Kinerja Sektor Publik Bakal Terdongkrak Jika Terapkan Teknologi AI

INDONESIA diperkirakan bakal menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia pada 2045 dan akan menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan Asia Tenggara. Salah satu pendorong pertumbuhan itu tak lain adalah pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Firma konsultasi manajemen Kearney asal Amerika Serikat bahkan menyebut penggunaan AI berpotensi menyumbang hampir US$1 triliun produk domestik bruto (PDB) Asia Tenggara pada 2030. Dari angka itu, US$366 miliarnya disumbangkan oleh Indonesia. Itu menunjukkan betapa berpengaruhnya AI terhadap perekonomian.

Karena itu, sejalan dengan transformasi digital yang dilakukan perusahaan-perusahaan swasta, pemerintah mendorong sektor-sektor publik, termasuk badan usaha milik negara (BUMN), untuk mengadopsi AI sesegera mungkin mengingat manfaatnya yang begitu besar.

Semuel Abijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengungkapkan, adopsi AI memungkinkan alur birokrasi, waktu, dan biayanya menjadi lebih efisien, sekaligus meningkatkan kinerja pemerintah sehingga meningkatkan kepuasan publik.

“Adopsi AI membuat organisasi menjadi lebih gesit, responsif, dan kompetitif,” sambung Tedi Bharata, Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, dalam seminar bertema “The Future of Artificial Intelligence in Public Sector” yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology di Jakarta, Kamis (20/6).

Salah satu teknologi AI yang memungkinkan pelayanan sektor publik meningkat adalah Generative AI (GenAI). GenAI merupakan turunan dari AI yang mampu menghasilkan data seperti teks, gambar, video, dan musik baru sesuai preferensi yang dibutuhkan dan berdasarkan data yang diterimanya.

Untuk menghasilkan data-data baru yang tepat dibutuhkan solusi teknologi GenAI yang mumpuni. Yugi Edison, Director Account Management Telco and Public Sector Multipolar Technology, menyebutkan salah satu solusi GenAI yang layak dipertimbangkan oleh organisasi di sektor publik yaitu IBM watsonx.

IBM watsonx mampu menjawab segala pertanyaan yang dikirimkan pelanggan melalui chatbot, tapi terbatas pada organisasi publik itu bergerak. Jawaban yang dikirimkan bukan hanya detail, melainkan juga bersifat hiper-personal, sehingga informasi yang diberikan kepada masing-masing pelanggan cenderung berbeda.

Sebagai contoh skenario, sebuah chatbot GenAI IBM watsonx jika disematkan dalam laman dinas kependudukan satu pemerintah daerah akan dengan cepat menjawab pertanyaan seputar tata cara pembuatan kartu tanda penduduk atau jam layanan yang ditanyakan, tetapi akan menolak menjawab pertanyaan perihal olahraga.

“Karena chatbot GenAI IBM watsonx mengandalkan data yang tersedia untuk menghasilkan data baru, maka platform manajemen data organisasi publik tersebut mesti tangguh, dan yang paling penting tidak mudah disusupi data palsu yang mungkin dikirimkan oleh penjahat siber,” jelas Yugi.

Sebagai perusahaan yang membantu automasi beragam sektor, termasuk sektor publik, Multipolar Technology pun mempunyai solusi serupa yang dikembangkan sendiri, yakni VisionAnalytics-GPT. Tentu saja serupa karena VisionAnalytics-GPT merupakan solusi chatbot GenAI yang dibangun di atas platform IBM watsonx.

VisionAnalytics-GPT melayani pertanyaan pelanggan dengan mengombinasikan Natural Language Processing (NLP), Machine Learning (ML), dan Large Language Model (LLM) sehingga terasa natural layaknya percakapan antar-manusia, pintar, dan menggunakan bahasa yang disesuaikan seperti bahasa Indonesia.

Jadi, dua solusi GenAI, baik VisionAnalytics-GPT maupun IBM watsonx, sama-sama dapat diterapkan di berbagai saluran dan dapat diintegrasikan dengan layanan yang sudah ada; memiliki antarmuka yang intuitif sehingga tidak diperlukan keahlian pengkodean untuk memanfaatkannya.

Tidak hanya itu, kedua hal tersebut juga sama-sama dapat berjalan di atas infrastruktur on-premise, on-cloud, maupun hybrid cloud. “Dengan demikian, persis seperti yang disampaikan Pak Semuel dan Pak Tedi tadi, pemanfaatan solusi semacam IBM watsonx dan VisionAnalytics-GPT akan membuat organisasi-organisasi di sektor publik lebih produktif, lebih gesit, lebih efisien, dan tentu saja memuaskan publik,” ungkap Yugi. (H-2)

Penerapan AI diramal Dongkrak Kinerja Sektor Publik: AI berpotensi sumbang US$1 triliun PDB.

