Jalankan Aplikasi Cloud-Ready, Ini 3 Platform Terkemuka yang Layak Dipertimbangkan Perbankan

INDUSTRY.co.id, Jakarta– Di era digital yang serba-canggih seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan perbankan di Tanah Air sebenarnya telah berlomba-lomba mendigitalisasi layanannya dengan memanfaatkan teknologi komputasi awan (cloud computing). Sayangnya, penerapannya masih terkendala kompleksitas, operasional yang terpisah-pisah (silo), dan biaya yang mahal.

Karena itu, dibutuhkan solusi yang memungkinkan teknologi cloud mampu berjalan dengan baik di sistem perbankan yang ada. Caranya dengan mengubah aplikasi yang sebelumnya bersistem monolitik ke aplikasi cloud-ready. Langkah awal yang harus dilakukan perbankan untuk itu adalah dengan mempersiapkan infrastruktur yang lebih cloud-ready sebelum menyiapkan aplikasinya.

Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang berperan sebagai mitra dalam mendukung pengembangan teknologi digital di berbagai sektor, menyebut ada banyak infrastruktur dan platform yang memudahkan penerapan aplikasi cloud-ready di perbankan. Tiga di antaranya, yaitu Red Hat OpenShift, Nutanix Private Cloud, dan Google Cloud.

Red Hat OpenShift merupakan platform kontainer konsisten [consistent container platform] yang memudahkan pengelolaan dan modernisasi aplikasi yang ada serta menghadirkan aplikasi baru. “Ibarat mesin mobil, platform kontainer aplikasi Red Hat OpenShift dapat berjalan di infrastruktur cloud apa pun,” ungkapnya dalam sebuah seminar bertema Cloud-Ready Banking di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa (14/6).

Platform kontainer aplikasi Red Hat OpenShift memungkinkan perusahaan perbankan menjalankan aplikasi di infrastruktur pilihan yang dirasa paling tepat, entah itu on-premise, public cloud, private cloud, atau pun hybrid cloud, tanpa harus memodifikasi aplikasinya terlebih dahulu. Dalam deployment-nya pun tidak membutuhkan downtime sehingga perusahaan perbankan dapat terus berinovasi dan go-to-market lebih cepat tanpa mengganggu layanan pelanggan.

Jika platform kontainer aplikasi Red Hat OpenShift seperti mobil, Nutanix Private Cloud dan Google Cloud diibaratkan infrastruktur jalannya. Meski sama-sama menjadi infrastruktur bagi platform kontainer aplikasi, antara Nutanix Private Cloud dan Google Cloud memiliki karakteristik yang berbeda—yang dapat dipilih sesuai kebutuhan perusahaan perbankan atas fungsi aplikasinya.

Nutanix Private Cloud mirip seperti infrastruktur jalan di kompleks perumahan yang sifatnya privat atau terbatas hanya untuk mobil penghuni saja yang diizinkan lewat. Dengan begitu, pergerakannya menjadi lebih bebas disertai kebijakan dan kontrol sepenuhnya di sisi pengguna karena hanya platform kontainer aplikasi milik perusahaan perbankan tertentu yang bisa berjalan di 1-2 dua jalur infrastruktur tersebut.

Sementara Google Cloud, menurut Fiertra Cahya, Cloud Technology Manager Multipolar Technology, diumpamakan seperti infrastruktur jalan tol yang semua mobil diperbolehkan lewat, tiket yang dibayar sesuai tujuan dan jarak. Artinya, infrastruktur milik Google itu bisa menampung banyak dan beragam platform kontainer aplikasi perbankan melalui 6-8 lajur jalan bebas hambatan, sehingga mampu melayani lebih banyak dan mempercepat waktu perjalanan. Karena lebih terbuka terhadap jenis kendaraan dan digunakan bersama, biaya yang ditawarkan menjadi lebih murah, bahkan tanpa investasi awal.

Fiertra mengatakan proses setup platform kontainer aplikasi pada Google Cloud juga cukup cepat, bisa kurang dari lima menit. “Dari sudut pandang keamanan siber tidak perlu diragukan lagi, karena telah dijamin sertifikasi dan kepatuhan tingkat dunia yang lengkap, didukung tools terbaik dan ribuan teknisi sekuriti andal selama 24×7, saya rasa tertinggi di dunia dan pasti sudah memenuhi kebutuhan perbankan”, ujarnya.

Untuk diketahui bahwa perlunya penggunaan infrastruktur dan platform kontainer aplikasi demi mengimplementasi aplikasi cloud-ready oleh perusahaan-perusahaan perbankan di Indonesia telah direspons Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Upaya itu sudah masuk dalam Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan sebagai arah dan acuan percepatan transformasi digital perbankan yang diluncurkan regulator tersebut pada akhir Oktober lalu.

PT Multipolar Technology Tbk Information Security Management Commitment

 

 

 

 

Starting on January 2022, PT Multipolar Technology Tbk (‘MLPT’) is committed in implementing Information Security Management System (ISMS) by protecting information security from threats against confidentiality, integrity, and availability in a sustainable manner with the involvement of all Management and Employees.

