Multipolar Technology Tawarkan Solusi Nutanix Cloud Platform

Media Asuransi, JAKARTA – PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), anak usaha PT Multipolar Tbk (MLPL) menawarkan satu solusi untuk memenuhi standar kebutuhan automasi proses bisnis perusahaan, yakni Nutanix Cloud Platform.

Jeffry Tjiung Sendjaja, Division Head Server and Storage Multipolar Technology, menjelaskan Nutanix Cloud Platform merupakan solusi penyimpanan data terpadu (hyperconverged infrastructure) yang mendukung performa aplikasi atau operasional bisnis perusahaan agar berjalan optimal, aman, cerdas, dan otomatis.

“One Platform ini dapat menyatukan layanan yang berada di atas infrastruktur on-premise, on-cloud, dan on-hybrid cloud alias hybrid multicloud secara lebih sederhana,” kata Jeffry dikutip dari keterangan resmi, Jumat, 19 Juli 2024.

Menurutnya, Nutanix Cloud Platform bukan sekadar dirancang untuk membuat perusahaan pengguna menjadi lebih gesit dan inovatif, melainkan juga memiliki sejumlah keunggulan kompetitif. Keunggulan-keunggulan itu, seperti memiliki ketahanan yang lebih tinggi, pengoptimalan yang berpusat pada aplikasi, dan performa membaca data yang lebih konsisten dibanding kompetitor.

Adrian Kustiawan, Presales Server x86 Head Multipolar Technology, mengatakan, Nutanix Cloud Platform juga menawarkan keunggulan manajemen klaster yang mulus dan menjadikan penskalaan kinerja bisnis linier dengan pertumbuhan kapasitas yang fleksibel. Dengan begitu, proses penyimpanan datanya terdistribusi secara dinamis yang bermuara pada kebutuhan biaya lebih rendah.

“Biaya penyimpanan data yang lebih efisien jelas amat menggiurkan karena bagaimana pun perusahaan harus menekan pengeluaran semurah mungkin dan mendongkrak pendapatan semaksimal mungkin,” ujarnya. “Kalau Nutanix Cloud Platform bisa menyediakan layanan yang lebih sederhana dengan biaya yang lebih rendah, kenapa mesti memilih layanan yang lebih mahal?” tambah Adrian.

Bukan hanya itu, keunggulan lain yang cukup menarik adalah Nutanix Cloud Platform memiliki basis keamanan data cyber resilience National Institute of Standards and Technology (NIST) berstandar militer yang telah diakui, salah satunya oleh Department of Defense Information Network (DODIN) Amerika Serikat. Untuk diketahui, cyber resilience berarti bukan hanya mengamankan, tetapi sanggup memulihkan dengan cepat jika terjadi gangguan.

Yang terbaru, Nutanix Cloud Platform sudah mendukung teknologi Generative Artificial Intelligence (GenAI). Nutanix Cloud Platform mampu menyederhanakan adopsi GenAI dengan mengintegrasikan basis data yang ada sesuai kebutuhan perusahaan. Selayaknya GenAI pada umumnya, fitur tersebut pun telah dibekali Large Language Models sehingga percakapannya dapat disesuaikan dengan bahasa yang diinginkan.

Editor: Achmad Aris di mediaasuransinews.co.id

MLPT Sebut Keunggulan Nutanix Cloud Platform Menguntungkan Bagi Bisnis

Jakarta, FORTUNE – Emiten Grup Lippo, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) ungkap keunggulan Nutanix Cloud Platform sebagai solusi penyimpanan data terpadu (hyperconverged infrastructure). Platform ini diklaim mampu mendukung performa aplikasi atau operasional Bisnis perusahaan agar berjalan optimal, aman, cerdas, dan otomatis.

Division Head Server and Storage Multipolar Technology, Jeffry Tjiung Sendjaja, mengatakan bahwa perusahaan memang berfokus pada automasi proses bisnis yang membantu perusahaan-perusahaan di berbagai sektor industri. “One Platform ini dapat menyatukan layanan yang berada di atas infrastruktur on-premise, on-cloud, dan on-hybrid cloud secara lebih sederhana,” katanya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Kamis (18/7).

Menurutnya, Nutanix Cloud Platform bukan sekadar dirancang untuk membuat perusahaan pengguna menjadi lebih gesit dan inovatif, melainkan juga memiliki sejumlah keunggulan kompetitif, seperti ketahanan yang lebih tinggi, pengoptimalan yang berpusat pada aplikasi, dan performa membaca data yang lebih konsisten dibanding kompetitor.

Efisiensi

Presales Server x86 Head Multipolar Technology, Adrian Kustiawan, menambahkan, Nutanix Cloud Platform memiliki keunggulan manajemen klaster yang mulus dan menjadikan penskalaan kinerja bisnis linier dengan pertumbuhan kapasitas yang fleksibel.