Jakarta, FORTUNE – Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) diprediksi bakal mendongkrak kinerja Sektor Publik sehingga mendorong perekonomian nasional. Bahkan, pemanfaatan AI bisa menjadi pendukung Indonesia untuk menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia pada 2045. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abijani Pangerapan mengungkapkan, adopsi AI memungkinkan alur birokrasi, waktu, dan biayanya menjadi lebih efisien, sekaligus meningkatkan kinerja pemerintah sehingga meningkatkan kepuasan publik.  “Karena itu, sejalan dengan transformasi digital yang dilakukan perusahaan-perusahaan swasta, pemerintah mendorong sektor-sektor publik, termasuk BUMN untuk mengadopsi AI sesegera mungkin mengingat manfaatnya yang begitu besar,” kata Samuel melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Rabu (26/6). Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata juga menambahkan, adopsi AI membuat organisasi menjadi lebih gesit, responsif, dan kompetitif.
Firma konsultasi manajemen Kearney asal Amerika Serikat bahkan menyebut penggunaan AI berpotensi menyumbang hampir US$1 triliun produk domestik bruto (PDB) Asia Tenggara pada 2030. Dari angka itu, US$366 miliarnya disumbangkan oleh Indonesia. Itu menunjukkan betapa berpengaruhnya AI terhadap perekonomian. Salah satu teknologi AI yang memungkinkan pelayanan sektor publik meningkat adalah Generative AI (GenAI). GenAI merupakan turunan dari AI yang mampu menghasilkan data seperti teks, gambar, video, dan musik baru sesuai preferensi yang dibutuhkan dan berdasarkan data yang diterimanya.  Director Account Management Telco and Public Sector Multipolar Technology, Yugi Edison menyebutkan salah satu solusi GenAI yang layak dipertimbangkan oleh organisasi di sektor publik yaitu IBM watsonx.  IBM watsonx mampu menjawab segala pertanyaan yang dikirimkan pelanggan melalui chatbot, tapi terbatas pada organisasi publik itu bergerak. Jawaban yang dikirimkan bukan hanya detail, melainkan juga bersifat hiper-personal, sehingga informasi yang diberikan kepada masing-masing pelanggan cenderung berbeda.

Ini contoh penerapan AI di ruang publik
Sebagai contoh skenario, sebuah chatbot GenAI IBM watsonx jika disematkan dalam laman dinas kependudukan satu pemerintah daerah akan dengan cepat menjawab pertanyaan seputar tata cara pembuatan kartu tanda penduduk atau jam layanan yang ditanyakan, tetapi akan menolak menjawab pertanyaan perihal olahraga.  “Karena chatbot GenAI IBM watsonx mengandalkan data yang tersedia untuk menghasilkan data baru, maka platform manajemen data organisasi publik tersebut mesti tangguh, dan yang paling penting tidak mudah disusupi data palsu yang mungkin dikirimkan oleh penjahat siber,” jelas Yugi.  Sebagai perusahaan yang membantu automasi beragam sektor, termasuk sektor publik, Multipolar Technology pun mempunyai solusi serupa yang dikembangkan sendiri, yakni VisionAnalytics-GPT. Tentu saja serupa karena VisionAnalytics-GPT merupakan solusi chatbot GenAI yang dibangun di atas platform IBM watsonx. VisionAnalytics-GPT melayani pertanyaan pelanggan dengan mengombinasikan Natural Language Processing (NLP), Machine Learning (ML), dan Large Language Model (LLM) sehingga terasa natural layaknya percakapan antar-manusia, pintar, dan menggunakan bahasa yang disesuaikan seperti bahasa Indonesia.

Multipolar Technology Bocorkan Dua Solusi Canggih Penangkal Kejahatan Siber di Industri Ritel

Jakarta, TechnoBusiness ID ● Ini wajib menjadi perhatian bagi para pelaku usaha di Tanah Air. Transformasi digital memang membuat proses bisnis menjadi lebih mudah, cepat, dan murah, tetapi dalam waktu bersamaan ada bahaya yang wajib diwaspadai, yaitu ancaman kejahatan siber.

Contohnya adalah perusahaan ritel yang cabangnya di mana-mana akan menjadi sasaran empuk para penjahat siber, baik melalui malware, ransomware, file attacks, dan lain sebagainya. Apa jadinya jika tiba-tiba sistem manajemen ritel error, tak bisa diakses, yang lebih parah lagi sampai diambil alih (di-hack) oleh pihak lain?

“Itu sangat berbahaya dan harus diwaspadai,” kata Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), dalam seminar “Optimizing Network Security and Management for Enhanced Efficiency” di Pullman Jakarta Thamrin, Selasa (21/5), yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology bekerja sama dengan Helios Informatika Nusantara dan HPE.

Ia mengatakan, di balik sistem manajemen ritel ada hubungan antar-jaringan toko yang jumlahnya tidak sedikit, ada kecepatan dan keakuratan layanan transaksi yang dibutuhkan, ada begitu banyak data (big data) yang dikelola, yang semua itu bisa berhenti, bahkan hilang begitu saja, akibat kejahatan siber.

Untuk mengantisipasi hal itu, Multipolar Technology, anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang fokus membantu mengautomasi proses bisnis perusahaan, membocorkan penangkalnya. Setidaknya ada dua solusi yang mampu menangkal tindak kejahatan siber di industri ritel, yakni HPE Aruba Networking SSE dan HPE Aruba Networking Central.

HPE Aruba Networking SSE, sesuai namanya, SSE, singkatan dari Secure Service Edge, adalah solusi pemantau keluar-masuk trafik dalam jaringan perusahaan secara otomatis. Berada di tepi jaringan, solusi tersebut berperan mendeteksi, memfilter, dan mengawasi keamanan trafik sedini mungkin.