 

 

 

The ISMS being implemented is based on the controls in ISO/IEC 27001:2013, as follows:

  • Annex 5   Information Security Policies
  • Annex 6   Organization of Information Security
  • Annex 7   Human Resource Security
  • Annex 8   Asset Management
  • Annex 9   Access Control
  • Annex 10   Cryptography
  • Annex 11   Physical and Environmental Security
  • Annex 12   Operations Security
  • Annex 13   Communications Security
  • Annex 14   System Acquisition, Development and Maintenance
  • Annex 15   Supplier Relationships
  • Annex 16   Information Security Incident Management
  • Annex 17   Information Security Aspects of Business Continuity Management
  • Annex 18   Compliance

Currently, MLPT is in the process of ISO 27001:2013 certification as the follow-on of our commitment stated above.

Memitigasi Serangan Siber Di Tengah Cepatnya Transformasi Perbankan

Jakarta – Di tengah proyeksi kenaikan ekonomi dan keuangan digital, ancaman keamanan siber berpotensi menimbulkan risiko besar bagi bisnis perbankan digital di beberapa tahun mendatang. Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) tahun 2020, estimasi total kerugian rata-rata tahunan yang dialami sektor jasa keuangan secara global yang disebabkan oleh serangan siber yaitu senilai USD100 miliar atau lebih dari Rp1.433 triliun.

Berkembangnya digitalisasi pada sektor keuangan bagaikan pedang bermata dua. Selain mempermudah transaksi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, bahwa digitalisasi juga meningkatkan probabilitas serangan siber hingga 86,70%. Deputi Direktur Basel & Perbankan Internasional, Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Tony mengungkapkan, angka ini menjadi yang tertinggi di antara sektor lainnya.

Dirinya menjabarkan, serangan siber yang terjadi pada top 10 industri di 2021, 22,4% nya terjadi di sektor keuangan. Jika dirinci, ada 70% serangan yang ditujukan kepada perbankan, 16% perusahaan asuransi, dan 14% sektor keuangan lainnya.

“Probabilitas serangan siber di sektor keuangan ke depan diprediksi bisa mencapai 86,7% dan memang diprediksi akan successful apabila bank-bank tidak siap untuk melakukan mitigasi kepada keamanan siber,” ujar Tony dalam seminar Infobank bekerja sama dengan Multipolar Technology dengan tema ‘Mengukur Percepatan Transformasi Digital Perbankan: Bagaimana Strategi Mitigasi dan Kesiapan Bank Menghadapi Cybercrime’ Selasa, 17 Mei 2022.

Dalam penguatan regulasi digitalisasi perbankan, OJK menyadari bahwa terdapat disparitas atau perbedaan dalam ekosistem sektor keuangan Indonesia yang beragam. Untuk itu, regulator saat ini lebih menerapkan kebijakan-kebijakan prinsip atau principle based dibandingkan dengan mengatur teknis operasional sektor keuangan. Dengan begitu, lanjut Tony, industri keuangan bisa lebih bebas dalam melakukan inovasi selama mematuhi prinsip dasar yang berlaku.

Regulasi principle based tersebut, tambah Tony, salah satunya tertuang dalam Blueprint Transformasi Digital Perbankan yang diterbitkan oleh OJK sebagai arah dan acuan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional agar lebih memiliki daya tahan (resilience), berdaya saing, dan kontributif.

Cetak Biru ini merupakan gambaran yang lebih konkret atas berbagai inisiatif dan komitmen OJK dalam mendorong akselerasi transformasi digital pada perbankan. Aturan ini mencakup lima pilar utama dalam digitalisasi, yaitu data, teknologi, manajemen risiko, kolaborasi, dan tatanan institusi. “Aturan ini pada akhirnya akan kembali ke customer. Bagaimana bank bisa menjaga keyakinan masyarakat terhadap sistem keuangan nasional,” ucap Tony.

Mengantisipasi Serangan Siber

Semakin meningkatnya penggunaan digital pada sebuah perusahaan, maka semakin tinggi juga risiko serangan siber yang dihadapi. Dalam hal ini, Multipolar Technology pun mengingatkan agar setiap perusahaan terutama sektor keuangan dapat mewaspadai ancaman serangan siber yang bersumber dari internal di samping dari serangan eksternal. Serangan internal ini seringkali tidak disadari dan memerlukan waktu lama untuk menanganinya.

Section Head Multipolar Technology, Ignasius Oky Yoewono mengatakan, timbulnya serangan internal, salah satunya juga dipicu akses-akses karyawan yang membuka pintu bagi oknum untuk masuk ke sistem penting. “Kita perlu mengelola karyawan baik yang masih bekerja maupun yang sudah selesai bekerja dengan perusahaan terkait dengan account dan akses terhadap sistem-sistem kritikal yang ada di perusahaan. Seringkali, kita lupa menghapus kredensial atau akses privilege yang mereka punya,” paparnya.

Lebih jauh, ia menceritakan, ada salah satu kasus serangan siber pada rantai pasok perusahaan yang baru diketahui enam sampai sembilan bulan setelahnya. Serangan siber tersebut bisa terjadi karena terdapat celah pada software yang digunakan perusahaan sehingga oknum bisa memanfaatkannya. Untuk meminimalisir hal ini, Multipolar Technology menawarkan pendekatan baru dalam deteksi keamanan siber, yaitu dengan pemanfaatan solusi IBM Security.

Oky mengungkapkan, IBM Security bisa memangkas deteksi dan penyelesaian anomali siber dari beberapa hari atau minggu menjadi hitungan menit atau jam saja. Hal ini karena IBM Security memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) dalam deteksi anomali siber yang ada.