Dengan demikian, proses penyimpanan datanya terdistribusi secara dinamis yang bermuara pada kebutuhan biaya lebih rendah. “Kalau Nutanix Cloud Platform bisa menyediakan layanan yang lebih sederhana dengan biaya yang lebih rendah, kenapa mesti memilih layanan yang lebih mahal?” ujarnya.

Biaya penyimpanan data yang lebih efisien akan membantu perusahaan mendongkrak pendapatan semaksimal mungkin.

Keamanan dan teknologi AI

Adrian mengungkapkan bahwa Nutanix Cloud Platform memiliki basis keamanan data cyber resilience dari National Institute of Standards and Technology (NIST) berstandar militer yang telah diakui, salah satunya oleh Department of Defense Information Network (DODIN) Amerika Serikat.

Selain itu, Nutanix Cloud Platform mampu menyederhanakan adopsi GenAI (Generative Artificial Intelligence) dengan mengintegrasikan basis data yang ada sesuai kebutuhan perusahaan. Selayaknya GenAI, fitur tersebut pun juga sudah dibekali Large Language Models, sehingga percakapannya dapat disesuaikan dengan bahasa yang diinginkan.

“Sebagai solusi penyimpanan data, Nutanix Cloud Platform cocok digunakan oleh perusahaan untuk mengakomodasi business agility, digital twin, data driven organization, cyber security, dan customer experience,” kata Adrian.

BY BAYU di fortuneidn.com

Kinerja Sektor Publik Bakal Terdongkrak Jika Terapkan Teknologi AI

Indrastuti 28/6/2024 07:46

INDONESIA diperkirakan bakal menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia pada 2045 dan akan menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan Asia Tenggara. Salah satu pendorong pertumbuhan itu tak lain adalah pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Firma konsultasi manajemen Kearney asal Amerika Serikat bahkan menyebut penggunaan AI berpotensi menyumbang hampir US$1 triliun produk domestik bruto (PDB) Asia Tenggara pada 2030. Dari angka itu, US$366 miliarnya disumbangkan oleh Indonesia. Itu menunjukkan betapa berpengaruhnya AI terhadap perekonomian.

Karena itu, sejalan dengan transformasi digital yang dilakukan perusahaan-perusahaan swasta, pemerintah mendorong sektor-sektor publik, termasuk badan usaha milik negara (BUMN), untuk mengadopsi AI sesegera mungkin mengingat manfaatnya yang begitu besar.

Semuel Abijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengungkapkan, adopsi AI memungkinkan alur birokrasi, waktu, dan biayanya menjadi lebih efisien, sekaligus meningkatkan kinerja pemerintah sehingga meningkatkan kepuasan publik.

“Adopsi AI membuat organisasi menjadi lebih gesit, responsif, dan kompetitif,” sambung Tedi Bharata, Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, dalam seminar bertema “The Future of Artificial Intelligence in Public Sector” yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology di Jakarta, Kamis (20/6).

Salah satu teknologi AI yang memungkinkan pelayanan sektor publik meningkat adalah Generative AI (GenAI). GenAI merupakan turunan dari AI yang mampu menghasilkan data seperti teks, gambar, video, dan musik baru sesuai preferensi yang dibutuhkan dan berdasarkan data yang diterimanya.

Untuk menghasilkan data-data baru yang tepat dibutuhkan solusi teknologi GenAI yang mumpuni. Yugi Edison, Director Account Management Telco and Public Sector Multipolar Technology, menyebutkan salah satu solusi GenAI yang layak dipertimbangkan oleh organisasi di sektor publik yaitu IBM watsonx.

IBM watsonx mampu menjawab segala pertanyaan yang dikirimkan pelanggan melalui chatbot, tapi terbatas pada organisasi publik itu bergerak. Jawaban yang dikirimkan bukan hanya detail, melainkan juga bersifat hiper-personal, sehingga informasi yang diberikan kepada masing-masing pelanggan cenderung berbeda.

Sebagai contoh skenario, sebuah chatbot GenAI IBM watsonx jika disematkan dalam laman dinas kependudukan satu pemerintah daerah akan dengan cepat menjawab pertanyaan seputar tata cara pembuatan kartu tanda penduduk atau jam layanan yang ditanyakan, tetapi akan menolak menjawab pertanyaan perihal olahraga.

“Karena chatbot GenAI IBM watsonx mengandalkan data yang tersedia untuk menghasilkan data baru, maka platform manajemen data organisasi publik tersebut mesti tangguh, dan yang paling penting tidak mudah disusupi data palsu yang mungkin dikirimkan oleh penjahat siber,” jelas Yugi.

Sebagai perusahaan yang membantu automasi beragam sektor, termasuk sektor publik, Multipolar Technology pun mempunyai solusi serupa yang dikembangkan sendiri, yakni VisionAnalytics-GPT. Tentu saja serupa karena VisionAnalytics-GPT merupakan solusi chatbot GenAI yang dibangun di atas platform IBM watsonx.

