungan yang sudah dialami BCA sejak menggunakan AI.

Pertama, keuntungan terkait efisiensi dan keefektifan dalam sisi operasional seperti maintenance. Lily mengatakan, sejak menerapkan AI, pihaknya bisa memetakan secara otomatis jumlah mesin ATM BCA yang memerlukan maintenance berdasarkan waktu dan lokasinya. Ini mempermudah pihaknya untuk melakukan koordinasi dengan tim maintenance di lapangan.

“Jadi, tidak satu demi satu ya, sehingga biayanya menjadi double. Kita bisa rencanakan,” ungkapnya dalam acara Infobank Outlook 2025 bertema “Artificial Intelligence for Banking Future: Banks Transition to New Operating Models” yang diadakan Infobank Institute bekerja sama dengan Mutipolar Technology dan IBM, di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.

Lalu, dengan menggunakan AI, pihaknya dapat memantau secara otomatis kapasitas supply and demand penarikan uang tunai dari setiap mesin ATM BCA maupun kantor cabang BCA yang ada. Kondisi ini kemudian membuat pihaknya bisa men-supply dana atau perlengkapan lainnya ke setiap mesin ATM dan kantor cabang secara proporsional karena telah diketahuinya demand uang tunai dan kebutuhan tertentu di setiap wilayah melalui machine learning AI.
Kedua, keuntungan pada layanan konsumen. Penggunaan AI, dikatakannya, telah membantu pihaknya memonitor layanan yang diberikan kepada nasabah melalui sistem warning seperti voice analytics. Ini membantu pihaknya untuk mengetahui apakah konsumen sudah dilayani sesuai standar BCA.
“AI itu juga improve customer experience. Nasabah pasti ingin cepat. Face biometric membuat itu semua lebih cepat dan tentu saja kita jaga pengamanannya,” tuturnya.
“Face biometric juga percepat proses onboarding karyawan dan log in juga itu semuanya bisa pakai face biometric,” tambahnya.
Ketiga, untuk fraud detection. Lily katakan AI memang banyak dimanfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab untuk aktivitas phising dan serangan siber lainnya, tetapi AI juga lah yang banyak dipakai oleh BCA untuk menangkal serangan-serangan siber.
Teknologi AI digunakan BCA untuk melacak account takeover dan biometric dari fraudster. Ia jelaskan bahwa pihaknya megumpulkan data blacklist yang ada, dan seketika pembukaan rekening dilakukan oleh pihak yang sudah di-blacklist, maka secara otomatis pihaknya bisa melakukan pengecekan.
“Keempat, AI bisa mendukung inovasi lebih baik. Kami ada kelas buat user, dan kita melatih unit bisnis kami bagaimana mereka bisa buat modelnya sendiri. Dari sanalah muncul inovasi produk yang sekiranya sesuai bagi nasabah serta personalisasinya,” jelasnya.
Terakhir, ia terangkan, penggunaan AI membantu peningkatan produktivitas di BCA melalui sistem CoPilot. Misalnya, saat proses pembukaan rekening, semuanya bisa dibantu dengan computer vision atau OCR, analisa face biometric, dan Halo BCA.
Kehadiran Halo BCA, ditegaskannya, untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan melalui kehadiran manusia atau human touch di Halo BCA untuk melakukan validasi. “Seluruh proses tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar empat menit. Bisa dicoba bapak-ibu,” tutupnya. (*) Steven Widjaja

Ramai Bank Melakukan Digitalisasi, OJK Tegaskan Pentingnya Perlindungan Data

Jakarta – Industri perbankan di Indonesia semakin gencar melakukan digitalisasi dalam operasionalnya. Sebagai contoh, banyak bank yang memanfaatkan teknologi siber, seperti memakai artificial intelligence (AI) untuk mengolah dan menganalisis data, atau menjaga keamanan.

Di tengah maraknya digitalisasi di sektor perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali mengingatkan pelaku agar tidak melupakan aspek pelindungan data, khususnya kepada nasabah mereka.

Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Perbankan OJK, Eddy Manindo Harahap mengatakan, pihaknya sudah meluncurkan POJK No. 22 Tahun 2023 tentang Pelindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa Keuangan. POJK ini disebut mengacu dari Undang-undang (UU) No. 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (PDP).

“POJK ini mencakup kewajiban bank untuk menjaga kerahasian dan keamanan data konsumen, aspek penukaran dan transfer data, serta pemrosesan data,” ujar Eddy dalam acara Infobank Outlook 2025 bertajuk Artificial Intelligence for Banking Future: Banks Transition to New Operating Model, yang diadakan Infobank Institute bekerja sama dengan Multipolar Technology dan IBM, di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.

POJK ini mengimbau perbankan untuk memastikan keamanan sistem informasi dan ketahanan siber. Tujuannya, agar informasi dan data yang dikelola tetap terjaga kerahasiannya, integritas, serta ketersediaannya efektif dan efisien.

Tingkatkan resiliensi digital

Tidak berhenti di pelindungan data, Eddy mengajak perbankan untuk meningkatkan resiliensi digital. Cakupan dari aspek ini lebih luas, karena berkaitan langsung dengan ekosistem industri, alih-alih hanya satu perusahaan saja.

“Resiliensi digital mencakup ketahanan yang lebih luas dibandingkan sekedar keamanan siber. Ini adalah tentang bagaimana suatu organisasi bisa tumbuh dan bertahan di tengah perubahan yang cepat,” papar Eddy.

Dalam hal ini, resiliensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu resiliensi terhadap dinamika bisnis dan resiliensi terhadap disrupsi. Penanganannya pun berbeda dari satu dengan lainnya. Untuk jenis pertama misalnya, bank wajib mempertahankan relevansi mereka di pasar. Salah satu caranya adalah dengan mengadopsi teknologi baru.

“Bank harus bisa mengadopsi teknologi terbaru yang bisa membuka peluang baru dan mendorong kolaborasi dalam posisi digital. Penting juga untuk memiliki desain organisasi yang bisa beradaptasi dan bertransformasi seiring dengan perkembangan digital,” tuturnya.