“Analisa akan dilakukan otomatis oleh AI. Tim nantinya akan diberikan sugesti oleh AI tersebut terkait remediasi yang perlu dilakukan, sehingga akan mempercepat waktu penyelidikan insiden. Tim SOC (Security Operations Center) bisa melakukan remediasi dan memperbaiki sistem secepatnya tanpa melibatkan banyak pihak,” tukas dia.

Modus Cyber Threats dan Cara Mengatasinya

Tren teknologi digital saat ini semakin canggih serta mengalami peningkatan penggunaan selama era pandemi Covid-19, khususnya pada perbankan dan keuangan. Namun, dibalik kemajuan teknologi tersebut, terdapat sisi lain yaitu dampak negatif yang biasanya dikenal dengan istilah cyber threats. Pasalnya serangan cyber threat juga semakin canggih sehingga perlu ditingkatkan juga terkait keamanan para pengguna.

Cyber threats dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan celah teknologi untuk kepentingan pribadi yang merugikan orang lain. Untuk itu, dalam menghadapi keamanan siber tersebut, terdapat 4 pilar penting yang harus diperhatikan dalam digital transformation, yaitu dari sisi tata kelola, strategi koordinasi teknologi, implementasi keamanan, serta fungsi-fungsi kerja dalam organisasi.

Dalam pemaparannya, Indra Permana Rusli, selaku Brand Technical Specialist IBM Security Indonesia menyampaikan bahwa penerapan teknologi saat ini berimbang dengan peningkatan cyber threat, semakin canggih teknologi yang dikembangkan, semakin kreatif juga tipe penyerangannya.

Dalam laporan IBM Security X-Force Threat Intelligence Index 2022, berdasarkan data riset tahun 2021, dilaporkan terdapat 3 tipe penyerangan yang seringkali kita temukan yaitu ransomware, phishing, dan data attacks. Terjadi penurunan persentase sebanyak 2 poin jika dibandingkan dengan data pada tahun sebelumnya, dari angka 23% menurun menjadi 21%. Penurunan angka tersebut merupakan hasil dukungan enforcement dari pemerintah melalui regulasi dan juga dikarenakan adanya peningkatan perhatian masyarakat terkait pentingnya pengamanan informasi. Dalam riset yang sama disebutkan bahwa dengan persentase sebanyak 41%, phishing merupakan jalur masuk yang seringkali digunakan dalam penyerangan siber.

Dalam usaha memperkuat keamanan siber untuk melindungi perusahaan dari jenis penyerangan yang semakin canggih, perusahaan harus selalu dapat menerapkan kontrol keamanan yang tepat mengikuti tren dan standar teknologi yang ada. Dikembangkanlah konsep kerangka kerja Zero Trust yang ditujukan sebagai guidelines dalam melindungi data yang ada di perusahaan kita. IBM Indonesia memiliki kerangka kerja tersendiri yang dikembangkan dari konsep tersebut, yang disebutnya sebagai IBM Security Shield. Terdiri dari 4 domain yakni Align, Protect, Manage dan Modernize. Guardium sendiri merupakan salah satu bagian solusi dari IBM Security (Protect) yang berfokus pada penerapan Data Security, yang diharapkan mampu memenuhi 5 hal terkait pengamanan data, yaitu pada proses Discover, Protect, Analyze, Respond, dan Comply.

Diawali melalui proses discover terkait data yang disimpan dan digunakan di pusat data, kemudian melalui proses protect dengan activity monitoring terhadap data-data penting, lalu dapat diterapkan aturan siapa saja yang dapat mengakses dan apa saja yang bisa diakses di dalamnya. Dengan dibangunnya konsep rangka kerja zero trust, diharapkan dapat melindungi terkait data-data pribadi untuk menghindari pencurian data yang dapat merugikan para pengguna.

Transformasi digital perbankan semakin gencar, namun regulator maupun perbankan masih harus menghadapi kejahatan siber yang semakin meningkat setiap tahunnya. Chief Information Security Officer Bank Mandiri, Saladin D. Effendi di seminar yang sama mengatakan, digitalisasi yang terus berkembang dalam memberikan kenyamanan para nasabah, tentu dibarengi dengan ancaman risiko serangan. Hal tersebut tentu harus diantisipasi oleh perbankan.

Menurutnya, ada tiga ancaman kejahatan siber teratas global 2022, jejak digital organisasi modern yang terus berkembang mendorong tren keamanan siber, yaitu social engineering dan ransomware, identity dan access control attack, serta supply chain attack.

“Dalam kasus social engineering dan ransomware, sebenarnya yang banyak terjadi adalah orang-orang jadi sering klak-klik gara-gara kerja di rumah. Sebanyak 47% ternyata terjebak pada phishing email yang diklik, jadi mengaktifkan ransomware. Kemudian ransomware dari 2020 ke 2021 itu meningkat 435%, karena sekarang sudah ada service-nya yang bisa di-download, bisa diambil, bisa nyerang. Ini yang jadi threat nomor satu, threat keduanya itu identity dan access control attack, dan threat ketiga itu supply chain attack,” jelasnya.