VisionAnalytics-GPT melayani pertanyaan pelanggan dengan mengombinasikan Natural Language Processing (NLP), Machine Learning (ML), dan Large Language Model (LLM) sehingga terasa natural layaknya percakapan antar-manusia, pintar, dan menggunakan bahasa yang disesuaikan seperti bahasa Indonesia.

Jadi, dua solusi GenAI, baik VisionAnalytics-GPT maupun IBM watsonx, sama-sama dapat diterapkan di berbagai saluran dan dapat diintegrasikan dengan layanan yang sudah ada; memiliki antarmuka yang intuitif sehingga tidak diperlukan keahlian pengkodean untuk memanfaatkannya.

Tidak hanya itu, kedua hal tersebut juga sama-sama dapat berjalan di atas infrastruktur on-premise, on-cloud, maupun hybrid cloud. “Dengan demikian, persis seperti yang disampaikan Pak Semuel dan Pak Tedi tadi, pemanfaatan solusi semacam IBM watsonx dan VisionAnalytics-GPT akan membuat organisasi-organisasi di sektor publik lebih produktif, lebih gesit, lebih efisien, dan tentu saja memuaskan publik,” ungkap Yugi.

Kinerja Sektor Publik Bakal Terdongkrak Jika Terapkan Teknologi AI

Rabu, 26 Juni 2024, 23:00 WIB

Warta Ekonomi, Jakarta – Indonesia diperkirakan bakal menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia pada 2045 dan akan menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan Asia Tenggara. Salah satu pendorong pertumbuhan itu tak lain adalah pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Firma konsultasi manajemen Kearney asal Amerika Serikat bahkan menyebut penggunaan AI berpotensi menyumbang hampir US$1 triliun produk domestik bruto (PDB) Asia Tenggara pada 2030. Dari angka itu, US$366 miliarnya disumbangkan oleh Indonesia. Itu menunjukkan betapa berpengaruhnya AI terhadap perekonomian.

Karena itu, sejalan dengan transformasi digital yang dilakukan perusahaan-perusahaan swasta, pemerintah mendorong sektor-sektor publik, termasuk badan usaha milik negara (BUMN), untuk mengadopsi AI sesegera mungkin mengingat manfaatnya yang begitu besar.

Semuel Abijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengungkapkan, adopsi AI memungkinkan alur birokrasi, waktu, dan biayanya menjadi lebih efisien, sekaligus meningkatkan kinerja pemerintah sehingga meningkatkan kepuasan publik.

“Adopsi AI membuat organisasi menjadi lebih gesit, responsif, dan kompetitif,” sambung Tedi Bharata, Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, dalam seminar bertema “The Future of Artificial Intelligence in Public Sector” yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology di Jakarta, Kamis (20/6).

Salah satu teknologi AI yang memungkinkan pelayanan sektor publik meningkat adalah Generative AI (GenAI). GenAI merupakan turunan dari AI yang mampu menghasilkan data seperti teks, gambar, video, dan musik baru sesuai preferensi yang dibutuhkan dan berdasarkan data yang diterimanya.

Untuk menghasilkan data-data baru yang tepat dibutuhkan solusi teknologi GenAI yang mumpuni. Yugi Edison, Director Account Management Telco and Public Sector Multipolar Technology, menyebutkan salah satu solusi GenAI yang layak dipertimbangkan oleh organisasi di sektor publik yaitu IBM watsonx.

IBM watsonx mampu menjawab segala pertanyaan yang dikirimkan pelanggan melalui chatbot, tapi terbatas pada organisasi publik itu bergerak. Jawaban yang dikirimkan bukan hanya detail, melainkan juga bersifat hiper-personal, sehingga informasi yang diberikan kepada masing-masing pelanggan cenderung berbeda.

Sebagai contoh skenario, sebuah chatbot GenAI IBM watsonx jika disematkan dalam laman dinas kependudukan satu pemerintah daerah akan dengan cepat menjawab pertanyaan seputar tata cara pembuatan kartu tanda penduduk atau jam layanan yang ditanyakan, tetapi akan menolak menjawab pertanyaan perihal olahraga.

“Karena chatbot GenAI IBM watsonx mengandalkan data yang tersedia untuk menghasilkan data baru, maka platform manajemen data organisasi publik tersebut mesti tangguh, dan yang paling penting tidak mudah disusupi data palsu yang mungkin dikirimkan oleh penjahat siber,” jelas Yugi.

Sebagai perusahaan yang membantu automasi beragam sektor, termasuk sektor publik, Multipolar Technology pun mempunyai solusi serupa yang dikembangkan sendiri, yakni VisionAnalytics-GPT. Tentu saja serupa karena VisionAnalytics-GPT merupakan solusi chatbot GenAI yang dibangun di atas platform IBM watsonx.

VisionAnalytics-GPT melayani pertanyaan pelanggan dengan mengombinasikan Natural Language Processing (NLP), Machine Learning (ML), dan Large Language Model (LLM) sehingga terasa natural layaknya percakapan antar-manusia, pintar, dan menggunakan bahasa yang disesuaikan seperti bahasa Indonesia.