Aruba SSE terdiri dari empat pilar, yaitu ZTNA (Zero Trust Network Access) yang memastikan keamanan akses ke aplikasi pada data center dan cloud, SWG (Secure Web Gateway) yang mengamankan akses ke internet dan melindungi dari malicious threat, CASB (Cloud Access Security Broker) yang mengamankan akses ke aplikasi SaaS dan melindungi dari data loss, dan DEM (Digital Experience Monitoring) yang memonitor kinerja pengguna dan melakukan troubleshoot untuk mengakses isu dari semua trafik.

Dengan penjagaan keamanan yang bersifat ZTNA dan edge-to-cloud, setiap pergerakan yang masuk ke dalam jaringan berteknologi Aruba SSE dianggap tidak ada yang bisa dipercaya, sekalipun dari internal perusahaan. Setiap kali ada permintaan akses, setiap kali itu pula proses verifikasi identitas akan dilakukan, sehingga keamanan terus terjaga.

“Konsepnya adalah memusatkan keamanan di tepi jaringan sehingga menghasilkan pengawasan yang jauh lebih ketat, respons ancaman yang lebih cepat, dan pengelolaan akses yang lebih fleksibel,” sambung Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology.

Begitu juga dengan HPE Aruba Networking Central, sebagai service berbasis cloud untuk mengelola perangkat wireless, switch, dan perangkat jaringan lainnya, perangkat ini memungkinkan untuk dikelola dalam satu lokasi sehingga mempermudah operasional.

Sebagai solusi Single Pane of Glass Management berbasis cloud, Aruba Central memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat dengan mudah diakses dari mana pun dengan perangkat apa pun. Salah satu fitur unggulan yang membedakan Aruba Central dari kompetitornya adalah AIOps, yang dapat membantu operasional TI dalam menyelesaikan ataupun mendeteksi problem: mulai dari mendeteksi anomali dalam perangkat jaringan ataupun pada jaringan itu sendiri hingga cara penyelesaiannya.

Solusi ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan ritel, juga manufaktur, perbankan, dan lainnya yang memiliki cabang banyak, apalagi yang sudah menerapkan pola kerja karyawan dari mana saja (work from anywhere), menggunakan perangkat apa saja (bring your own device), dan aplikasi apa saja.

Oleh sebab itu, sebelum terjadi kekacauan akibat ancaman siber yang terus mengintai, Yohan menyarankan perusahaan-perusahaan di Indonesia segera menggunakan solusi Aruba SSE dan Aruba Central. “Lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada lebih dulu menjadi korban kejahatan siber yang sangat merugikan,” katanya.

—Lukman Hqeem, TechnoBusiness ID

Penjahat Siber Incar Industri Ritel, Multipolar Technology Bocorkan Dua Solusi Penangkalnya

INDOPOS.CO.ID – Ini wajib menjadi perhatian bagi para pelaku usaha di Tanah Air. Transformasi digital memang membuat proses bisnis menjadi lebih mudah, cepat, dan murah, tetapi dalam waktu bersamaan ada bahaya yang wajib diwaspadai, yaitu ancaman kejahatan siber.

Contohnya adalah perusahaan ritel yang cabangnya di mana-mana akan menjadi sasaran empuk para penjahat siber, baik melalui malware, ransomware, file attacks, dan lain sebagainya. Apa jadinya jika tiba-tiba sistem manajemen ritel error, tak bisa diakses, yang lebih parah lagi sampai diambil alih (di-hack) oleh pihak lain?

“Itu sangat berbahaya dan harus diwaspadai,” kata Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), dalam seminar “Optimizing Network Security and Management for Enhanced Efficiency” di Pullman Jakarta Thamrin, Selasa (21/5), yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology bekerja sama dengan Helios Informatika Nusantara dan HPE.

Ia mengatakan, di balik sistem manajemen ritel ada hubungan antar-jaringan toko yang jumlahnya tidak sedikit, ada kecepatan dan keakuratan layanan transaksi yang dibutuhkan, ada begitu banyak data (big data) yang dikelola, yang semua itu bisa berhenti, bahkan hilang begitu saja, akibat kejahatan siber.

Untuk mengantisipasi hal itu, Multipolar Technology, anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang fokus membantu mengautomasi proses bisnis perusahaan, membocorkan penangkalnya. Setidaknya ada dua solusi yang mampu menangkal tindak kejahatan siber di industri ritel, yakni HPE Aruba Networking SSE dan HPE Aruba Networking Central.

HPE Aruba Networking SSE, sesuai namanya, SSE, singkatan dari Secure Service Edge, adalah solusi pemantau keluar-masuk trafik dalam jaringan perusahaan secara otomatis. Berada di tepi jaringan, solusi tersebut berperan mendeteksi, memfilter, dan mengawasi keamanan trafik sedini mungkin.

Aruba SSE terdiri dari empat pilar, yaitu ZTNA (Zero Trust Network Access) yang memastikan keamanan akses ke aplikasi pada data center dan cloud, SWG (Secure Web Gateway) yang mengamankan akses ke internet dan melindungi dari malicious threat, CASB (Cloud Access Security Broker) yang mengamankan akses ke aplikasi SaaS dan melindungi dari data loss, dan DEM (Digital Experience Monitoring) yang memonitor kinerja pengguna dan melakukan troubleshoot untuk mengakses isu dari semua trafik.