Setiap sektor perekonomian saat ini memang tidak lepas dari ancaman kejahatan siber. Di Indonesia sendiri, BSSN mencatat jumlah serangan siber di Indonesia selalu naik tiap tahunnya. Di sepanjang 2021 lalu, anomali trafik atau serangan siber yang tercatat mencapai 1,63 miliar, naik 3 kali lipat. Sudah sepatutnya setiap institusi, terutama sektor keuangan berhati-hati akan bahaya ini. (*) Irawati/Khoirifa

Multipolar Technology Tawarkan IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR

Jakarta, TechnoBusiness ID  Proses bisnis yang semakin digital, jarak jauh, dan otomatis membutuhkan pengelolaan data yang besar, rinci, cepat, akurat, dan aman dari ancaman serangan siber. Karena itu, PT Multipolar Technology Tbk. (IDX: MLPT), anak perusahaan PT Multipolar Tbk. (IDX: MLPL), menawarkan dua solusi berupa IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR ke pasar Indonesia.

Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, menjelaskan IBM Guardium merupakan perangkat lunak Database Activity Monitoring yang mampu memproteksi data dan mempermudah monitoring aktivitas database dengan fitur yang lengkap dan powerful.

“Solusi ini dapat memonitor dan menjaga puluhan tipe Relational Database Management System [RDBMS] maupun non-RDBMS, di cloud dan on-premises, yang kemudian disajikan dalam satu-kesatuan report dan dashboard,” jelasnya.

Solusi IBM Guardium juga mempermudah pelacakan letak data rahasia yang tersimpan serta mengetahui apakah teknologi informasi dan database yang dipakai perusahaan memiliki celah keamanan, bugleak, dan semacamnya. Juga, untuk memantau aktivitas database dari berbagai sumber data dengan satu sistem pelaporan secara terintegrasi dan real-time.

Solusi IBM Security QRadar XDR

Pergeseran operasional bisnis dari sistem konvensional ke digital membuat data yang harus dibaca dan dianalisis oleh perusahaan semakin banyak. Masalahnya, dalam menjaga keamanan data masih banyak perangkat keamanan siber perusahaan yang berdiri sendiri-sendiri alias silo.

Tak terpantaunya akses ke jaringan perusahaan dari beragam perangkat, kurangnya kemampuan tim keamanan siber dalam menentukan prioritas penyelesaian ancaman, dan kompleksitas serangan yang sangat cepat berevolusi juga menjadi sederet tantangan lain dalam operasional bisnis perusahaan.

Teknologi Endpoint Detection and Response (EDR), Network Detection and Response (NDR), cloud, dan lain sebagainya yang berkembang pun tidak lantas bisa menyajikan seluruh data ke dalam satu dashboard tanpa menggunakan platform Security Information and Event Management (SIEM).

Untuk itu, IBM Security QRadar XDR menjadi solusinya. Jip Ivan mengatakan solusi IBM Security QRadar XDR yang dikembangkan oleh IBM membantu menggabungkan kemampuan teknologi EDR, NDR, SIEM, hingga SOAR menjadi satu-kesatuan alur kerja yang komprehensif.

Solusi tersebut menghubungkan informasi dan menjalankan fungsi secara otomatis atas bantuan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), sehingga suatu kejadian dapat direspons dan ditangani oleh tim teknologi informasi perusahaan dengan cepat.

“IBM Security QRadar XDR unggul karena didukung teknologi open source yang memungkinkan interoperabilitas dan kolaborasi antar-sistem keamanan, fleksibel, serta dapat dikembangkan dan diintegrasikan dengan ribuan perangkat lunak IBM App Exchange dan IBM X-Force Exchange,” ungkap Jip Ivan.

IBM Security QRadar XDR Suite memiliki lima modul produk utama, antara lain QRadar SIEM yang dengan kemampuan User Behavior Analytics (UBA)-nya secara otomatis mengidentifikasi dan menganalisis potensi ancaman dari dalam perusahaan secara real-time sehingga cukup waktu dan data untuk merespons ancaman.

Kedua, QRadar NDR; Modul pendukung QRadar SIEM untuk mendeteksi dan menganalisis informasi jaringan yang terdiri dari beberapa produk seperti QRadar Network Insights (QNI), QRadar Network Threat Analytics (QNTA), dan DNS Analyzer.

Ketiga, QRadar SOAR; Modul pendukung QRadar SIEM dengan fungsi Security Orchestration, Automation, and Response (SOAR) hasil akuisisi dari Resilient SOAR yang dapat diintegrasikan dengan QRadar SIEM sebagai bentuk respons dan otomasi dari insiden yang terdeteksi.

Keempat, QRadar XDR Connect; Modul baru yang mencakup manajemen kasus, investigasi otomatis, pencarian terpadu, dan threat hunting di berbagai security tools yang terintegrasi dengan threat intelligent sebagai basis AI.

Kelima, EDR ReaQta; Modul baru yang memanfaatkan AI dengan performa tinggi untuk secara otomatis mendeteksi dan memblokir ancaman yang ditemukan pada endpoint.

Jip Ivan mengatakan semua perusahaan di era digital wajib mengelola dan menjaga keamanan datanya. “Karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat menghubungi Multipolar Technology agar bisa menggunakan solusi IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR untuk itu,” tambahnya

 

Multipolar Technology Usung Solusi IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR ke Pasar Indonesia

INDOPOS.CO.ID – PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang berperan sebagai mitra dalam mendukung pengembangan teknologi digital perusahaan di berbagai sektor, mengusung dua solusi security sekaligus, yakni IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR, ke pasar Indonesia.

Proses bisnis digital yang amat bertumpu pada data menjadikan pengelolaan big data cukup penting bagi perusahaan. Konsekuensinya, semakin banyak data pribadi yang turut dikelola sehingga membutuhkan jaminan kerahasiaannya.