Pentingnya manajemen risiko yang baik

Sementara, untuk jenis kedua, Eddy mengajak bank untuk menjaga operasional di tengah gangguan eksternal. Menurutnya, bank wajib memiliki manajemen risiko yang baik, resiliensi operasional, dan manajemen kelangsungan bisnis yang bagus.

Semua ini juga sudah tertuang dalam Panduan Resiliensi Digital (Digital Resilience) yang dikeluarkan OJK pada Agustus 2024 lalu. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Siap-siap! OJK Akan Luncurkan Panduan Tata Kelola AI untuk Perbankan

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah merancang panduan tata kelola pemakaian  artificial intelligence (AI) untuk sektor perbankan.

Menurut Eddy Manindo Harahap, Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Perbankan OJK, panduan ini tengah digodok oleh regulator, mengacu kepada  AI best practices. Rencananya, OJK akan meluncurkan panduan ini pada awal 2025.

“OJK berencana juga untuk menerbitkan panduan tata kelola AI di sektor perbankan. Mungkin ini rencananya akan kita terbitkan tahun ini atau paling tidak awal tahun depan,” kata Eddy dalam acara Infobank Outlook 2025 bertajuk Artificial Intelligence for Banking Future: Banks Transition to New Operating Model, yang diadakan Infobank Institute bekerja sama dengan Multipolar Technology dan IBM, di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.

Beberapa best practices yang nantinya menjadi cakupan panduan ini meliputi pertumbuhan berkelanjutan, nilai keadilan yang mengutamakan kemanusiaan, ketahahan, keamanan, dan keselamatan, transparansi, serta akuntabilitas.

OJK menyadari bahwa AI memiliki potensi yang besar di industri perbankan dalam meningkatkan kinerja. Namun, dengan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para pemain, penting bagi seluruh stakeholders untuk bisa memitigasi risiko dari AI.

“Kita memerlukan sinergi dan kolaborasi yang kuat di sektor perbankan didukung oleh regulasi yang juga tepat. Dengan cara ini kita bisa memaksimalkan manfaat dan mewujudkan industri perbankan yang bersaing sehat dan berkontribusi tinggi terhadap perekonomian Indonesia,” tutupnya.

Sebagai informasi, riset dari McKinsey & Co pada 2023 lalu, menunjukkan bahwa AI mampu meningkatkan laba industri perbankan sekitar 2,8 persen sampai 4,7 persen. Peningkatan ini adalah yang tertinggi kedua, di bawah industri high tech.

Lebih lanjut, di Indonesia, AI sudah dimanfaatkan dalam berbagai aspek operasional, mulai dari chatbotcredit scoring, pemrosesan dokumen, dan personalisasi produk. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

 

Simak! Tantangan dan Peluang Penerapan AI di Sektor Perbankan

Jakarta – Teknologi  artificial intelligence (AI) bisa dibilang sudah menjadi teknologi yang umum digunakan saat ini. Hampir sebagian besar sektor kini telah menggunakan AI untuk mempermudah proses yang ada, tanpa terkecuali sektor perbankan.

Salah satu bank yang turut gencar menerapkan teknologi AI adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

EVP of Enterprise IT Architecture, Data Management and Service Quality Group Bank BCA, Lily Wongso mengungkapkan jika penggunaan AI telah menciptakan efisiensi dan efektifitas pada sistem operasi hingga membantu fraud detection.

Namun begitu, penerapan AI tidaklah mudah. Terdapat sejumlah rintangan dalam penerapan AI.

Lily mengatakan, tantangan pertama adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) untuk pengoperasian AI.

“Tentu saja challenge pertama adalah mencari tenaga-tenaga yang experienced untuk memenuhi kebutuhan internal,” ujarnya dalam acara Infobank Outlook 2025 bertema “Artificial Intelligence for Banking Future: Banks Transition to New Operating Models”, yang diadakan Infobank Institute bekerja sama dengan Multipolar Technology dan IBM, di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.

Perlu standarisasi data

Kedua, ia membeberkan, diperlukannya standarisasi data sebelum penerapan AI. Ini bertujuan untuk mengurangi hasil pemrosesan data yang bias oleh AI.

Data dari beragam transaksi perlu distandarisasi sebelum diproses oleh AI, agar bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya.

“Banyak sekali data yang kita hasilkan dari transaksi perbankan. Jangan sampai data itu kualitasnya tak bisa dipertanggung jawabkan, tak akurat, dan bias dalam modelnya itu sendiri,” paparnya.

Regulasi AI

Ketiga, regulatory dan compliance. Aspek ketiga ini sangatlah penting. Perlu ada regulasi yang mengatur khusus soal penerapan teknologi AI.

Regulasi AI yang ada nantinya, ia imbau, jangan hanya mengatur soal governance, namun juga privasi.

Ia menjelaskan bahwa regulasi AI di Eropa mengatur aspek governancefairness, dan transparancy.

Ketiga aspek tersebut adalah sumber risiko-risiko yang bisa muncul dari penerapan AI, yang perlu diantisipasi melalui sistem regulasi yang jelas.

“AI itu seperti blackbox. Begitu sudah ada modelnya, data apapun bisa keluar, kita bisa saja tidak tahu sebenarnya model ini bekerja seperti apa dan tujuannya untuk apa. Di situlah transparansi dibutuhkan,” tegasnya.

Penyelarasan bisnis

Terakhir, yakni business alignment. Dalam penerapan teknologi AI, divisi IT perlu memastikan bahwa semua lini bisnis atau divisi itu terkonsolidasi saling melengkapi, dan tidak beroperasi sendiri-sendiri sampai tak terkontrol dengan baik.

Kurangnya aspek kontrol akan memicu lahirnya berbagai risiko seperti serangan siber.

“Jadi bagaimana alignment itu bisa terjadi. Di situlah peran dari teman-teman yang menjadi data steward, atau mungkin PIC yang mengoordinasi dari AI tersebut,” pungkasnya.

Solusi dari IBM

IBM API Connect

IBM API Connect adalah solusi pengelolaan API yang lengkap dan canggih sehingga cocok digunakan oleh perbankan dan lembaga keuangan yang ingin berpartisipasi dalam ekonomi API.