Dengan penjagaan keamanan yang bersifat ZTNA dan edge-to-cloud, setiap pergerakan yang masuk ke dalam jaringan berteknologi Aruba SSE dianggap tidak ada yang bisa dipercaya, sekalipun dari internal perusahaan. Setiap kali ada permintaan akses, setiap kali itu pula proses verifikasi identitas akan dilakukan, sehingga keamanan terus terjaga.

“Konsepnya adalah memusatkan keamanan di tepi jaringan sehingga menghasilkan pengawasan yang jauh lebih ketat, respons ancaman yang lebih cepat, dan pengelolaan akses yang lebih fleksibel,” sambung Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology.

Begitu juga dengan HPE Aruba Networking Central, sebagai service berbasis cloud untuk mengelola perangkat wireless, switch, dan perangkat jaringan lainnya, perangkat ini memungkinkan untuk dikelola dalam satu lokasi sehingga mempermudah operasional.

Sebagai solusi Single Pane of Glass Management berbasis cloud, Aruba Central memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat dengan mudah diakses dari mana pun dengan perangkat apa pun. Salah satu fitur unggulan yang membedakan Aruba Central dari kompetitornya adalah AIOps, yang dapat membantu operasional TI dalam menyelesaikan ataupun mendeteksi problem: mulai dari mendeteksi anomali dalam perangkat jaringan ataupun pada jaringan itu sendiri hingga cara penyelesaiannya.

Solusi ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan ritel, juga manufaktur, perbankan, dan lainnya yang memiliki cabang banyak, apalagi yang sudah menerapkan pola kerja karyawan dari mana saja (work from anywhere), menggunakan perangkat apa saja (bring your own device), dan aplikasi apa saja.

Oleh sebab itu, sebelum terjadi kekacauan akibat ancaman siber yang terus mengintai, Yohan menyarankan perusahaan-perusahaan di Indonesia segera menggunakan solusi Aruba SSE dan Aruba Central. “Lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada lebih dulu menjadi korban kejahatan siber yang sangat merugikan,” katanya. (ibs)

Multipolar Technology Ungkap Dua Solusi Industri Ritel Tangkal Serangan Siber

Jakarta – Perusahaan ritel tidak lepas dari incaran para penjahat siber. Dengan cabang yang tersebar di mana-mana, perusahaan ritel memang bisa menjadi sasaran empuk penjahat siber. Serangan siber bisa dilakukan melalui malware, ransomware, file attacks, dan lain sebagainya.

Maka itu, keamanan siber harus menjadi perhatian bagi pelaku usaha ritel di Indonesia. Akan sangat bahaya bila tiba-tiba sistem manajemen ritel error, tak bisa diakses, atau bahkan diambil alih pihak lain.

“Itu sangat berbahaya dan harus diwaspadai,” ujar Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) dalam keterangan resmi, Selasa, 28 Mei 2024.

Dalam seminar bertajuk “Optimizing Network Security and Management for Enhanced Efficiency” yang diselenggarakan Multipolar Technology, Helios Informatika Nusantara dan HPE di Jakarta, beberapa hari lalu, Yohan mengatakan, di balik sistem manajemen ritel ada hubungan antar jaringan toko yang jumlahnya tidak sedikit.

Lalu, kata Yohan, ada kecepatan dan keakuratan layanan transaksi yang dibutuhkan, dan banyak data (big data) yang dikelola. Jika semua itu terhenti, bahkan hilang begitu saja akibat serangan siber, pengusaha ritel akan menderita kerugian besar.

Sebagai upaya memitigasi risiko tersebut, MLPT yang merupakan anak usaha PT Multipolar Tbk (MLPL), mengungkapkan solusi penangkalnya. Setidaknya ada dua solusi yang mampu menangkal tindak kejahatan siber di industri ritel, yakni HPE Aruba Networking SSE dan HPE Aruba Networking Central.

HPE Aruba Networking SSE, sesuai namanya, SSE (Secure Service Edge), adalah solusi pemantau keluar-masuk trafik dalam jaringan perusahaan secara otomatis. Solusi ini berperan mendeteksi, memfilter, dan mengawasi keamanan trafik sedini mungkin.

Aruba SSE terdiri dari empat pilar, yaitu ZTNA (Zero Trust Network Access), SWG (Secure Web Gateway), CASB (Cloud Access Security Broker), dan DEM (Digital Experience Monitoring). Penjagaan keamanan bersifat ZTNA dan edge-to-cloud, membuat setiap pergerakan masuk ke dalam jaringan berteknologi Aruba SSE dianggap tidak bisa dipercaya, sekalipun dari internal perusahaan. Setiap kali ada permintaan akses, akan dilakukan verifikasi.

“Konsepnya adalah memusatkan keamanan di tepi jaringan sehingga menghasilkan pengawasan yang jauh lebih ketat, respons ancaman yang lebih cepat, dan pengelolaan akses yang lebih fleksibel,” tambah Ade Wachyu, Network Group Department Head MLPT.

Adapun HPE Aruba Networking Central, sebagai service berbasis cloud untuk mengelola perangkat wireless, switch, dan perangkat jaringan lainnya. Perangkat ini bisa dikelola dalam satu lokasi sehingga mempermudah operasional.