Jadi, dua solusi GenAI, baik VisionAnalytics-GPT maupun IBM watsonx, sama-sama dapat diterapkan di berbagai saluran dan dapat diintegrasikan dengan layanan yang sudah ada; memiliki antarmuka yang intuitif sehingga tidak diperlukan keahlian pengkodean untuk memanfaatkannya.

Tidak hanya itu, kedua solusi tersebut juga sama-sama dapat berjalan di atas infrastruktur on-premise, on-cloud, maupun hybrid cloud. “Dengan demikian, persis seperti yang disampaikan Pak Semuel dan Pak Tedi tadi, pemanfaatan solusi semacam IBM watsonx dan VisionAnalytics-GPT akan membuat organisasi-organisasi di sektor publik lebih produktif, lebih gesit, lebih efisien, dan tentu saja memuaskan publik,” ungkap Yugi.

Multipolar Technology Ungkap Dua Solusi Industri Ritel Tangkal Serangan Siber

Multipolar Technology Ungkap Solusi Penangkal Kejahatan Siber di Industri Ritel Tanah Air

Puri Mei Setyaningrum

Transformasi digital memang membuat proses bisnis menjadi lebih mudah, cepat, dan murah, tetapi dalam waktu bersamaan ada bahaya yang wajib diwaspadai, yaitu ancaman kejahatan siber. Hal ini wajib menjadi perhatian bagi para pelaku usaha di Tanah Air.

Contohnya, perusahaan ritel yang cabangnya di mana-mana akan menjadi sasaran empuk para penjahat siber, baik melalui malware, ransomware, file attacks, dan lain sebagainya. Apa jadinya jika tiba-tiba sistem manajemen ritel eror, tak bisa diakses, yang lebih parah lagi sampai diambil alih (di-hack) oleh pihak lain?

“Itu sangat berbahaya dan harus diwaspadai,” kata Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), dalam seminar “Optimizing Network Security and Management for Enhanced Efficiency” di Pullman Jakarta Thamrin, Selasa (21/5), yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology bekerja sama dengan Helios Informatika Nusantara dan HPE.

Ia mengatakan, di balik sistem manajemen ritel ada hubungan antar-jaringan toko yang jumlahnya tidak sedikit; ada kecepatan dan keakuratan layanan transaksi yang dibutuhkan; ada begitu banyak data (big data) yang dikelola; yang semua itu bisa berhenti, bahkan hilang begitu saja, akibat kejahatan siber.

Untuk mengantisipasi hal itu, Multipolar Technology, anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang fokus membantu mengautomasi proses bisnis perusahaan, membocorkan penangkalnya. Setidaknya, ada dua solusi yang mampu menangkal tindak kejahatan siber di industri ritel, yakni HPE Aruba Networking SSE dan HPE Aruba Networking Central.

HPE Aruba Networking SSE, sesuai namanya, SSE, singkatan dari Secure Service Edge, adalah solusi pemantau keluar-masuk trafik dalam jaringan perusahaan secara otomatis. Berada di tepi jaringan, solusi tersebut berperan mendeteksi, memfilter, dan mengawasi keamanan trafik sedini mungkin.

Aruba SSE terdiri dari empat pilar, yaitu ZTNA (Zero Trust Network Access) yang memastikan keamanan akses ke aplikasi pada data center dan cloud, SWG (Secure Web Gateway) yang mengamankan akses ke internet dan melindungi dari malicious threat, CASB (Cloud Access Security Broker) yang mengamankan akses ke aplikasi SaaS dan melindungi dari data loss, dan DEM (Digital Experience Monitoring) yang memonitor kinerja pengguna dan melakukan troubleshoot untuk mengakses isu dari semua trafik.

Dengan penjagaan keamanan yang bersifat ZTNA dan edge-to-cloud, setiap pergerakan yang masuk ke dalam jaringan berteknologi Aruba SSE dianggap tidak ada yang bisa dipercaya, sekalipun dari internal perusahaan. Setiap kali ada permintaan akses, setiap kali itu pula proses verifikasi identitas akan dilakukan sehingga keamanan terus terjaga.

“Konsepnya adalah memusatkan keamanan di tepi jaringan sehingga menghasilkan pengawasan yang jauh lebih ketat, respons ancaman yang lebih cepat, dan pengelolaan akses yang lebih fleksibel,” sambung Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology.

Begitu juga dengan HPE Aruba Networking Central, sebagai service berbasis cloud untuk mengelola perangkat wireless, switch, dan perangkat jaringan lainnya, perangkat ini memungkinkan untuk dikelola dalam satu lokasi sehingga mempermudah operasional.

Sebagai solusi Single Pane of Glass Management berbasis cloud, Aruba Central dapat dengan mudah diakses dari mana pun dengan perangkat apa pun. Salah satu fitur unggulan yang membedakan Aruba Central dari kompetitornya adalah AIOps yang dapat membantu operasional TI dalam menyelesaikan ataupun mendeteksi problem: mulai dari mendeteksi anomali dalam perangkat jaringan ataupun pada jaringan itu sendiri hingga cara penyelesaiannya.