Solusi ini dikembangkan berdasarkan empat prinsip utama, yakni Create, Run, Manage, dan Secure. Dengan API Connect, bank dapat membangun ekosistem baru yang memungkinkan kolaborasi dengan pihak ketiga melalui pembuatan, penyebaran, pengelolaan, dan pengamanan layanan menggunakan teknologi API.

Hal ini membuka peluang akuisisi pelanggan baru, meningkatkan pendapatan, dan profit. Semakin bervariasi layanan yang dikolaborasikan, semakin besar potensi keuntungan yang diperoleh.

Noname Security

Noname Security mampu menekan risiko serangan siber, seperti pencurian data dan manipulasi, tanpa perlu melakukan perubahan pada infrastruktur operasional bisnis. Jika terjadi insiden, solusi ini mampu memperbaikinya 100 kali lebih cepat, sehingga dapat meningkatkan keamanan siber.

Selain itu, solusi ini juga membantu perusahaan terhindar dari sanksi regulator akibat kebocoran data. Noname Security memanfaatkan  Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) untuk mendeteksi ancaman yang terjadi pada API, mengidentifikasi kerentanan yang mungkin tidak terdeteksi solusi lain, serta mendeteksi serangan secara real-time.

IBM Watsonx

IBM watsonx membantu nasabah perbankan mendapatkan informasi seputar layanan perbankan yang kompleks dengan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Solusi ini mampu menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih personal dan efisien melalui penggunaan chatbot cerdas.

IBM watsonx Assistant mampu memahami dan merespons pertanyaan pelanggan secara natural, memberikan informasi dengan cepat menggunakan bahasa yang mudah dipahami, serta menyediakan notifikasi real time atas transaksi yang dilakukan. Dengan solusi ini, perusahaan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan, sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan dan reputasi perusahaan. (*) Steven Widjaja

Daya Tahan Pengelolaan Data Nasabah

Di era digitalisasi, bank dituntut memberikan produk dan layanan sesuai dengan kebutuhan nasabah. Perlunya pemanfaatan teknologi baru guna mendukung inovasi di sektor perbankan, khususnya pengelolaan data nasabah. Platform machine learning disinyalir bisa mengoptimalkan layanan nasabah.

Oleh Rully Ferdian

 

Digitalisasi telah mengubah perilaku nasabah (consumer behaviour). Transaksi digital banking di Tanah Air melonjak drastis. Merujuk data Bank Indonesia (BI), pada tahun ini, nilai transaksi digital banking diproyeksikan bakal mencapai Rp58.478 triliun, dan pada 2025 diyakini dapat menembus Rp63.803 triliun. Awal 2000-an, nasabah umumnya hanya melakukan transaksi 2-3 kali dalam sebulan. Kini bisa jadi lebih dari 10 kali dalam sehari. Semua proses transaksi perbankan, seperti pembayaran dan pemindahbukuan, dapat dilakukan dengan mudah melalui mobile banking (m-banking) atau online banking tanpa harus transaksi melalui ATM atau kantor cabang.

Namun, di balik maraknya transaksi perbankan terdapat sejumlah tantangan dan risiko, terutama terkait pengolahan data nasabah. Kemampuan bank-bank dalam mengelola data dan risiko ancaman kebocoran data nasabah masih menjadi pekerjaan rumah. Itulah mengapa bank-bank harus mengedepankan aspek penting terkait dengan ketahanan digital (digital resilience), baik terhadap dinamika bisnis maupun gangguan (disrupsi). Digital resilience merupakan framework yang lebih luas dari cyber security karena terkait dengan kemampuan bank untuk dapat tumbuh dan bertahan di tengah lingkungan yang berubah secara dinamis dan bergantung pada teknologi.

Resiliensi bank terkait dinamika bisnis era digital menjadi penting sehingga bisnis bank tetap relevan di market. Hal itu dapat dilakukan dengan menjaga digital competitiveness melalui technology adoption, organizational change, dan customercentric product development. Sementara, resiliensi bank terkait disrupsi atau gangguan terhadap bank, seperti serangan siber, dapat dilakukan dengan tiga kapabilitas, yaitu anticipate, withstand and recover, dan sustain.

Menurut Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, makin besar dan bervariasinya data yang berkembang di industri perbankan, maka diperlukan suatu platform yang bisa menyimpan, mengolah, dan melakukan analisis secara cepat dan akurat serta memiliki kapabilitas artificial intelligence (Al) dan machine learning untuk dapat melakukan analisis preskriptif dan prediksi ke depan. Hal ini akan menghasilkan informasi yang berharga bagi bank untuk mendukung pengambilan keputusan bisnis.

“(Terkait) perubahan perilaku nasabah saat ini yang menuju digital, bank diharapkan mampu mempersiapkan inisiatif-inisiatif digital guna mempertahankan kepuasan nasabah terhadap pelayanan bank,” ujar Achmad kepada Infobank dalam “BPD Forum” di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, solusi big data merupakan sebuah end-to-end big data yang telah dilengkapi dengan data lake (tempat penyimpanan data) berbasis Hadoop, data engineering untuk transformasi, data warehouse untuk menyimpan hasil analitik data, operasional DB untuk real-time processing, hingga machine learning untuk melakukan prediksi data.

“Solusi ini dikemas lengkap dengan analytics use case yang cocok untuk sektor perbankan, seperti profit and lifetime value customer, customer segmentation, customer 360, dan mash banyak lagi,” tambahnya.

Di era digitalisasi, bank dituntut dapat memberikan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen atau mencapai customer centric orientation sehingga bisnis digital banking dapat terus berjalan dan memiliki keunggulan kompetitif. Pengembangan produk berorientasi konsumen dapat memperhatikan empat aspek.

Pertama, customer engagement. Bagaimana strategi untuk retain customer dalam menilai keberhasilan produk dan layanan bank serta upaya untuk meningkatkan ketergantungan nasabah pada produk bank. Selain itu, pengukuran customer engagement dalam rangka melakukan improvement. Yang perlu diperhatikan juga yaitu strategi untuk mempertahankan konsumen agar tidak beralih ke layanan dan produk bank pesaing.