Aruba Central memiliki beberapa keunggulan, di antaranya mudah diakses dari mana pun dengan perangkat apa pun. Salah satu fitur unggulan yang membedakan Aruba Central adalah AIOps, yang dapat membantu operasional TI dalam menyelesaikan ataupun mendeteksi problem. Mulai dari mendeteksi anomali dalam perangkat jaringan ataupun pada jaringan itu sendiri hingga cara penyelesaiannya.

Solusi ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan ritel, juga manufaktur, perbankan, dan lainnya yang memiliki cabang banyak, apalagi yang sudah menerapkan pola kerja karyawan dari mana saja (work from anywhere), menggunakan perangkat apa saja (bring your own device), dan aplikasi apa saja.

Solusi Big Data VisionAnalytics Multipolar Technology Bisa Perkuat Perbankan dalam Menangkal Fraud

Warta Ekonomi, Jakarta –

Digitalisasi layanan perbankan telah mengubah pola transaksi masyarakat di Tanah Air dari semula masih konvensional seperti harus berkunjung ke kantor kas atau anjungan tunai mandiri (ATM) menjadi cukup menggunakan ponsel atau laptop saja.

Proses yang makin mudah itu membuat nilai transaksi melalui digital banking terus meningkat cepat. Bahkan, per Oktober 2022, berdasarkan data Bank Indonesia, nilai transaksi digital banking nasional naik hingga 38,38% jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya menjadi Rp5.184,1 triliun.

Dalam waktu yang sama, nilai transaksi uang elektronik juga tumbuh sebesar 20,19% menjadi Rp35,1 triliun. Pertumbuhan transaksi-transaksi itu mengartikan bahwa sistem digitalisasi layanan perbankan sudah diterima dan diadopsi secara lebih luas oleh masyarakat, termasuk untuk pembayaran belanja online.

Masalahnya, makin canggih teknologi, makin canggih pula modus kejahatan siber yang terus berupaya menyerangnya. Karena itu, untuk membantu perbankan dalam mengantisipasi adanya fraudPT Multipolar Technology Tbk menghadirkan solusi VisionAnalytics dan Fraud Detection System.

Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, dalam BPD Forum 2023 di Legian, Bali, pada Kamis (16/2), mengatakan, VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology dengan Cloudera sebagai platform utamanya.

“Seperti diketahui, makin besar dan bervariasinya data yang berkembang telah mendorong perbankan untuk memiliki platform yang bisa menyimpan, mengolah, dan mengalisisnya secara cepat dan akurat sehingga menghasilkan informasi yang bernilai, mendukung pengambilan keputusan, dan pengembangan bisnis bank,” katanya, dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (17/2).

Solusi VisionAnalytics Multipolar Technology dilengkapi dengan tempat penyimpanan data (data lake) berbasis Hadoop, data engineering untuk transformasi, data warehouse untuk menyimpan data analyticsoperational database untuk real-time processing, dan machine learning untuk melakukan prediksi data.

Solusi VisionAnalytics Multipolar Technology (MLPT) Perkuat Perbankan Tangkal Fraud

JAKARTA, investor.id – Digitalisasi layanan perbankan telah mengubah pola transaksi masyarakat di Tanah Air dari semula masih konvensional seperti harus berkunjung ke kantor kas atau anjungan tunai mandiri (ATM) menjadi cukup menggunakan ponsel atau laptop saja.

Proses yang semakin mudah itu membuat nilai transaksi melalui digital banking terus meningkat cepat. Bahkan, per Oktober 2022, berdasarkan data Bank Indonesia, nilai transaksi digital banking nasional naik hingga 38,38% jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya menjadi Rp 5.184,1 triliun.

Dalam waktu yang sama, nilai transaksi uang elektronik juga tumbuh sebesar 20,19% menjadi Rp 35,1 triliun. Pertumbuhan transaksi-transaksi itu mengartikan bahwa sistem digitalisasi layanan perbankan sudah diterima dan diadopsi secara lebih luas oleh masyarakat, termasuk untuk pembayaran belanja online.

Masalahnya, semakin canggih teknologi semakin canggih pula modus kejahatan siber yang terus berupaya menyerangnya. Karena itu, untuk membantu perbankan dalam mengantisipasi adanya fraud, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) menghadirkan solusi VisionAnalytics dan Fraud Detection System.

Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, dalam BPD Forum 2023 di Legian, Bali, pada Kamis (16/2/2023), mengatakan, VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology dengan Cloudera sebagai platform utamanya.

“Seperti diketahui, semakin besar dan bervariasinya data yang berkembang telah mendorong perbankan untuk memiliki platform yang bisa menyimpan, mengolah, dan mengalisisnya secara cepat dan akurat sehingga menghasilkan informasi yang bernilai, mendukung pengambilan keputusan, dan pengembangan bisnis bank,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Jumat (17/2/2023).

Solusi VisionAnalytics Multipolar Technology dilengkapi dengan tempat penyimpanan data (data lake) berbasis Hadoop, data engineering untuk transformasi, data warehouse untuk menyimpan data analytics, operational database untuk real-time processing, dan machine learning untuk melakukan prediksi data.