Solusi ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan ritel, juga manufaktur, perbankan, dan lainnya yang memiliki cabang banyak, apalagi yang sudah menerapkan pola kerja karyawan dari mana saja (work from anywhere), menggunakan perangkat apa saja (bring your own device), dan aplikasi apa saja.

Oleh sebab itu, sebelum terjadi kekacauan akibat ancaman siber yang terus mengintai, Yohan menyarankan perusahaan-perusahaan di Indonesia segera menggunakan solusi Aruba SSE dan Aruba Central. “Lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada lebih dulu menjadi korban kejahatan siber yang sangat merugikan,” pungkasnya.

Waspada! Penjahat Siber Incar Industri Ritel, Multipolar Technology Bocorkan Dua Solusi Penangkalnya

Oleh : Kormen Barus | Selasa, 28 Mei 2024 – 09:15 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta – Ini wajib menjadi perhatian bagi para pelaku usaha di Tanah Air. Transformasi digital memang membuat proses bisnis menjadi lebih mudah, cepat, dan murah, tetapi dalam waktu bersamaan ada bahaya yang wajib diwaspadai, yaitu ancaman kejahatan siber.

Contohnya adalah perusahaan ritel yang cabangnya di mana-mana akan menjadi sasaran empuk para penjahat siber, baik melalui malware, ransomware, file attacks, dan lain sebagainya. Apa jadinya jika tiba-tiba sistem manajemen ritel error, tak bisa diakses, yang lebih parah lagi sampai diambil alih (di-hack) oleh pihak lain?

“Itu sangat berbahaya dan harus diwaspadai,” kata Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), dalam seminar “Optimizing Network Security and Management for Enhanced Efficiency” di Pullman Jakarta Thamrin, Selasa (21/5), yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology bekerja sama dengan Helios Informatika Nusantara dan HPE.

Ia mengatakan, di balik sistem manajemen ritel ada hubungan antar-jaringan toko yang jumlahnya tidak sedikit, ada kecepatan dan keakuratan layanan transaksi yang dibutuhkan, ada begitu banyak data (big data) yang dikelola, yang semua itu bisa berhenti, bahkan hilang begitu saja, akibat kejahatan siber.

Untuk mengantisipasi hal itu, Multipolar Technology, anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang fokus membantu mengautomasi proses bisnis perusahaan, membocorkan penangkalnya. Setidaknya ada dua solusi yang mampu menangkal tindak kejahatan siber di industri ritel, yakni HPE Aruba Networking SSE dan HPE Aruba Networking Central.

HPE Aruba Networking SSE, sesuai namanya, SSE, singkatan dari Secure Service Edge, adalah solusi pemantau keluar-masuk trafik dalam jaringan perusahaan secara otomatis. Berada di tepi jaringan, solusi tersebut berperan mendeteksi, memfilter, dan mengawasi keamanan trafik sedini mungkin.

Aruba SSE terdiri dari empat pilar, yaitu ZTNA (Zero Trust Network Access) yang memastikan keamanan akses ke aplikasi pada data center dan cloud, SWG (Secure Web Gateway) yang mengamankan akses ke internet dan melindungi dari malicious threat, CASB (Cloud Access Security Broker) yang mengamankan akses ke aplikasi SaaS dan melindungi dari data loss, dan DEM (Digital Experience Monitoring) yang memonitor kinerja pengguna dan melakukan troubleshoot untuk mengakses isu dari semua trafik.

Dengan penjagaan keamanan yang bersifat ZTNA dan edge-to-cloud, setiap pergerakan yang masuk ke dalam jaringan berteknologi Aruba SSE dianggap tidak ada yang bisa dipercaya, sekalipun dari internal perusahaan. Setiap kali ada permintaan akses, setiap kali itu pula proses verifikasi identitas akan dilakukan, sehingga keamanan terus terjaga.

“Konsepnya adalah memusatkan keamanan di tepi jaringan sehingga menghasilkan pengawasan yang jauh lebih ketat, respons ancaman yang lebih cepat, dan pengelolaan akses yang lebih fleksibel,” sambung Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology.

Begitu juga dengan HPE Aruba Networking Central, sebagai service berbasis cloud untuk mengelola perangkat wireless, switch, dan perangkat jaringan lainnya, perangkat ini memungkinkan untuk dikelola dalam satu lokasi sehingga mempermudah operasional.

Sebagai solusi Single Pane of Glass Management berbasis cloud, Aruba Central memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat dengan mudah diakses dari mana pun dengan perangkat apa pun. Salah satu fitur unggulan yang membedakan Aruba Central dari kompetitornya adalah AIOps, yang dapat membantu operasional TI dalam menyelesaikan ataupun mendeteksi problem: mulai dari mendeteksi anomali dalam perangkat jaringan ataupun pada jaringan itu sendiri hingga cara penyelesaiannya.