Untuk itu, solusi IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR diperlukan untuk mempermudah pengelolaan dan menjaga keamanan data perusahaan. Sebagaimana diketahui, proses bisnis yang semakin digital, jarak jauh, dan otomatis membutuhkan pengelolaan data yang besar, rinci, cepat, akurat, dan aman dari ancaman.

Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, Jip Ivan Sutanto mengatakan IBM Guardium dihadirkan sebagai perangkat lunak (software) Database Activity Monitoring yang mampu memproteksi data dan mempermudah monitoring aktivitas database dengan fitur yang lengkap dan powerful.

“Solusi ini dapat memonitor dan menjaga puluhan tipe Relational Database Management System [RDBMS] maupun non-RDBMS, di cloud dan on-premises, yang kemudian disajikan dalam satu-kesatuan report dan dashboard,” jelasnya dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Infobank di Jakarta, Selasa (17/5).

Solusi IBM Guardium juga mempermudah pelacakan letak data rahasia (confidential) yang tersimpan serta mengetahui apakah teknologi informasi dan database yang dipakai perusahaan memiliki celah keamanan, bug, leak, dan semacamnya.

Kelebihan dari solusi IBM Guardium lainnya adalah dapat memantau aktivitas database dari berbagai sumber data dengan satu sistem pelaporan secara terintegrasi dan real-time.

Solusi IBM Security QRadar XDR

Pergeseran operasional bisnis dari sistem konvensional ke digital membuat data yang harus dibaca dan dianalisis oleh perusahaan semakin banyak. Masalahnya, dalam menjaga keamanan data masih banyak perangkat keamanan siber perusahaan yang berdiri sendiri-sendiri alias silo.

Bukan hanya itu, tak terpantaunya akses ke jaringan perusahaan dari beragam perangkat, kurangnya kemampuan tim keamanan siber dalam menentukan prioritas penyelesaian ancaman, dan kompleksitas serangan yang sangat cepat berevolusi, menjadi sederet tantangan lain dalam operasional bisnis perusahaan.

Teknologi Endpoint Detection and Response (EDR), Network Detection and Response (NDR), cloud, dan lain sebagainya yang berkembang pun tidak lantas bisa menyajikan seluruh data ke dalam satu dashboard tanpa menggunakan platform Security Information and Event Management (SIEM).

Untuk itu, IBM Security QRadar XDR menjadi solusinya. Jip Ivan mengatakan solusi IBM Security QRadar XDR yang dikembangkan oleh IBM membantu menggabungkan kemampuan teknologi EDR, NDR, SIEM, hingga SOAR menjadi satu-kesatuan alur kerja yang komprehensif.

Solusi tersebut menghubungkan informasi dan menjalankan fungsi secara otomatis atas bantuan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), sehingga suatu kejadian dapat direspons dan ditangani oleh tim teknologi informasi perusahaan dengan cepat.

“IBM Security QRadar XDR unggul karena didukung teknologi open source yang memungkinkan interoperabilitas dan kolaborasi antar-sistem keamanan, fleksibel, serta dapat dikembangkan dan diintegrasikan dengan ribuan perangkat lunak IBM App Exchange dan IBM X-Force Exchange,” ungkap Jip Ivan.

IBM Security QRadar XDR Suite memiliki lima modul produk utama, antara lain QRadar SIEM yang dengan kemampuan User Behavior Analytics (UBA)-nya secara otomatis mengidentifikasi dan menganalisis potensi ancaman dari dalam perusahaan secara real-time sehingga cukup waktu dan data untuk merespons ancaman.

Kedua, QRadar NDR; Modul pendukung QRadar SIEM untuk mendeteksi dan menganalisis informasi jaringan yang terdiri dari beberapa produk seperti QRadar Network Insights (QNI), QRadar Network Threat Analytics (QNTA), dan DNS Analyzer.

Ketiga, QRadar SOAR; Modul pendukung QRadar SIEM dengan fungsi Security Orchestration, Automation, and Response (SOAR) hasil akuisisi dari Resilient SOAR yang dapat diintegrasikan dengan QRadar SIEM sebagai bentuk respons dan otomasi dari insiden yang terdeteksi.

Keempat, QRadar XDR Connect; Modul baru yang mencakup manajemen kasus, investigasi otomatis, pencarian terpadu, dan threat hunting di berbagai security tools yang terintegrasi dengan threat intelligent sebagai basis AI.

Kelima, EDR ReaQta; Modul baru yang memanfaatkan AI dengan performa tinggi untuk secara otomatis mendeteksi dan memblokir ancaman yang ditemukan pada endpoint.

Jip Ivan mengatakan semua perusahaan di era digital wajib mengelola dan menjaga keamanan datanya. “Karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat menghubungi Multipolar Technology agar bisa menggunakan solusi IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR untuk itu,” tambahnya

 

MPLT Usung Solusi IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR

by Eva Martha Rahayu

PT Multipolar Technology Tbk (MPLT) , anak perusahaan PT Multipolar Tbk yang berperan sebagai mitra dalam mendukung pengembangan teknologi digital perusahaan di berbagai sektor, mengusung dua solusi security, yakni IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR ke pasar Indonesia.

Proses bisnis digital yang amat bertumpu pada data menjadikan pengelolaan big data cukup penting bagi perusahaan. Konsekuensinya, semakin banyak data pribadi yang turut dikelola sehingga membutuhkan jaminan kerahasiaannya.