Kedua, customer experience. Perlunya evaluasi produk dan layanan berdasarkan pengalaman nasabah. Selain itu, diperlukan analisis pengalaman nasabah dalam menggunakan produk dan layanan digital yang diberikan bank, antara lain respons atas desain produk, jenis produk, dan kecepatan akses aplikasi bank. Perbaikan dan penginian atas produk dan layanan digital juga perlu diperhatikan.

Ketiga, customer insight. Perlunya pemanfaatan data dan informasi nasabah dalam rangka pengembangan produk dan layanan, antara lain demografi, perilaku, serta preferensi dan kebutuhan nasabah. Perlu pula kolaborasi dengan nasabah dalam menciptakan produk bank dengan melibatkan baik ide maupun peran serta nasabah dalam proses pengembangan produk dan layanan bank.

Keempat, customer trust and perception. Perlu evaluasi produk dan layanan berdasarkan persepsi dan tingkat kepercayaan nasabah, antara lain diukur melalui kualitas produk, layanan, biaya, dan reputasi aplikasi bank. Selain itu, perlunya menyediakan saluran umpan balik (feedback) untuk mendapatkan masukan dari nasabah.

Untuk meningkatkan daya saing di era digitalisasi, bank seyogianya terus melakukan inovasi atas produk dan layanan, baik secara mandiri maupun melalui kolaborasi dengan pihak lain. Sejalan dengan itu, perlu memanfaatkan teknologi tertentu untuk mendukung inovasi di sektor perbankan. Di tengah perkembangan teknologi yang kian pesat, penting langkah sistematis dalam mengadopsi teknologi baru bagi bank sehingga proses adopsi teknologi dapat berjalan lancar dengan mempertimbangkan potensi risiko yang terkait.

Teknologi machine-learning-based profitability, misalnya, bisa digunakan untuk memprediksi profitability yang akan terjadi di masa depan, berdasarkan histori transaksi, sehingga kebijakan yang relevan dengan masa depan bisa diputuskan lebih definitif secara real time. Manfaatnya antara lain bank memperoleh insight dari kondisi bisnis saat ini terkait dengan revenue yang diperoleh dari nasabah nonindividu dan individu produktif. Selain itu, memperoleh insight terkait dengan impact dari cost marketing yang sudah dikeluarkan. Bank juga memperoleh insight terkait profit yang diperoleh jika memberikan tambahan cost, seperti special rate deposito atau kredit.

Menurut Achmad, dengan memanfaatkan platform machine-learning-based segmentation, perbankan juga dapat menggunakan insight dari setiap segmen nasabah untuk menentukan target dari campaign yang sedang atau akan dilakukan. Bank dapat menentukan strategi bisnis yang dapat dilakukan selanjutnya untuk produk bisnis terkait berdasarkan profiling dari setiap segmen nasabah sehingga bisa mendapatkan hasil yang efektif.

Banyak manfaat yang dapat diperoleh manakala bank mengoptimalkan data nasabah. Tidak saja meningkatkan pelayanan, tapi juga dapat meningkatkan penjualan. Identifikasi cross selling dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan machine learning dengan membandingkan profil customer berdasarkan feature atau variabel untuk customer yang mempunyai kemiripan – akan direkomendasikan produk yang tidak dimiliki. Bank juga dapat membuat prioritas nasabah yang dapat ditawarkan berdasarkan probability score-nya sehingga penggunaan marketing budget menjadi lebih optimal. Dengan pembuatan probability score diharapkan akan terjadi peningkatan “take-up rate” penawaran. Itu artinya secara biaya operasional perbankan menjadi lebih efisien dan secara risiko relatif lebih terjaga.

Ekosistem digital bank tetap memerlukan open innovation dan open collaboration. Solusi API Management memudahkan bank dalam mengelola akses integrasi dan kolaborasi dengan efisien dan optimal. Namun, tidak boleh dilupakan juga bahwa ancaman serangan siber membuat keamanan digital menjadi aspek penting yang harus diperhatikan bank dalam melakukan transformasi digital.

Solusi Ini Memudahkan Korporasi Memutakhirkan Aplikasi

Harus diakui bahwa teknologi berkembang sangat cepat. Contohnya di industri perbankan, apa yang kita rasakan saat ini sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan 2-3 dekade lalu. Jika dulu mentransfer uang tidak bisa langsung sampai, proses mengambil uang tunai di anjungan tunai mandiri (ATM) harus di bank yang sama dengan kartunya, dan sebagainya, kini semua itu dapat dilakukan antar-bank secara real-time.

Alur transaksi yang lambat dan tak praktis itu disebabkan oleh pemrosesan data yang masih bersifat desentralisasi alias silo di masing-masing kantor cabang. Wahyudi Joko Santoso, Senior Vice President PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, mengatakan perseroan pada 2022 untuk pertama kalinya melakukan pemrosesan data secara online dan terpusat menggunakan core banking system. Sejak itu, Bank BTN terus memodernisasi sistem pemrosesan data dan aplikasinya sesuai teknologi yang berkembang.

Wahyudi menjelaskan teknologi yang lebih canggih memungkinkan interaksi digital menjadi lebih baik, mengoptimalkan sistem dan menyederhanakan proses demi meningkatkan efisiensi, memperkuat keamanan sistem dan manajemen risiko, serta agar mampu beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan pasar yang semakin kompleks.

BTN merupakan pengguna peladen (server) IBM Power dari seri IBM Power7, IBM Power9, dan storage IBM FlashSystem. Tahun ini, BTN mulai memanfaatkan IBM Power10 yang diintegrasikan dengan IBM FlashSystem dengan salah satu fitur terbaiknya, yaitu IBM Safeguarded Copy yang memiliki fungsi sebagai Cyber Resilience sebagai langkah untuk memodernisasi aplikasi dalam antisipasi jika terjadi fault system. “Kami termasuk pengguna teknologi IBM yang kini memanfaatkan keunggulan teknologi IBM Power10,” jelas Wahyudi dalam seminar Accelerating Digital Transformation: Modernizing Applications with IBM Infrastructure yang digelar oleh PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di Jakarta Selasa, (8/10/2024) kemarin.