Solusi ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan ritel, juga manufaktur, perbankan, dan lainnya yang memiliki cabang banyak, apalagi yang sudah menerapkan pola kerja karyawan dari mana saja (work from anywhere), menggunakan perangkat apa saja (bring your own device), dan aplikasi apa saja.

Oleh sebab itu, sebelum terjadi kekacauan akibat ancaman siber yang terus mengintai, Yohan menyarankan perusahaan-perusahaan di Indonesia segera menggunakan solusi Aruba SSE dan Aruba Central. “Lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada lebih dulu menjadi korban kejahatan siber yang sangat merugikan,” katanya.

Multipolar Technology Bocorkan Dua Solusi Canggih Penangkal Kejahatan Siber di Industri Ritel

Multipolar Technology menawarkan solusi penangkal kejahatan siber HPE Aruba Networking SSE dan HPE Aruba Networking Central.

Jakarta, TechnoBusiness ID ● Ini wajib menjadi perhatian bagi para pelaku usaha di Tanah Air. Transformasi digital memang membuat proses bisnis menjadi lebih mudah, cepat, dan murah, tetapi dalam waktu bersamaan ada bahaya yang wajib diwaspadai, yaitu ancaman kejahatan siber.

Contohnya adalah perusahaan ritel yang cabangnya di mana-mana akan menjadi sasaran empuk para penjahat siber, baik melalui malware, ransomware, file attacks, dan lain sebagainya. Apa jadinya jika tiba-tiba sistem manajemen ritel error, tak bisa diakses, yang lebih parah lagi sampai diambil alih (di-hack) oleh pihak lain?

“Itu sangat berbahaya dan harus diwaspadai,” kata Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), dalam seminar “Optimizing Network Security and Management for Enhanced Efficiency” di Pullman Jakarta Thamrin, Selasa (21/5), yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology bekerja sama dengan Helios Informatika Nusantara dan HPE.

Ia mengatakan, di balik sistem manajemen ritel ada hubungan antar-jaringan toko yang jumlahnya tidak sedikit, ada kecepatan dan keakuratan layanan transaksi yang dibutuhkan, ada begitu banyak data (big data) yang dikelola, yang semua itu bisa berhenti, bahkan hilang begitu saja, akibat kejahatan siber.

Untuk mengantisipasi hal itu, Multipolar Technology, anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang fokus membantu mengautomasi proses bisnis perusahaan, membocorkan penangkalnya. Setidaknya ada dua solusi yang mampu menangkal tindak kejahatan siber di industri ritel, yakni HPE Aruba Networking SSE dan HPE Aruba Networking Central.

HPE Aruba Networking SSE, sesuai namanya, SSE, singkatan dari Secure Service Edge, adalah solusi pemantau keluar-masuk trafik dalam jaringan perusahaan secara otomatis. Berada di tepi jaringan, solusi tersebut berperan mendeteksi, memfilter, dan mengawasi keamanan trafik sedini mungkin.

Aruba SSE terdiri dari empat pilar, yaitu ZTNA (Zero Trust Network Access) yang memastikan keamanan akses ke aplikasi pada data center dan cloud, SWG (Secure Web Gateway) yang mengamankan akses ke internet dan melindungi dari malicious threat, CASB (Cloud Access Security Broker) yang mengamankan akses ke aplikasi SaaS dan melindungi dari data loss, dan DEM (Digital Experience Monitoring) yang memonitor kinerja pengguna dan melakukan troubleshoot untuk mengakses isu dari semua trafik.

Dengan penjagaan keamanan yang bersifat ZTNA dan edge-to-cloud, setiap pergerakan yang masuk ke dalam jaringan berteknologi Aruba SSE dianggap tidak ada yang bisa dipercaya, sekalipun dari internal perusahaan. Setiap kali ada permintaan akses, setiap kali itu pula proses verifikasi identitas akan dilakukan, sehingga keamanan terus terjaga.

“Konsepnya adalah memusatkan keamanan di tepi jaringan sehingga menghasilkan pengawasan yang jauh lebih ketat, respons ancaman yang lebih cepat, dan pengelolaan akses yang lebih fleksibel,” sambung Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology.

Begitu juga dengan HPE Aruba Networking Central, sebagai service berbasis cloud untuk mengelola perangkat wireless, switch, dan perangkat jaringan lainnya, perangkat ini memungkinkan untuk dikelola dalam satu lokasi sehingga mempermudah operasional.

Sebagai solusi Single Pane of Glass Management berbasis cloud, Aruba Central memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat dengan mudah diakses dari mana pun dengan perangkat apa pun. Salah satu fitur unggulan yang membedakan Aruba Central dari kompetitornya adalah AIOps, yang dapat membantu operasional TI dalam menyelesaikan ataupun mendeteksi problem: mulai dari mendeteksi anomali dalam perangkat jaringan ataupun pada jaringan itu sendiri hingga cara penyelesaiannya.