Untuk itu, solusi IBM Guardium dan IBM Security QRadar XDR diperlukan untuk mempermudah pengelolaan dan menjaga keamanan data perusahaan. Sebagaimana diketahui, proses bisnis yang semakin digital, jarak jauh, dan otomatis membutuhkan pengelolaan data yang besar, rinci, cepat, akurat, dan aman dari ancaman.

Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, mengatakan IBM Guardium dihadirkan sebagai perangkat lunak (software) Database Activity Monitoring yang mampu memproteksi data dan mempermudah monitoring aktivitas database dengan fitur yang lengkap dan powerful.

“Solusi ini dapat memonitor dan menjaga puluhan tipe Relational Database Management System maupun non-RDBMS, di cloud dan on-premises, yang kemudian disajikan dalam satu-kesatuan report dan dashboard,” jelas Ivan dalam keterangan tertulis (17/5/2022).

Solusi IBM Guardium juga mempermudah pelacakan letak data rahasia yang tersimpan serta mengetahui apakah teknologi informasi dan database yang dipakai perusahaan memiliki celah keamanan, bug, leak, dan semacamnya. Pergeseran operasional bisnis dari sistem konvensional ke digital membuat data yang harus dibaca dan dianalisis oleh perusahaan semakin banyak. Masalahnya, dalam menjaga keamanan data masih banyak perangkat keamanan siber perusahaan yang berdiri sendiri-sendiri alias silo.

Bukan hanya itu, tak terpantaunya akses ke jaringan perusahaan dari beragam perangkat, kurangnya kemampuan tim keamanan siber dalam menentukan prioritas penyelesaian ancaman, dan kompleksitas serangan yang sangat cepat berevolusi, menjadi sederet tantangan lain dalam operasional bisnis perusahaan.

Teknologi Endpoint Detection and Response (EDR), Network Detection and Response (NDR), cloud, dan sebagainya yang berkembang pun tidak lantas bisa menyajikan seluruh data ke dalam satu dashboard tanpa menggunakan platform Security Information and Event Management (SIEM).

Untuk itu, IBM Security QRadar XDR menjadi solusinya. Ivan  mengatakan solusi IBM Security QRadar XDR yang dikembangkan oleh IBM membantu menggabungkan kemampuan teknologi EDR, NDR, SIEM, hingga SOAR menjadi satu-kesatuan alur kerja yang komprehensif.

Solusi tersebut menghubungkan informasi dan menjalankan fungsi secara otomatis atas bantuan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), sehingga suatu kejadian dapat direspons dan ditangani oleh tim teknologi informasi perusahaan dengan cepat.

“IBM Security QRadar XDR unggul karena didukung teknologi open source yang memungkinkan interoperabilitas dan kolaborasi antar-sistem keamanan, fleksibel, serta dapat dikembangkan dan diintegrasikan dengan ribuan perangkat lunak IBM App Exchange dan IBM X-Force Exchange,” kata Ivan.

OJK Ingatkan Sektor Keuangan Mitigasi Serangan Siber

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan sektor keuangan untuk meningkatkan upaya mitigasi terhadap serangan siber. Sebab, serangan siber diprediksi akan terus mengalami peningkatan.

Menurut OJK, serangan siber terhadap digitalisasi perbankan diprediksi bisa mencapai 86,7 persen. Pada 2021, serangan siber terhadap sektor keuangan sebesar 22,4 persen.

Deputi Direktur Basel dan Perbankan Internasional, Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Tony, mengatakan digitalisasi perbankan bisa bermanfaat bagi masyarakat, namun juga bisa menimbulkan efek negatif seperti serangan siber.

“Probabilitas serangan siber sektor keuangan ke depan diprediksi bisa mencapai 86,7 persen dan memang diprediksi akan successful apabila bank-bank tidak siap melakukan mitigasi terkait keamanan siber,” kata Tony saat webinar ‘Mengukur Percepatan Transformasi Digital Perbankan: Bagaimana Strategi Mitigasi dan Kesiapan Bank Menghadapi Cybercrime?’, Selasa (17/5/2022).

Dia mengatakan,  OJK telah menerapkan kebijakan transformasi digital perbankan, salah satunya agar perbankan lebih memiliki daya tahan, berdaya saing, dan kontributif di tengah era digital. “Aturan ini pada akhirnya akan kembali ke customer. Bagaimana bank bisa menjaga keyakinan masyarakat terhadap sistem keuangan nasional,” ucap Tony.

Sementara itu, perusahaan sektor teknologi informasi, Multipolar Technology, mengingatkan agar setiap perusahaan terutama sektor keuangan dapat mewaspadai ancaman serangan siber yang bersumber dari internal, bukan hanya serangan eksternal. Sebab, serangan internal seringkali tidak disadari dan memerlukan waktu lama untuk menanganinya.

Section Head Multipolar Technology Ignatius Oky Yoewono mengatakan, timbulnya serangan internal, salah satunya dipicu akses-akses karyawan yang membuka pintu bagi oknum untuk masuk ke sistem penting.

“Kita perlu mengelola karyawan baik yang masih bekerja maupun yang sudah selesai bekerja dengan perusahaan terkait dengan akun dan akses terhadap sistem-sistem kritikal yang ada di perusahaan. Seringkali, kita lupa menghapus kredensial atau akses privilege yang mereka punya,” ucapnya.