Solusi ini akan menyimpan dan mempelajari aktivitas transaksi dan profil dari nasabah, beradaptasi dengan perubahan behaviour nasabah dalam mendeteksi fraud dengan cepat. Dilengkapi dengan kapabilitas machine learning dalam mempelajari aktivitas transaksi fraud yang terjadi sebelumnya, solusi ini dapat mengoptimalisasi dan memberikan rekomendasi pembuatan rules fraud sehingga meminimalisir false positive yang terjadi.

Selain itu, solusi tersebut juga menyuguhkan analitik yang penting bagi perbankan, seperti penghitungan profit and lifetime value customer, customer segmentation, protential new/top up debitur, dan customer 360. Customer 360 artinya memberikan gambaran aktivitas transaksi nasabah secara detail dan menyeluruh, termasuk mengendus tindakan fraud tadi.

“Solusi VisionAnalytics dan Fraud Detection System mampu memberikan perlindungan keamanan transaksi bukan hanya dari sisi core business dan layanan channel, melainkan juga dari sisi user. Caranya antara lain dengan menganalisis kebiasaan, perangkat yang digunakan, dan jenis transaksi yang dilakukan,” jelas Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, menambahkan.

Dengan begitu, kehadiran solusi dari Multipolar Technology tersebut akan berperan membantu mengantisipasi kejahatan finansial yang semakin masif dengan memprediksi kemungkinan terjadinya penipuan secara real-time, melakukan pengawasan secara aktif terhadap setiap aktivitas transaksi yang dilakukan user, mengidentifikasi nasabah itu riil atau fiktif, dan lain sebagainya.

Solusi Big Data VisionAnalytics Multipolar Technology Tangkal Fraud di Industri Perbankan

Untuk menangkal semakin canggihnya modus kejahatan siber di era digital, PT Multipolar Technology Tbk. (Multipolar Technology) menghadirkan solusi VisionAnalytics dan Fraud Detection System untuk mengantisipasi adanya fraud di industri perbankan.

Jip Ivan Sutanto, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, dalam BPD Forum 2023 di Legian, Bali, Kamis, 16/02/2023, menjelaskan bahwa digitalisasi layanan perbankan telah mengubah pola transaksi masyarakat di Tanah Air dari semula masih konvensional seperti harus berkunjung ke kantor kas atau anjungan tunai mandiri (ATM) menjadi cukup menggunakan ponsel atau laptop saja.

Proses yang semakin mudah itu membuat nilai transaksi melalui digital banking terus meningkat cepat. Mengutip data Bank Indonesia per Oktober 2022, ia mengungkapkan, nilai transaksi digital banking nasional naik hingga 38,38% jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya menjadi Rp5.184,1 triliun.

“Dalam waktu yang sama, nilai transaksi uang elektronik juga tumbuh sebesar 20,19% menjadi Rp35,1 triliun. Pertumbuhan transaksi-transaksi itu memperlihatkan bahwa sistem digitalisasi layanan perbankan sudah diterima dan diadopsi secara lebih luas oleh masyarakat, termasuk untuk pembayaran belanja online,” imbuhnya.

Konsekuensinya, semakin besar dan bervariasinya data yang berkembang telah mendorong perbankan untuk memiliki platform yang bisa menyimpan, mengolah, dan mengalisisnya secara cepat dan akurat sehingga menghasilkan informasi yang bernilai, mendukung pengambilan keputusan, dan pengembangan bisnis bank.

Masalah yang timbul, semakin canggih teknologi semakin canggih pula modus kejahatan siber yang terus berupaya menyerangnya.

“Sebagai solusi bagi industri perbankan dalam mengantisipasi adanya fraud, Multipolar Technology pun menghadirkan solusi VisionAnalytics dan Fraud Detection System,” tutur Jip Ivan.

Solusi End-to-End Big Data

VisionAnalytics merupakan solusi end-to-end big data keluaran Multipolar Technology dengan Cloudera sebagai platform utamanya.

Jip Ivan mengutarakan bahwa solusi ini dilengkapi dengan tempat penyimpanan data (data lake) berbasis Hadoop, data engineering untuk transformasi, data warehouse untuk menyimpan data analyticsoperational database untuk real-time processing, dan machine learning untuk melakukan prediksi data.

Lebih lanjut, ia memaparkan cara kerja solusi tersebut, “VisionAnalytics akan menyimpan dan mempelajari aktivitas transaksi dan profil dari nasabah, beradaptasi dengan perubahan behaviour nasabah dalam mendeteksi fraud dengan cepat.”

Machine Learning untuk Mempelajari Transaksi Fraud

Menurut Achmad Fakhrudin, Senior Vice President Multipolar Technology, sejumlah manfaat yang dihadirkan VisionAnalytics yaitu, “Dilengkapi dengan kapabilitas machine learning dalam mempelajari aktivitas transaksi fraud yang terjadi sebelumnya, solusi ini dapat mengoptimalisasi dan memberikan rekomendasi pembuatan rules fraud sehingga meminimalisir false positive yang terjadi.”

“Juga menyuguhkan analitik yang penting bagi perbankan, seperti penghitungan profit and lifetime value customercustomer segmentationprotential new/top up debitur, dan customer 360Customer 360 artinya memberikan gambaran aktivitas transaksi nasabah secara detail dan menyeluruh, termasuk mengendus tindakan fraud tadi.”