Herryyanto, Director Account Management FSI & Commercial Multipolar Technology, menyampaikan perbankan, asuransi, telekomunikasi, transportasi, pendidikan, perhotelan, dan sebagainya merupakan industri yang sarat data sehingga sangat penting kepada perusahaan untuk melakukan modernisasi aplikasi menggunakan teknologi andal.

Sebagai perusahaan system integrator, Multipolar Technology menawarkan server IBM Power10 karena memiliki sejumlah kelebihan dalam mendukung modernisasi aplikasi perusahaan. “Kelebihan server IBM Power10 memungkinkan perusahaan memodernisasi, melindungi, dan mengotomasi aplikasi bisnisnya secara lebih mudah. Tentu ini sangat mendukung strategi perusahaan untuk bisa mengikuti tren yang ada,” jelas Herryyanto.

Guannuary, Product Manager IBM Power Multipolar Technology, menyebutkan sejumlah kelebihan server IBM Power10, antara lain kinerja prosesornya 2-4 kali lebih baik dibanding x86, dapat diskalakan sehingga memangkas biaya untuk penyediaan sumber daya yang mahal, dan bisa diterapkan di lingkungan multicloud, baik cloud native maupun hybrid cloud.

Modernisasi aplikasi menggunakan arsitektur microservices Red Hat OpenShift Container Platform yang berjalan di atas IBM Power10 dapat menghasilkan return on investment (ROI) sebesar 468% dalam tiga tahun, memangkas siklus pengembangan hingga 70%, dan mencatatkan efisiensi operasional sampai 50%. Penggunaan server IBM Power10 juga menghemat pengeluaran perangkat keras (hardware) hingga 44%, performa workload 2-10 kali lebih cepat, dan mengurangi biaya lisensi 50%.

Untuk solusi penyimpanan data, IBM memiliki storage FlashSystem yang dilengkapi dengan fitur Safeguarded Copy dan FlashSystem Cyber Vault, yang memberikan perlindungan kuat terhadap ancaman siber. Guannuary menjelaskan, IBM Safeguarded Copy dapat melakukan pencadangan data dengan men-snapshot data dari server tanpa bisa diubah, men-snapshot data pada Storage FlashSystem yang sama dengan data operasional, dan memungkinkan pemulihan lebih cepat jika terjadi bencana atau kerusakan.

Lalu, FlashSystem Cyber Vault berperan mengidentifikasi serangan ransomware sedini mungkin, memindai data untuk mengetahui apakah ada data yang rusak, dan memetakan salinan mana yang tidak terpengaruh oleh gangguan. Kombinasi antara server IBM Power10 dan storage IBM FlashSystem yang dilengkapi Safeguarded Copy dan FlashSystem Cyber Vault dapat menjadi satu kesatuan yang mendukung modernisasi aplikasi bisnis perusahaan. MLPT adalah anak usaha dari PT Multipolar Tbk (MLPL).

Multipolar Technology bantu modernisasi aplikasi perusahaan

JAKARTA (IndoTelko) – Teknologi berkembang sangat cepat. Seperti halnya di industri perbankan, apa yang kita rasakan saat ini sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan 2-3 dekade lalu. Jika dulu mentransfer uang tidak bisa langsung sampai, proses mengambil uang tunai di anjungan tunai mandiri (ATM) harus di bank yang sama dengan kartunya, dan lain sebagainya, kini semua itu dapat dilakukan antar-bank secara real-time.

Alur transaksi yang lambat dan tak praktis itu disebabkan oleh pemrosesan data yang masih bersifat desentralisasi alias silo di masing-masing kantor cabang. PT Bank Tabungan Negara Tbk (IDX: BBTN) (Bank BTN), sebagaimana diceritakan oleh Senior Vice President-nya, Wahyudi Joko Santoso kala pertama kali melakukan pemrosesan data secara online dan terpusat menggunakan core banking system pada 2002. Sejak itu, Bank BTN terus memodernisasi sistem pemrosesan data dan aplikasinya sesuai teknologi yang berkembang.

Menurutnya, menggunakan teknologi yang lebih canggih memungkinkan interaksi digital menjadi lebih baik, mengoptimalkan sistem dan menyederhanakan proses demi meningkatkan efisiensi, memperkuat keamanan sistem dan manajemen risiko, serta agar mampu beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan pasar yang semakin kompleks.

Bank BTN sendiri merupakan pengguna server IBM Power dari seri IBM Power7, IBM Power9, dan storage IBM FlashSystem. Tepat tahun ini Bank BTN mulai memanfaatkan IBM Power10 yang diintegrasikan dengan IBM FlashSystem dengan salah satu fitur terbaiknya, yaitu IBM Safeguarded Copy yang memiliki fungsi sebagai Cyber Resilience sebagai langkah untuk memodernisasi aplikasi dalam antisipasi jika terjadi fault system.

“Kami termasuk pengguna teknologi IBM yang kini memanfaatkan keunggulan teknologi IBM Power10,” katanya dalam seminar Accelerating Digital Transformation: Modernizing Applications with IBM Infrastructure yang digelar oleh PT Multipolar Technology Tbk akhir September lalu.

Dijelaskan Director Account Management FSI & Commercial Multipolar Technology, Herryyanto, seperti diketahui, perbankan, asuransi, telekomunikasi, transportasi, pendidikan, perhotelan, dan sebagainya merupakan industri yang sarat data sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan modernisasi aplikasi menggunakan teknologi andal.

Sebagai perusahaan system integratorterkemuka di Tanah Air, Multipolar Technology menawarkan server IBM Power10 karena memiliki sejumlah kelebihan dalam mendukung modernisasi aplikasi perusahaan.

“Kelebihan server IBM Power10 memungkinkan perusahaan memodernisasi, melindungi, dan mengotomasi aplikasi bisnisnya secara lebih mudah. Tentu ini sangat mendukung strategi perusahaan untuk bisa mengikuti tren yang ada,” ujarnya.