Solusi ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan ritel, juga manufaktur, perbankan, dan lainnya yang memiliki cabang banyak, apalagi yang sudah menerapkan pola kerja karyawan dari mana saja (work from anywhere), menggunakan perangkat apa saja (bring your own device), dan aplikasi apa saja.

Oleh sebab itu, sebelum terjadi kekacauan akibat ancaman siber yang terus mengintai, Yohan menyarankan perusahaan-perusahaan di Indonesia segera menggunakan solusi Aruba SSE dan Aruba Central. “Lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada lebih dulu menjadi korban kejahatan siber yang sangat merugikan,” katanya.

—Lukman Hqeem, TechnoBusiness ID

Canggihnya teknologi di balik penerapan sistem pembayaran digital terintegrasi

JAKARTA (IndoTelko) – Kita tentu ingat, pada 1-2 dekade lalu, untuk bisa bertransaksi di infrastruktur salah satu bank kita harus memiliki kartu debit atau kartu kredit yang sama dengan bank tersebut. Jika kartu bukan keluaran dari bank yang sama tidak bisa digunakan, kalau pun bisa biaya transaksinya sangat mahal. Wajar jika kala itu banyak orang memiliki banyak kartu dari banyak bank.

Masa-masa seperti itu sudah lewat. Kini, dengan satu kartu kita bisa bertransaksi di infrastruktur bank mana pun, kapan pun, di mana pun. Lebih dari itu, belakangan ini transaksi menggunakan kartu mulai dianggap usang karena eranya sudah beralih ke serba-digital dan serba-nontunai. Dengan satu layanan pembayaran digital, kita bisa bertransaksi ke mana pun tanpa batas.

Hal ini berkat penerapan sistem pembayaran digital terintegrasi berbasis Application Programming Interface (API) yang didorong oleh Bank Indonesia melalui Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP). Menurut Dicky Kartikoyono, Asisten Gubernur Bank Indonesia, sejak 2022 SNAP menjadi standar pengembangan sistem pembayaran yang kompetitif, inovatif, aman, andal, dan terintegrasi.

Dalam seminar “Open Banking Trends 2024: Integration of Digital Payment System for Business Continuity” yang digelar oleh PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT) di Fairmont Jakarta, Selasa pekan lalu, Dicky menyebutkan bahwa per kuartal 1/2024 SNAP telah diimplementasikan oleh 5.838 layanan dari 40-an sektor usaha, naik dari 2.137 layanan per kuartal 1/2023.

Pada kesempatan tersebut, Head of Product and Technology Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Tata Martadinata menambahkan, SNAP cukup menarik digunakan karena menawarkan banyak keuntungan seperti memperluas kerja sama dengan multi-partner dan membuat layanan pembayaran digital satu bank menjadi multi-channel sehingga mendongkrak pendapatan.

Tidak ada digitalisasi tanpa teknologi. Demikian juga dengan integrasi sistem pembayaran digital perbankan dan lembaga keuangan di Tanah Air, penggunaan teknologi sangat menentukan. Teknologi yang dibutuhkan adalah teknologi yang mampu mengintegrasikan antar-kanal, canggih, serta bebas dari ancaman error dan kejahatan siber.

Setidaknya ada dua solusi teknologi yang mampu menjadi tumpuan dalam penerapan sistem pembayaran digital terintegrasi dewasa ini. Menurut Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, Jip Ivan Sutanto, dua solusi teknologi itu, yaitu API Connect dan watsonx keluaran perusahaan teknologi global IBM.

API Connect merupakan solusi pengelolaan API yang lengkap dan canggih sehingga cocok digunakan oleh perusahaan perbankan dan lembaga keuangan yang ingin masuk ke ranah ekonomi API. Solusi itu dikembangkan dengan empat prinsip utama, yakni Create, Run, Manage, dan Secure.

Ia menjelaskan, API Connect memungkinkan perbankan untuk membuat, menyosialisasikan, mengelola, dan mengamankan layanannya menggunakan teknologi API, sehingga menghadirkan peluang dan mengakuisisi pelanggan baru yang pada akhirnya berbuah peningkatan pendapatan dan profit. “Semakin bervariasi kerja sama layanan yang dilakukan semakin besar pula potensi keuntungan yang didapat,” katanya.

Jika API Connect memudahkan integrasi, otentifikasi, otorisasi, dan enkripsi data dengan pihak ketiga, watsonx berperan memperkuat layanan perusahaan perbankan dengan nasabahnya. watsonx membantu nasabah memperoleh informasi layanan yang kompleks menjadi lebih cepat dan mudah dipahami berkat teknologi Generative AI yang diusungnya.

Watsonx bukan sekadar machine learning dan chatbot, melainkan juga solusi yang mampu berperan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam proses bisnis. Solusi tersebut memiliki tiga fungsi utama: watson.ai untuk mengimplementasikan model AI, watson.data untuk mengoptimalisasi penyimpanan data, dan watson.governance untuk transparansi alur kerja AI.