“Solusi VisionAnalytics dan Fraud Detection System mampu memberikan perlindungan keamanan transaksi bukan hanya dari sisi core business dan layanan channel, melainkan juga dari sisi user. Caranya antara lain dengan menganalisis kebiasaan, perangkat yang digunakan, dan jenis transaksi yang dilakukan,” klaim Achmad Fakhrudin.

“Diharapkan kehadiran solusi dari Multipolar Technology tersebut akan berperan membantu mengantisipasi kejahatan finansial yang semakin masif dengan memprediksi kemungkinan terjadinya penipuan secara real-time, melakukan pengawasan secara aktif terhadap setiap aktivitas transaksi yang dilakukan user, mengidentifikasi nasabah itu riil atau fiktif, dan lain sebagainya,” tutup Jip Ivan.

Perkuat Keamanan Layanan Digital, Bank Sumut Implementasi Fraud Detection System dari Multipolar Technology

Warta Ekonomi, Jakarta – PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) berkolaborasi dengan PT Multipolar Technology Tbk (Multipolar Technology) untuk memperkuat keamanan layanan digitalnya agar dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bertransaksi bagi nasabah. Guna mewujudkan hal tersebut, Bank Sumut memanfaatkan solusi digital VisionDG modul Fraud Detection System (FDS) dari Multipolar Technology. Hal ini sejalan dengan inovasi dan ekspansi layanan digital yang dilakukan Bank Sumut untuk memenuhi kebutuhan nasabah dan meningkatkan kinerja perusahaan.

Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi Bank Sumut Arieta Aryanti menjelaskan, transformasi perbankan dengan layanan digitalnya telah mengubah pola konsumsi masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya transaksi digital seperti belanja online, mobile banking, dan pembayaran menggunakan uang elektronik.

Namun percepatan adopsi layanan digital ini di sisi lain dapat memicu naiknya ancaman kejahatan finansial ketika nasabah menggunakan layanan yang disediakan oleh bank.

“Transformasi digital yang dilakukan Bank Sumut telah mendorong peningkatan jumlah transaksi pada channel layanan perbankan Bank Sumut. Untuk itu dibutuhkan solusi andal yang mampu dengan cepat dan akurat mendeteksi potensi terjadinya fraud sejalan dengan regulasi dari Bank Indonesia yang mengharuskan setiap bank untuk mempunyai solusi anti-fraud. Hal ini yang mendasari keputusan kami untuk mempercayakan penerapan Fraud Detection System ke Multipolar Technology,” ujar Arieta.

Lebih lanjut, Plt Direktur Utama Bank Sumut Hadi Sucipto menjelaskan, solusi FDS dari Multipolar Technology telah memenuhi kriteria, kualifikasi, dan verifikasi yang dibutuhkan perusahaan, dan sistem yang ditawarkan juga diyakini dapat memenuhi ekspektasi nasabah untuk memberikan rasa aman dalam bertransaksi digital. “Kami juga sudah kenal lama Multipolar Technology yang memang telah terpercaya dalam membantu sektor perbankan mempercepat transformasi digital,” tambah Hadi.

Multipolar Technology hadir dengan solusi VisionDG modul Fraud Detection System (FDS) sebagai jawaban dari kebutuhan bank dengan membawa kualifikasi sistem FDS yang andal. Sistem tersebut diyakini mampu memberikan perlindungan akan keamanan transaksi bukan hanya dari sisi core banking dan layanan channel, namun juga dari sisi user dengan menganalisa kebiasaan, perangkat yang digunakan, serta jenis transaksi yang dilakukan.

Herryyanto, Direktur Account Management FSI dan Commercial Multipolar Technology menegaskan, “Multipolar Technology sangat mendukung inisiatif Bank Sumut untuk menjadi bank dengan inovasi dalam layanan digital yang terdepan. Dengan penerapan solusi VisionDG modul Fraud Detection System, kami yakin akan mampu meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap layanan Bank Sumut. Solusi FDS juga dapat membantu Bank Sumut memenuhi salah satu persyaratan keamanan transaksi digital dari regulator dengan meminimalisir potensi terjadinya fraud sehingga reputasi bank dapat terjaga.”

Lanjutnya, solusi FDS dari Multipolar Technology ini bekerja secara near real-time berbasis rule dan dilengkapi kapabilitas Machine Learning (AI Engine) di mana sistem dapat memprediksi kemungkinan terjadinya fraud di masa mendatang. Saat terdeteksi anomali transaksi, dengan latensi kurang dari 1 detik untuk setiap transaksinya maka sistem akan memberikan notifikasi secara real-time kepada nasabah melalui email, Telegram, atau WhatsApp. Laporan transaksi yang terindikasi fraud juga dapat disiapkan berdasarkan data histori yang mengidentifikasi anomali transaksi melalui laporan fraud.

Fraud Detection System dapat diintegrasikan dengan berbagai channel seperti ATM, Mobile Banking, Branch, dan lainnya, dan tersedia dalam 2 jenis mode yaitu Post Mode dan Pre Mode. Pada Post Mode, pendeteksian fraud dilakukan setelah event selesai diproses. Event yang dicurigai sebagai fraud dikirim ke Fraud Officer melalui Web-based User Interface untuk dilakukan tindakan.