Sementara Product Manager IBM Power Multipolar Technology, Guannuary menyebutkan sejumlah kelebihan server IBM Power10, antara lain kinerja prosesornya 2-4 kali lebih baik dibanding x86, dapat diskalakan sehingga memangkas biaya untuk penyediaan sumber daya yang mahal, dan bisa diterapkan di lingkungan multicloud, baik cloud native maupun hybrid cloud.

Modernisasi aplikasi menggunakan arsitektur microservices Red Hat OpenShift Container Platform yang berjalan di atas IBM Power10 dapat menghasilkan return on investment (ROI) sebesar 468% dalam tiga tahun, memangkas siklus pengembangan hingga 70%, dan mencatatkan efisiensi operasional sampai 50%. Penggunaan server IBM Power10 juga menghemat pengeluaran perangkat keras (hardware) hingga 44%, performa workload 2-10 kali lebih cepat, dan mengurangi biaya lisensi 50%.

Untuk solusi penyimpanan data, IBM memiliki storage FlashSystem yang dilengkapi dengan fitur Safeguarded Copy dan FlashSystem Cyber Vault, yang memberikan perlindungan kuat terhadap ancaman siber. Guannuary menjelaskan, IBM Safeguarded Copy dapat melakukan pencadangan data dengan men-snapshotdata dari server tanpa bisa diubah, men-snapshot data pada Storage FlashSystem yang sama dengan data operasional, dan memungkinkan pemulihan lebih cepat jika terjadi bencana atau kerusakan.

FlashSystem Cyber Vault berperan mengidentifikasi serangan ransomwaresedini mungkin, memindai data untuk mengetahui apakah ada data yang rusak, dan memetakan salinan mana yang tidak terpengaruh oleh gangguan. Kombinasi antara server IBM Power10 dan storage IBM FlashSystem yang dilengkapi Safeguarded Copy dan FlashSystem Cyber Vault dapat menjadi satu kesatuan yang mendukung modernisasi aplikasi bisnis perusahaan. (mas)

Begini Solusi bagi Perusahaan Memodernisasi Aplikasi Secara Mudah

Jakarta – Harus diakui bahwa teknologi berkembang sangat cepat. Contohnya di industri perbankan. Jika dulu mentransfer uang tidak bisa langsung sampai, proses mengambil uang tunai di anjungan tunai mandiri (ATM) harus di bank yang sama dengan kartunya, dan lain sebagainya, kini semua itu dapat dilakukan antar-bank secara real-time.

Wahyudi Joko Santoso Senior Vice President PT Bank Tabungan Negara Tbk atau Bank BTN) menceritakan, pertama kalinya melakukan pemrosesan data secara online dan terpusat menggunakan core banking system pada 2002. Sejak itu, Bank BTN terus memodernisasi sistem pemrosesan data dan aplikasinya sesuai teknologi yang berkembang.

Menurut Wahyudi, menggunakan teknologi yang lebih canggih memungkinkan interaksi digital menjadi lebih baik, mengoptimalkan sistem dan menyederhanakan proses demi meningkatkan efisiensi, memperkuat keamanan sistem dan manajemen risiko, serta agar mampu beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan pasar yang semakin kompleks.

Bank BTN sendiri merupakan pengguna server IBM Power dari seri IBM Power7, IBM Power9, dan storage IBM FlashSystem. Tepat tahun ini Bank BTN mulai memanfaatkan IBM Power10 yang diintegrasikan dengan IBM FlashSystem dengan salah satu fitur terbaiknya, yaitu IBM Safeguarded Copy yang memiliki fungsi sebagai Cyber Resilience sebagai langkah untuk memodernisasi aplikasi dalam antisipasi jika terjadi fault system.

“Kami termasuk pengguna teknologi IBM yang kini memanfaatkan keunggulan teknologi IBM Power10,” kata Wahyudi Joko dalam seminar Accelerating Digital Transformation: Modernizing Applications with IBM Infrastructure yang digelar oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Jakarta, baru-baru ini.

Sementara, Herryyanto, Director Account Management FSI & Commercial Multipolar Technology, mengungkapkan seperti diketahui, perbankan, asuransi, telekomunikasi, transportasi, pendidikan, perhotelan, dan sebagainya merupakan industri yang sarat data sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan modernisasi aplikasi menggunakan teknologi andal.

Sebagai perusahaan system integrator terkemuka di Tanah Air, Multipolar Technology menawarkan server IBM Power10 karena memiliki sejumlah kelebihan dalam mendukung modernisasi aplikasi perusahaan.

“Kelebihan server IBM Power10 memungkinkan perusahaan memodernisasi, melindungi, dan mengotomasi aplikasi bisnisnya secara lebih mudah. Tentu ini sangat mendukung strategi perusahaan untuk bisa mengikuti tren yang ada,” jelas Herryyanto.

Kemudian, Guannuary, Product Manager IBM Power Multipolar Technology, menyebutkan sejumlah kelebihan server IBM Power10, antara lain kinerja prosesornya 2-4 kali lebih baik dibanding x86, dapat diskalakan sehingga memangkas biaya untuk penyediaan sumber daya yang mahal, dan bisa diterapkan di lingkungan multicloud, baik cloud native maupun hybrid cloud.

Modernisasi aplikasi menggunakan arsitektur microservices Red Hat OpenShift Container Platform yang berjalan di atas IBM Power10 dapat menghasilkan return on investment (ROI) sebesar 468 persen dalam tiga tahun, memangkas siklus pengembangan hingga 70 persen, dan mencatatkan efisiensi operasional sampai 50 persen.

Penggunaan server IBM Power10 juga menghemat pengeluaran perangkat keras (hardware) hingga 44 persen, performa workload 2-10 kali lebih cepat, dan mengurangi biaya lisensi 50 persen.

Untuk solusi penyimpanan data, IBM memiliki storage FlashSystem yang dilengkapi dengan fitur Safeguarded Copy dan FlashSystem Cyber Vault, yang memberikan perlindungan kuat terhadap ancaman siber.