Dia menjelaskan, ada perusahaan yang baru mengetahui terkena serangan siber hingga enam sampai sembilan bulan setelahnya. Menurutnya, serangan siber tersebut bisa terjadi karena terdapat celah pada perangkat lunakl yang digunakan perusahaan sehingga oknum bisa memanfaatkannya.

“Untuk meminimalkan itu, Multipolar Technology menawarkan pendekatan baru dalam deteksi keamanan siber, yaitu dengan pemanfaatan solusi IBM Security,” ucapnya.

OJK: Digitalisasi Meningkatkan Probabilitas Serangan Siber Hingga 86,70%

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ancaman keamanan siber berpotensi menimbulkan risiko besar bagi bisnis perbankan digital di beberapa tahun mendatang. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai digitalisasi juga meningkatkan probabilitas serangan siber hingga 86,70%.

Deputi Direktur Basel & Perbankan Internasional, Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Tony mengungkapkan, angka ini menjadi yang tertinggi di antara sektor lainnya.

Adapun serangan siber yang terjadi pada top 10 industri di 2021, sebanyak 22,4% terjadi di sektor keuangan. Jika dirinci, ada 70% serangan yang ditujukan kepada perbankan, 16% perusahaan asuransi, dan 14% sektor keuangan lainnya.

“Probabilitas serangan siber di sektor keuangan ke depan diprediksi bisa mencapai 86,7% dan memang diprediksi akan successful apabila bank-bank tidak siap untuk melakukan mitigasi kepada keamanan siber,” ujar Tony secara virtual, Selasa (17/5).

OJK menyadari bahwa terdapat disparitas atau perbedaan dalam ekosistem sektor keuangan Indonesia yang beragam. Untuk itu, regulator saat ini lebih menerapkan kebijakan-kebijakan prinsip atau principle based dibandingkan dengan mengatur teknis operasional sektor keuangan.

Dengan begitu, industri keuangan bisa lebih bebas dalam melakukan inovasi selama mematuhi prinsip dasar yang berlaku.

Regulasi principle based tersebut, tambah Tony, salah satunya tertuang dalam Blueprint Transformasi Digital Perbankan yang diterbitkan oleh OJK sebagai arah dan acuan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional agar lebih memiliki daya tahan (resilience), berdaya saing, dan kontributif.

Cetak biru ini merupakan gambaran yang lebih konkret atas berbagai inisiatif dan komitmen OJK dalam mendorong akselerasi transformasi digital pada perbankan. Aturan ini mencakup lima pilar utama dalam digitalisasi, yaitu data, teknologi, manajemen risiko, kolaborasi, dan tatanan institusi.

“Aturan ini pada akhirnya akan kembali ke customer. Bagaimana bank bisa menjaga keyakinan masyarakat terhadap sistem keuangan nasional,” ucap Tony.

Multipolar Technology pun mengingatkan agar setiap perusahaan terutama sektor keuangan dapat mewaspadai ancaman serangan siber yang bersumber dari internal di samping dari serangan eksternal. Serangan internal ini seringkali tidak disadari dan memerlukan waktu lama untuk menanganinya.

Section Head Multipolar Technology, Ignasius Oky Yoewono mengatakan, timbulnya serangan internal, salah satunya juga dipicu akses-akses karyawan yang membuka pintu bagi oknum untuk masuk ke sistem penting.

“Kita perlu mengelola karyawan baik yang masih bekerja maupun yang sudah selesai bekerja dengan perusahaan terkait dengan account dan akses terhadap sistem-sistem kritikal yang ada di perusahaan. Seringkali, kita lupa menghapus kredensial atau akses privilege yang mereka punya,” paparnya.

Ia menceritakan ada salah satu kasus serangan siber pada rantai pasok perusahaan yang baru diketahui enam sampai sembilan bulan setelahnya. Serangan siber tersebut bisa terjadi karena terdapat celah pada software yang digunakan perusahaan sehingga oknum bisa memanfaatkannya.

BPD Bali Manfaatkan Nutanix Cloud Platform untuk Perkuat Ekosistem Digital Bali

JAKARTA, investor.id, Editor : Imam Suhartadi – Penyedia teknologi hybrid multi-cloud computing terkemuka, hari ini mengumumkan bahwa Bank Pembangunan Daerah Bali (Bank BPD Bali) telah mengadopsi Nutanix Cloud Platform dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap nasabah daerah maupun nasional, serta mendukung kemajuan ekonomi digital di Indonesia.

Indonesia dipercaya akan menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia, di mana pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) akan menjadi ujung tombak revolusi digital ini.

Mencakup sekitar 99 persen dari total bisnis yang ada di Indonesia dan berkontribusi 60 persen lebih pada PDB nasional, UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pemulihan ekonomi untuk Bali dan Indonesia setelah masa pandemi.

Untuk mendukung roadmap nasional menuju peningkatan daya saing Indonesia, Bank BPD Bali mengumumkan rencana strategis untuk memperkuat ekosistem ekonomi digital dan meningkatkan akses digital dan partisipasi bagi market UMKM di Bali yang sedang bertumbuh, dalam rangka mendukung pemulihan pariwisata dan ekonomi.

Bank BPD Bali telah mengandalkan peran TI untuk mendukung pelayanan ke lebih dari 70 persen nasabah UMKM di Bali dan Nusa Tenggara Barat. Namun, bank perlu memastikan dapat menangani berbagai disrupsi yang sedang membentuk industri layanan keuangan, termasuk pelayanan digital yang baru, perubahan regulasi, dan peningkatan permintaan nasabah.