Dengan watsonx, nasabah perbankan dapat memperoleh informasi apa pun seputar layanan perbankan yang kompleks melalui bahasa yang lebih sederhana dan gampang dipahami. Sama seperti API Connect, pengintegrasian watsonx dengan layanan perbankan tentu saja akan menghasilkan peningkatan pendapatan dan profit.

Sejalan dengan imbauan Bank Indonesia mengenai implementasi SNAP di era pembayaran digital seperti saat ini, ada baiknya perusahaan perbankan dan lembaga keuangan di Tanah Air melirik solusi API Connect dan watsonx. “Sebagai IBM Platinum Business Partner, dengan dukungan tim ahli kami yang kompeten dan berpengalaman, Multipolar Technology siap membantu mengimplementasikan solusi ini agar perusahaan dapat semakin adaptif, transformatif, dan produktif,” tambahnya.

Dukung Penerapan Pembayaran Digital Terintegrasi, MLPT Sarankan Dua Solusi Teknologi Ini

Jakarta – Era eksklusivitas perbankan sudah berakhir. Kini layanan perbankan semakin terintegrasi. Apalagi transaksi melalui platform digital semakin meningkat. Transaksi menggunakan kartu semakin berkurang.

Nasabah semakin nyaman beralih ke transaksi digital dan non tunai. Dengan dukungan teknologi, layanan pembayaran digital memungkinkan nasabah bertransaksi antar bank bahkan lintas negara tanpa batas.

Semua itu memungkinkan dengan penerapan sistem pembayaran digital terintegrasi berbasis Application Programming Interface (API) yang didorong oleh Bank Indonesia melalui Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP).

Dicky Kartikoyono, Asisten Gubernur Bank Indonesia, mengatakan sejak 2022 SNAP menjadi standar pengembangan sistem pembayaran yang kompetitif, inovatif, aman, andal, dan terintegrasi. Dicky menyebutkan bahwa per kuartal 1/2024 SNAP telah diimplementasikan oleh 5.838 layanan dari 40-an sektor usaha, naik dari 2.137 layanan per kuartal 1/2023.

“SNAP cukup menarik digunakan karena menawarkan banyak keuntungan seperti memperluas kerja sama dengan multi-partner dan membuat layanan pembayaran digital satu bank menjadi multi-channel sehingga mendongkrak pendapatan,” tambah Tata Martadinata, Head of Product and Technology Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), dalam seminar “Open Banking Trends 2024: Integration of Digital Payment System for Business Continuity” yang digelar PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di Jakarta, beberapa hari lalu.

Teknologi memainkan peran penting dalam kemajuan transaksi di industri perbankan. Digitalisasi tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan teknologi. Pun demikian dengan integrasi sistem pembayaran digital perbankan dan lembaga keuangan.

Menurut Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, paling tidak ada dua solusi teknologi yang bisa menjadi tumpuan dalam penerapan sistem pembayaran digital terintegrasi. Keduanya adalah API Connect dan watsonx lansiran IBM.

API Connect adalah solusi pengelolaan API yang lengkap dan canggih, sehingga cocok digunakan perbankan dan lembaga keuangan yang ingin masuk ke ranah ekonomi API. Solusi itu dikembangkan dengan empat prinsip utama, yakni Create, Run, Manage, dan Secure.

“Artinya, API Connect memungkinkan perbankan untuk membuat, menyosialisasikan, mengelola, dan mengamankan layanannya menggunakan teknologi API, sehingga menghadirkan peluang dan mengakuisisi pelanggan baru yang pada akhirnya berbuah peningkatan pendapatan dan profit. Semakin bervariasi kerja sama layanan yang dilakukan semakin besar pula potensi keuntungan yang didapat,” paparnya dikutip dari keterangan resmi, Selasa, 14 Mei 2024.

Sementara, watsonx berperan memperkuat layanan perusahaan perbankan dengan nasabahnya. Solusi ini membantu nasabah memperoleh informasi layanan yang kompleks menjadi lebih cepat dan mudah dipahami. watsonx disokong teknologi Generative AI.

Jip Ivan menambahkan, watsonx bukan sekadar machine learning dan chatbot, tapi juga berperan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam proses bisnis. Solusi tersebut memiliki tiga fungsi utama: watson.ai untuk mengimplementasikan model AI, watson.data untuk mengoptimalisasi penyimpanan data, dan watson.governance untuk transparansi alur kerja AI.

Jip Ivan menyarankan industri perbankan dan lembaga keuangan untuk melirik solusi API Connect dan watsonx agar produktivitasnya meningkat.

“Sebagai IBM Platinum Business Partner, dengan dukungan tim ahli kami yang kompeten dan berpengalaman, Multipolar Technology siap membantu mengimplementasikan solusi ini agar perusahaan dapat semakin adaptif, transformatif, dan produktif,” pungkasnya.