Guannuary menjelaskan, IBM Safeguarded Copy dapat melakukan pencadangan data dengan men-snapshot data dari server tanpa bisa diubah, men-snapshot data pada Storage FlashSystem yang sama dengan data operasional, dan memungkinkan pemulihan lebih cepat jika terjadi bencana atau kerusakan.

Lalu, FlashSystem Cyber Vault berperan mengidentifikasi serangan ransomware sedini mungkin, memindai data untuk mengetahui apakah ada data yang rusak, dan memetakan salinan mana yang tidak terpengaruh oleh gangguan.

Kombinasi antara server IBM Power10 dan storage IBM FlashSystem yang dilengkapi Safeguarded Copy dan FlashSystem Cyber Vault dapat menjadi satu kesatuan yang mendukung modernisasi aplikasi bisnis perusahaan. (*)

Multipolar Technology Tawarkan Solusi Andal untuk Modernisasi Aplikasi

Di era digital yang semakin kompleks dan serba cepat, modernisasi aplikasi dan digitalisasi infrastruktur menjadi kunci sukses bagi perusahaan, terutama di industri yang sarat dengan pengolahan data, misalnya perbankan.

Dibandingkan 2-3 dekade lalu, misalnya, layanan perbankan saat ini dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat. Dulu, misalnya, proses pengambilan uang tunai melalui mesin ATM harus dilakukan nasabah di ATM bank yang sama dengan kartu milik nasabah. Kini hal itu dapat dilakukan antar-bank secara real-time.

Teknologi Lebih Canggih, Interaksi Digital Lebih Baik

Alur transaksi yang lambat dan tak praktis itu disebabkan oleh pemrosesan data yang masih bersifat desentralisasi alias silo di masing-masing kantor cabang. PT Bank Tabungan Negara Tbk (IDX: BBTN) (Bank BTN), sebagaimana diceritakan oleh Wahyudi Joko Santoso sebagai senior vice president-nya, pertama kalinya melakukan pemrosesan data secara online dan terpusat menggunakan core banking system pada 2002. Sejak itu, Bank BTN terus memodernisasi sistem pemrosesan data dan aplikasinya sesuai teknologi yang berkembang.

Menurut Wahyudi Joko, menggunakan teknologi yang lebih canggih memungkinkan interaksi digital menjadi lebih baik, mengoptimalkan sistem dan menyederhanakan proses demi meningkatkan efisiensi, memperkuat keamanan sistem dan manajemen risiko, serta agar mampu beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan pasar yang semakin kompleks.

Bank BTN sendiri merupakan pengguna server IBM Power dari seri IBM Power7, IBM Power9, dan storage IBM FlashSystem. Tepat tahun ini Bank BTN mulai memanfaatkan IBM Power10 yang diintegrasikan dengan IBM FlashSystem dengan salah satu fitur terbaiknya, yaitu IBM Safeguarded Copy yang memiliki fungsi sebagai Cyber Resilience sebagai langkah untuk memodernisasi aplikasi dalam antisipasi jika terjadi fault system.

“Kami termasuk pengguna teknologi IBM yang kini memanfaatkan keunggulan teknologi IBM Power10,” lanjut Wahyudi Joko dalam seminar Accelerating Digital Transformation: Modernizing Applications with IBM Infrastructure yang digelar oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Jakarta, Selasa (24/9) lalu.

Teknologi Andal untuk Modernisasi Aplikasi 

Herryyanto, Director Account Management FSI & Commercial Multipolar Technology, mengungkapkan, seperti diketahui, perbankan, asuransi, telekomunikasi, transportasi, pendidikan, perhotelan, dan sebagainya merupakan industri yang sarat data sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan modernisasi aplikasi menggunakan teknologi andal.

Sebagai perusahaan system integrator terkemuka di Tanah Air, Multipolar Technology menawarkan server IBM Power10 karena memiliki sejumlah kelebihan dalam mendukung modernisasi aplikasi perusahaan.

“Kelebihan server IBM Power10 memungkinkan perusahaan memodernisasi, melindungi, dan mengotomasi aplikasi bisnisnya secara lebih mudah. Tentu ini sangat mendukung strategi perusahaan untuk bisa mengikuti tren yang ada,” jelas Herryyanto.

Guannuary, Product Manager IBM Power Multipolar Technology, menyebutkan sejumlah kelebihan server IBM Power10, antara lain kinerja prosesornya 2-4 kali lebih baik dibanding x86, dapat diskalakan sehingga memangkas biaya untuk penyediaan sumber daya yang mahal, dan bisa diterapkan di lingkungan multicloud, baik cloud native maupun hybrid cloud.

Modernisasi aplikasi menggunakan arsitektur microservices Red Hat OpenShift Container Platform yang berjalan di atas IBM Power10 dapat menghasilkan return on investment (ROI) sebesar 468% dalam tiga tahun, memangkas siklus pengembangan hingga 70%, dan mencatatkan efisiensi operasional sampai 50%. Penggunaan server IBM Power10 juga menghemat pengeluaran perangkat keras (hardware) hingga 44%, performa workload 2-10 kali lebih cepat, dan mengurangi biaya lisensi 50%.

Untuk solusi penyimpanan data, IBM memiliki storage FlashSystem yang dilengkapi dengan fitur Safeguarded Copy dan FlashSystem Cyber Vault, yang memberikan perlindungan kuat terhadap ancaman siber. Guannuary menjelaskan, IBM Safeguarded Copy dapat melakukan pencadangan data dengan men-snapshot data dari server tanpa bisa diubah, men-snapshot data pada Storage FlashSystem yang sama dengan data operasional, dan memungkinkan pemulihan lebih cepat jika terjadi bencana atau kerusakan.

Lalu, FlashSystem Cyber Vault berperan mengidentifikasi serangan ransomware sedini mungkin, memindai data untuk mengetahui apakah ada data yang rusak, dan memetakan salinan mana yang tidak terpengaruh oleh gangguan. Kombinasi antara server IBM Power10 dan storage IBM FlashSystem yang dilengkapi Safeguarded Copy dan FlashSystem Cyber Vault dapat menjadi satu kesatuan yang mendukung modernisasi aplikasi bisnis perusahaan.