Di Pre Mode yang merupakan deteksi fraud selama aktivitas berlangsung, pemeriksaan fraud menjadi bagian dari proses aplikasi internal, sehingga ketika aktivitas yang sedang diproses terdeteksi sebagai fraud, maka solusi Fraud Detection System dapat langsung mengirimkan trigger bagi aplikasi untuk menolak aktivitas tersebut.

Gandeng MLPT, Bank Sumut Terapkan Fraud Detection System

Jakarta – PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) berkolaborasi dengan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) untuk memperkuat keamanan layanan digitalnya agar dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bertransaksi bagi nasabah. Guna mewujudkan hal tersebut, Bank Sumut memanfaatkan solusi digital VisionDG modul Fraud Detection System (FDS) dari Multipolar Technology. Hal ini sejalan dengan inovasi dan ekspansi layanan digital yang dilakukan Bank Sumut untuk memenuhi kebutuhan nasabah dan meningkatkan kinerja perusahaan.

Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi Bank Sumut Arieta Aryanti menjelaskan, transformasi perbankan dengan layanan digitalnya telah mengubah pola konsumsi masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya transaksi digital seperti belanja online, mobile banking, dan pembayaran menggunakan uang elektronik. Percepatan adopsi layanan digital ini di sisi lain dapat memicu naiknya ancaman kejahatan finansial ketika nasabah menggunakan layanan yang disediakan oleh bank. Guna mengantisipasi ancaman yang mungkin terjadi, Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/7/PBI/2021 mengeluarkan regulasi yang mewajibkan adanya prosedur dan sistem pengelolaan fraud bagi penyelenggara infrastruktur sistem pembayaran.

Transformasi digital yang dilakukan Bank Sumut telah mendorong peningkatan jumlah transaksi pada channel layanan perbankan Bank Sumut. Untuk itu dibutuhkan solusi andal yang mampu dengan cepat dan akurat mendeteksi potensi terjadinya fraud. “Regulasi dari Bank Indonesia mengharuskan setiap bank untuk mempunyai solusi anti-fraud. Hal ini yang mendasari keputusan kami untuk mempercayakan penerapan Fraud Detection System ke Multipolar Technology,” ujar Arieta dikutip 11 Februari 2023.

Lebih lanjut, Plt Direktur Utama Bank Sumut Hadi Sucipto menjelaskan, solusi FDS dari Multipolar Technology telah memenuhi kriteria, kualifikasi, dan verifikasi yang dibutuhkan perusahaan, dan sistem yang ditawarkan juga diyakini dapat memenuhi ekspektasi nasabah untuk memberikan rasa aman dalam bertransaksi digital. “Kami juga sudah kenal lama Multipolar Technology yang memang telah terpercaya dalam membantu sektor perbankan mempercepat transformasi digital,” tambah Hadi.

Multipolar Technology hadir dengan solusi VisionDG modul Fraud Detection System (FDS) sebagai jawaban dari kebutuhan bank dengan membawa kualifikasi sistem FDS yang andal. Sistem tersebut diyakini mampu memberikan perlindungan akan keamanan transaksi bukan hanya dari sisi core banking dan layanan channel, namun juga dari sisi user dengan menganalisa kebiasaan, perangkat yang digunakan, serta jenis transaksi yang dilakukan.

“Multipolar Technology sangat mendukung inisiatif Bank Sumut untuk menjadi bank dengan inovasi dalam layanan digital yang terdepan. Dengan penerapan solusi VisionDG modul Fraud Detection System, kami yakin akan mampu meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap layanan Bank Sumut. Solusi FDS juga dapat membantu Bank Sumut memenuhi salah satu persyaratan keamanan transaksi digital dari regulator dengan meminimalisir potensi terjadinya fraud sehingga reputasi bank dapat terjaga,” tambah Direktur Account Management FSI dan Commercial Multipolar Technology, Herryyanto.

Solusi FDS dari Multipolar Technology ini bekerja secara near real-time berbasis rule dan dilengkapi kapabilitas Machine Learning (AI Engine) di mana sistem dapat memprediksi kemungkinan terjadinya fraud di masa mendatang. Saat terdeteksi anomali transaksi, dengan latensi kurang dari 1 detik untuk setiap transaksinya maka sistem akan memberikan notifikasi secara real-time kepada nasabah melalui email, Telegram, atau WhatsApp. Laporan transaksi yang terindikasi fraud juga dapat disiapkan berdasarkan data histori yang mengidentifikasi anomali transaksi melalui laporan fraud.

Fraud Detection System dapat diintegrasikan dengan berbagai channel seperti ATM, Mobile Banking, Branch, dan lainnya, dan tersedia dalam 2 jenis mode yaitu Post Mode dan Pre Mode. Pada Post Mode, pendeteksian fraud dilakukan setelah event selesai diproses. Event yang dicurigai sebagai fraud dikirim ke Fraud Officer melalui Web-based User Interface untuk dilakukan tindakan. Di Pre Mode yang merupakan deteksi fraud selama aktivitas berlangsung, pemeriksaan fraud menjadi bagian dari proses aplikasi internal, sehingga ketika aktivitas yang sedang diproses terdeteksi sebagai fraud, maka solusi Fraud Detection System dapat langsung mengirimkan trigger bagi aplikasi untuk menolak aktivitas tersebut. (*) Ari Nugroho