Meningkatkan waktu penyediaan bisnis ke pasar merupakan hal yang sangat penting di sektor finansial yang semakin kompetitif, mengingat sektor ini juga perlu mengurangi risiko operasional dan meningkatkan higienitas keamanan seiring upaya untuk terus terskala dan bertransformasi.

Pada saat bersamaan, mereka juga harus beradaptasi dengan tren baru di industri perbankan seperti layanan digital, peraturan pemerintah, dan peningkatan permintaan dari nasabah. Tantangannya, pemeliharaan infrastruktur lama membutuhkan waktu dan perhatian yang intens, sehingga membutuhkan TI yang gesit yang dapat diberdayakan untuk memenuhi tuntutan para stakeholder dengan segera.

Untuk mencapai hal ini, Bank BPD Bali memanfaatkan Nutanix Cloud Platform sebagai platform pilihan untuk memodernisasi data center dan menyimpan aplikasi bisnis yang sangat penting. Dengan memanfaatkan Nutanix, Bank BPD Bali mampu mempercepat transformasi digital dan memodernisasi proses bisnis, yang pada akhirnya memperkuat ketahanan bisnis dan efisiensi operasional mereka.

“Pendekatan digitalisasi bersama Nutanix adalah salah satu aspek terpenting dari bisnis kami, terutama saat kami bermaksud untuk meningkatkan pertumbuhan dan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi digital di Bali,” kata Ida Bagus Gede Setia Yasa, S.Kom., M.M., Direktur Operasional Bank BPD Bali dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (10/5).

“Dengan Nutanix, kami berhasil mencapai KPI yaitu 99,9 persen uptime, suatu pencapaian yang sangat penting bagi kami untuk dapat memberikan layanan berkualitas, sebagaimana yang diketahui oleh para nasabah dan yang membuat mereka percaya kepada kami. Pada saat yang sama, efisiensi TI kami juga meningkat sebesar 70 persen, memungkinkan kami untuk fokus pada inovasi strategis guna mendukung kebutuhan nasabah yang terus berkembang, terutama di sektor UMKM,” katanya.

Keseluruhan implementasi digitalisasi ini dilakukan bersama dengan Multipolar Technology. Bank BPD Bali juga telah berhasil mengintegrasikan sistemnya dengan mudah, dan sejak itu telah mencatat peningkatan kinerja databasenya.

Memiliki sistem yang menjalankan layanan yang sangat penting bagi bisnis sepanjang waktu juga sangat penting dalam memungkinkan bank mematuhi berbagai regulasi pemerintah, sembari memberikan layanan dan support yang seamless serta meraih kepercayaan nasabah.

Selain peningkatan pada service uptime, Bank BPD Bali juga sukses mengurangi footprint pada data center dan mencapai penghematan biaya operasional pada energi dan pendinginan secara signifikan.

“Untuk memenuhi permintaan pada sektor yang berubah dengan cepat, bank perlu menyesuaikan strategi bisnis mereka dengan ekspektasi nasabah dan tren baru di dunia digital. Kami bangga menjadi bagian dari akselerasi transformasi digital Bank BPD Bali. Untuk membangun masa depan yang lebih kuat, Multipolar Technology akan terus memposisikan Bank BPD Bali sebagai mitra terpercaya untuk menciptakan value jangka panjang dan berkelanjutan. Bersama Nutanix, kami siap dalam memberikan nilai tambah dalam layanan kami, serta mendukung pertumbuhan dan inovasi Bank BPD Bali,” kata Herryyanto, Direktur Account Management FSI & Commercial, Multipolar Technology.

“Lanskap layanan keuangan sedang mengalami perubahan besar. Untuk dapat berkembang dalam lingkungan keuangan yang baru, perbankan harus mempertajam daya saing mereka dan memanfaatkan peluang baru, serta siap menjawab kebutuhan nasabah yang muncul dan terus berkembang. Data center modern dan hybrid multicloud akan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung hal ini dan memberikan agility dan ketahanan bisnis yang dibutuhkan oleh bank untuk beradaptasi, berkembang, dan berinovasi dengan cepat guna mendorong nilai baru bagi para stakeholder mereka,” kata Fetra Syahbana, Country Manager Indonesia Nutanix.

“Kami bangga dapat berkolaborasi dengan Bank BPD Bali dalam perjalanan inovasi digital mereka, serta mendukung upaya mereka untuk membuka akses dan meningkatkan partisipasi perbankan dalam mendukung ekonomi digital di Indonesia yang sedang berkembang,” imbuhnya.

Bank BPD Bali Gandeng Nutanix Indonesia Menuju Era Digital

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Pembangunan Daerah Bali atau Bank BPD Bali menggandeng Nutanix Indonesia bersama Multipolar Technology untuk menciptakan ekosistem digital bagi UMKM dan Sektor pariwisata khususnya di wilayah Bali dan NTB menuju era ekonomi digital baru.

Seperti apa transformasi digital BPD Bali yang disokong Nutanix Indonesia? Selengkapnya simak dialog Syarifah Rahma dengan Country Manager Nutanix Indonesia, Fetra Syahbana dan Direktur Operasional Bank BPD Bali, Ida Bagus Gede Setia Yasa dalam Profit, CNBC Indonesia (Kamis, 28/04/2022)