 

Multipolar Technology Ungkap Cara Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Lewat Solusi IBM Event Automation

Jakarta, TechnoBusiness ID ● Pertumbuhan data digital yang eksponensial telah mengubah lanskap bisnis. Setiap harinya, perusahaan menghasilkan begitu banyak informasi berupa data dalam bentuk event dari berbagai aktivitas pelanggan, seperti klik website, transaksi online, dan interaksi dengan aplikasi. Data ini menyimpan potensi besar untuk dapat mengenal pelanggan lebih personal, meningkatkan pengalaman pengguna, dan mendorong pertumbuhan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan solusi yang mampu mengelola seluruh event secara efisien demi meningkatkan kepuasan pelanggan dan pada akhirnya memaksimalkan potensi pendapatan perusahaan.

“Bayangkan saat pelanggan mencari tiket penerbangan, dengan pengelolaan event yang tepat, maka perusahaan e-commerce dapat memaksimalkan potensi penjualan melalui rekomendasi hotel dan destinasi terdekat atau fasilitas populer lainnya di daerah yang dituju lengkap dengan promonya. Promo ini bisa bekerja sama dengan hotel atau penyedia kartu kredit,” ungkap Jip Ivan, Director Enterprise Application Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), dalam seminar Revolutionizing Business Insights with Event Automation yang digelar di Grand Hyatt Jakarta, Kamis (19/9).

Contoh lainnya, penyedia streaming musik digital yang dapat memberikan rekomendasi musik yang lebih personal dan relevan, dengan memantau aktivitas pengguna secara real-time seperti lagu yang didengarkan, di-skip, atau ditambahkan ke playlist. Juga, menyuguhkan iklan yang sesuai berdasarkan event dan preferensi pengguna gratis. Di sektor perbankan, dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan dan memantau transaksi secara real-time guna mencegah penipuan, dan memberikan notifikasi instan kepada pelanggan terkait aktivitas perbankan yang dilakukan.

“Jadi, harus dipahami bahwa yang dimaksud event di sini adalah tindakan, aktivitas, atau kejadian yang dapat dideteksi dan direkam dalam sebuah sistem. Ini bisa berupa tindakan pengguna, perubahan data, atau kejadian eksternal yang berdampak pada sistem tersebut. Kita harus bisa memanfaatkan data yang dihasilkan dari event ini untuk membuat sistem lebih cerdas, responsif, efisien, dan itu membutuhkan solusi yang tepat,” jelas Jip Ivan.

Solusi tepat untuk menangani banyaknya event yang terus mengalir adalah IBM Event Automation. Elen, Department Head Middleware Cloud Platform Multipolar Technology, menjelaskan, IBM Event Automation merupakan solusi berbasis event-driven yang membantu perusahaan mendeteksi situasi secara real-time, mengambil tindakan, dan mengotomatisasi proses bisnis demi memaksimalkan pendapatan.

Solusi IBM Event Automation mengintegrasikan teknologi open-source seperti Apache Kafka dan Apache Flink untuk memproses dan menganalisis data secara real-time. Solusi ini memiliki beberapa fitur utama, antara lain membangun dan menguji alur pemrosesan stream secara instan dengan antarmuka low-code menggunakan Apache Flink.

Lalu, memungkinkan perusahaan mendeteksi skenario bisnis penting dan meresponsnya secara real-time; mengotomatisasi tindakan berdasarkan event yang terdeteksi untuk meningkatkan respons dan efisiensi operasional; mendukung berbagai sumber event dan dapat diintegrasikan dengan infrastruktur yang sudah ada tanpa terkunci pada vendor tertentu, dan memberikan akses mandiri yang aman kepada tim di seluruh perusahaan sambil mempertahankan kontrol dan tata kelola.

“Dengan IBM Event Automation, perusahaan dapat menyuguhkan layanan secara lebih cepat, lebih personal, dan lebih kompetitif, sehingga dalam jangka panjang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan yang bermuara pada kenaikan pendapatan,” ungkap Elen. Di dalam IBM Event Automation terdapat IBM Event Streams, solusi streaming data untuk mendukung aplikasi yang membutuhkan pemrosesan data secara real-time.

IBM Event Streams dibangun di atas Apache Kafka yang dikelola sepenuhnya menggunakan teknologi container dan dapat diimplementasikan secara on-premise sebagai bagian dari IBM Event Automation. Elen menambahkan, IBM Event Streams memiliki beberapa keunggulan, di antaranya memiliki antarmuka yang sederhana untuk mengelola dan memantau kluster Kafka, fitur keamanan dan privasi data yang ketat, mendukung penskalaan otomatis, menawarkan arsitektur multi-zona dan fitur pemulihan bencana, serta mendukung berbagai aplikasi dan sumber data eksternal.

Pemanfaatan IBM Event Streams dapat membantu perusahaan membangun aplikasi yang responsif dan adaptif, dengan memanfaatkan data secara real-time untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan efisiensi operasional. Lantas, demi mendukung tersedianya data yang akurat, dapat dilengkapi dengan solusi IBM InfoSphere Data Replication.

Fajar Try Putra, Solutions Specialist Multipolar Technology, mengatakan, IBM InfoSphere Data Replication dapat menjawab tantangan semakin sulitnya proses update dan replikasi data yang dipicu oleh pertumbuhan data yang kian masif. Solusi ini membantu penyediaan data event lebih cepat karena cukup hanya mengirimkan data yang di-mapping, difilter, atau yang dibutuhkan saja. Solusi ini berfungsi untuk menyediakan data atas event yang ada secara akurat dan cepat, mengintegrasikan data dari semua platform dan basis data, yang pengimplementasiannya tidak perlu menghentikan proses bisnis.

“Kombinasi solusi IBM Event Streams dan IBM InfoSphere Data Replication tentunya amat mendukung perusahaan agar makin kompetitif dan relevan di pasar. Untuk mengimplementasikan solusi-solusi itu, serahkan saja ke tim ahli Multipolar Technology,” pungkas Jip Ivan.